Densus Melakukan Penangkapan Jaringan Abu Jundi dan Abu Mushab
26 December 2015 | 8:44 am | Dilihat : 1252
Saat Densus 88 melakukan perasi penangkapan terduga teroris (foto : regional.kompas)
Menjelang peringatan hari Natal dan Tahun Baru 2016, aparat keamanan melakukan serangkaian penggerebekan jaringan teroris yang menurut informasi intelijen akan melakukan serangan, sifatnya lebih kepada gangguan keamanan. Rangkaian penangkapan dilakukan Densus 88 sejak tanggal 18 hingga 23 Desember 2015.
Yang menarik, dari hasil pemeriksaan para terduga teroris hasil penangkapan 18-20 Desember 2015 itu, menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan ditemukan penggantian istilah (sandi), pembom bunuh diri yang mereka yakini sebagai langkah berjihad, dikenal istilah ‘pengantin’ kini diganti dengan sandi ‘konser.’ Informasi lain yang menarik, Densus berhasil menangkap terduga suicide bomber yang berasal dari Uighur (China), yang sudah bersiap di safe house Bekasi sebagai calon konser. Mari kita bahas rangkaian operasi counter terrorism akhit tahun tersebut.
Operasi Penangkapan Antara 18-20 Desember 2015
Densus 88 Antiteror Mabes Polri melakukan serangkaian penangkapan sejumlah terduga teroris di lima kota pada Jumat-Minggu (18-20 Desember 2015). Menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, di Jakarta (20/12/2015), bahwa penangkapan yang dilakukan di beberapa tempat itu satu rangkaian dalam jaringan Abu Jundi.
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Anton Charliyan sedang memberi penjelasan (foto: detik)
Kronologis penangkapan; Pada Jumat siang (18/12/2015) telah ditangkap Iwan alias Koki di Kota Banjar, Jawa Barat; disusul penangkapan terhadap Asep Urip (31) dan Zaenal (35) sore harinya di Tasikmalaya. Salah seorang di antara Asep dan Zaenal, diduga memiliki kemampuan merakit bom. Keduanya diduga berencana melakukan aksi bom bunuh diri pada akhir Desember ini. Asep diketahui sebagai pengajar pada Pondok Pesantren Al Mubarok, Tasikmalaya, sedangkan Zaenal yang berasal dari Sulawesi sejak enam bulan terakhir diketahui menjadi santri di pondok pesantren tersebut.
Pada hari Sabtu (19/12/2015) Densus melakukan penangkapan terhadap Abdul Karim alias Abu Jundi, di Kota Sukoharjo. Densus menggeledah rumah kontrakan Abdul Karim, dan menemukan barang bukti di antaranya pupuk urea, paku, gotri, switching, parang, parafin, buku-buku panduan merakit bom, serta sebuah peta daerah Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek).
Penangkapan selanjutnya pada Sabtu malam (19/12/2015) hingga Minggu (20/12/2015) dini hari, Densus melakukan penangkapan di rumah sewaaan (safe house) di wilayah kota dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Terduga teroris yang ditangkap tiga orang bernama Indraji Idham Wijaya (28) alias Imran, Bambang Sugito alias Teguh alias Basuki, dan Choirul Anam alias alias Bravo alias Kartolo.
Saat penangkapan Abdul Karim alias Abu Jundi warga Dukuh Plumbon, Kecamatan Suruh, Semarang (foto :hariankriminal)
Tiga orang yang ditangkap di Kota Mojokerto tersebut menyewa tiga rumah di lokasi berbeda. Indraji Idham Wijaya menyewa rumah di Jalan Empunala 78, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Choirul Amin alias Bravo menyewa rumah di Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Sementara Bambang Sugito alias Teguh alias Basuki menyewa rumah di Desa Mlaten, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Ketiganya ditangkap saat berada di rumah yang disewa Indraji, yang dijadikan tempat terapi pijat. Indraji dan Bambang Sugito diketahui ahli dalam merakit senjata api. Untuk mengelabui petugas, rangkaian maupun material pembuatan senjata api mereka simpan di tempat terpisah.
Operasi Penangkapan Teroris Uighur di Bekasi
Pada hari Rabu (23/12/2015) Densus telah melakukan penangkapan dua terduga teroris di dua tempat berbeda di Bekasi. Penangkapan pertama dilakukan terhadap AH (Arief) alias AM (Abu Mushab), 31 tahun. Arif ditangkap di gerbang pintu masuk perumahan Harapan Baru, Bekasi. Terduga kedua yang ditangkap adalah AL di sebuah rumah kontrakan milik Solihin di Jalan Duku Jaya, RT 05 RW 09, Kelurahan Pejuang, Medan Satria, Bekasi.
Menurut Anton Charlian, Arief bertugas sebagai koordinator dan memfasilitasi warga negara Indonesia yang ingin berperang di Suriah bersama ISIS. Arief menerima perintah seseorang berinisial B alias AA. B berperan memberikan dana kepada AH. Dana itu berasal dari istri kedua AH berinisial LIN yang tinggal di bilangan Taman Mini.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian saat menjelaskan soal penangkapan terduga teroris di Bekasi (foto: nasional.kompas)
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengungkapkan, terduga teroris yang ditangkap di Bekasi, yakni AM alias AH, pada Rabu (23/12/2015) lalu merupakan tokoh utama. Operasi penangkapan merupakan kerja sama Polda Metro Jaya dengan Densus 88 Antiteror dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). “Abu Mushab atau AH, adalah tokoh utamanya, sudah tertangkap," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (25/12/2015).
Tito menegaskan, dengan penangkapan AM, pergerakan sel di bawah AM akan semakin terhambat. "Sebetulnya masih ada beberapa orang, gak banyak. Namun yang jelas tokoh utamanya di Jakarta," tegasnya. Pokoknya saya katakan Jakarta aman dan tim kita telah melakukan kerja keras memburu kelompok yang kita buru dan kita yakinkan kepada publik situasi aman," tegas Tito
Terduga teroris dengan inisial AL merupakan warga negara China yang berasal dari sebuah daerah bernama Uighur, wilayah perbatasan antara Turki dan China (Tiongkok). Saat penangkapan, polisi menemukan banyak bahan baku untuk merakit bom dan juga ditemukan buku cara membuat/merakit bom. "Bahan-bahan rakitan sudah lengkap," kata Anton.
Suku Uighur yang Muslim tinggal di Propinsi Xinjiang, gerakan kemerdekaan menuntut lepas dari China dan bergabung dengan Republik Turkestan, UAE pada 2014 menetapkan sebagai kelompok teror, sementara Al-Qaeda dan ISIS mendukung gerakan ini. (foto : zoneerd)
AL diketahui baru sekitar satu bulan tinggal di lokasi tersebut, dengan alasan ingin mencari pekerjaan. Ia menyewa sebuah rumah kontrakan milik Solihin sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Selain kedua orang tersebut, pihak-pihak lain yang diduga terkait seperti AA, An, dan NR masih dikejar oleh polisi. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa AL sedang dipersiapkan untuk menjadi pengebom bunuh diri (pengantin/konser). Anton Charliyan juga membenarkan bahwa AL terkait pula dengan keberadaan warga etnik Uighur yang ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu. "Karena ada informasi, yang dari Uighur, salah-satunya adalah ini (AL)," katanya. Polisi sebelumnya telah menangkap setidaknya tiga orang Uighur yang hendak bergabung dengan buronan tersangka teroris Santoso di pedalaman Poso. Mereka ditangkap bersama seorang anggota kelompok Majelis Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso. Bulan Juli lalu, mereka divonis bersalah oleh pengadilan Indonesia dan dihukum penjara enam tahun.Jaringan Teror Yang Berbeda dan Target Serangan Teror
Dari Penjelasan Kadiv Humas Polri, Anton menjelaskan, terduga teroris di Bekasi yang ditangkap berafiliasi dengan ISIS dan kelompok-kelompok radikal lain di luar negeri. Sedangkan teroris yang berada di Jawa Tengah berafiliasi dengan kelompok Solo, sementara kelompok Jawa Timur berafiliasi dengan kelompok Klaten.
Anton menjelaskan, bahwa tiga tersangka teroris yang ditangkap di Mojokerto diduga sebagai petinggi kelompok teroris di Indonesia. "Bisa dibilang begitu," kata Anton, Kamis (24 /12/2015). Selanjutnya dikatakan, "Yang pasti merupakan jaringan lama." Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa mereka merupakan tokoh sentral dalam kelompok teroris yang ada di Indonesia saat ini.
Seorang anggota Polri menunjukkan bendera Islamic State yang ditemukan di rumah salah seorang pendukung di Solo, Jateng (foto: bbc-indonesia)
Choirul Anam alias Bravo diperkirakan sebagai salah satu pucuk pimpinan dalam jaringan itu. Sementara Teguh dan Indra dianggap sebagai rekrutan terbaik dari Choirul. Mereka berperan merangkai bom dan senjata, serta menjadi orang yang bertugas sebagai tim ahli IT dalam jaringan itu.
Menurut Anton, jaringan teroris Klaten merupakan pusat dari jaringan teroris yang ada di Jawa Timur. Dia mengatakan penangkapan teroris di Mojokerto pada Sabtu pekan lalu terkait dengan jaringan ini. Menurutnya, jaringan teroris di Klaten memiliki semacam pabrik untuk pembuatan bom rakitan dan senjata api. "Ada home industry mereka," kata Anton, Kamis (24/12/2015).
Dari pengembangan pemeriksaan, didapat informasi bahwa baik kelompok Abu Jundi maupun Kelompok Arief Bekasi sudah memiliki target serangan. Kadiv Humas Polri, Anton Charliyan membenarkan jaringan teroris Bekasi mengincar sejumlah pejabat teras Polri, bahkan Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti. "Benar, kemungkinan besar seperti itu," katanya, Kamis, (24/12/2015).
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti termasuk menjadi target teroris (Foto: liputan6)
Selain itu, jaringan Bekasi juga mengincar sasaran lainnya, seperti Kapolda Metro Jaya, eks Kepala Badan Narkotika Nasional Gories Merre, tempat ibadah kaum Syiah, dan tempat berkumpulnya orang-orang asing. Mereka menganggap pejabat Polri itu sebagai pihak yang menghadang gerakan serta perjuangan mereka, dan bukan hanya pejabat Polri, termasuk pejabat BNPT.
Secara spesifik mereka mengakui hendak melakukan penyerangan ke Mabes Polri, Polda Metro Jaya, Mabes TNI, dan beberapa gereja di Indonesia saat perayaan Natal dan tahun baru. Selain beberapa target di atas, kelompok ini juga menjadikan personel kepolisian dan TNI yang menjaga keamanan sebagai sasaran.
Kesimpulan
Operasi penangkapan dua jaringan utama, Abu Jundi di Mojokerto serta Abu Musab di Bekasi merupakan gebrakan akhir tahun bagi Densus 88 dan BNPT. Memang jaringan pokok telah di gulung, tersisa dua atau tiga orang tersangka lain yang sedang terus dikejar. Dengan demikian seperti dikatakan Kapolda Metro Jaya, Jakarta aman, semoga demikian.
Tersangka Teroris Uighur yang ditangkap Polisi (foto:beritajatim)
Yang menurut penulis perlu dicermati terkait penangkapan terduga teroris asal Uighur China. Diketahui mereka berafiliasi dengan Islamic State dan pernah masuk ke Poso sebanyak 9 orang, tiga sudah dihukum, satu tewas ditembak dan beberapa masih bergabung dengan kelompok Santoso di pegunungan Poso. Teroris Uighur pernah melakukan aksi teror di Thailand. Kini mendadak ada yang mucul di Bekasi dan siap melakukan serangan konser akhir tahun. Ini perlu diwaspadai.
Semoga kondisi keamanan demikian adanya, karena istilah konser, bisa saja mereka terinspirasi dengan serangan teror saat ‘konser’ band Eagles di Paris, yang menewaskan 89 orang dan melukai 352 orang. Menghadapi kelompok teror, terlebih mereka yang kini menjadi lebih militan dan maju dalam berkomunikasi, sebaiknya kita jangan over confident. Suksesnya serangan teror spektakuler di Paris 13 November 2015 menurut penulis disebabkan karena lengahnya aparat intelijen dan keamanan Perancis. Baca artikel penulis pada artikel terkait. Akibatnya akan sangat fatal. Begitulah kira-kira. Salam Old Soldier Never Die.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Anggota Raider TNI AD Tewas Ditembak Kelompok Santoso di Poso, http://ramalanintelijen.net/?p=10204
-Latar Belakang Serangan Teror di Paris dan Prinsip Desentralisasi, http://ramalanintelijen.net/?p=10138
-Suksesnya Serangan Teror Mematikan di Paris Karena Perancis Teledor, http://ramalanintelijen.net/?p=10123
-Indikasi Kuat Sabotase Bom Pada Kecelakaan Metrojet Airbus A-321-200 Kogalymavia Rusia, http://ramalanintelijen.net/?p=10095