Presiden Jokowi Aman Dikelilingi Empat Jenderal Kopassus
15 June 2015 | 8:21 am | Dilihat : 1865
Saat Kampanye Pilpres Jokowi, Luhut dan Hendro Priyono
Dalam sebuah pemerintahan, apa yang terpenting?Jawabannya, mampu survive. Karena pemerintahan terbentuk dari sebuah sistem politik negara, penulis menjadi teringat saat mengikuti kuliah ilmu politik teringat pengertian atau definisi politik, bahwa politik adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan.
Nah, penulis yang beberapa waktu lalu agak khawatir dengan kondisi kekuatan dan kemampuan Jokowi dalam mempertahankan jabatannya sebagai presiden dihadapkan dengan beberapa serangan, kini menilai team inner circle-nya lebih mampu menata sistem pengamanan yang semakin mendekati sempurna. Jelas ini sebuah upaya dalam rangka mengamankan dan mempertahankan keberlangsungan kekuasaan.
Sejak tanggal 20 Oktober 2014, Jokowi resmi berhasil meraih kekuasaan dan menjadi presiden Republik Indonesia yang ketujuh untuk periode 2014-2019. Setelah menjadi presiden, jelas Jokowi tidak hanya solo karir dalam memimpin, tetapi ada team strategis disekitarnya yang juga membantunya menjadi presiden kemudian kini terlihat ikut mengawalnya hingga 2019 dalam beberapa posisi. Mari kita bahas kepiawaian inner circle presiden dalam langkah pengamanan.
Dalam dunia intelijen, pengamanan adalah fungsi intelijen selain penyelidikan dan penggalangan. Penyelidikan dipahami sebagai upaya mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang merupakan informasi yang diperlukan bagi subyek. Pengamanan adalah sebagai upaya dan tindakan mengamankan agar tidak menjadi sasaran dari pihak lawan.
Sementara aspek penggalangan merupakan upaya untuk menciptakan suatu kondisi dan situasi yang menguntungkan, agar lawan atau calon lawan mau bertindak dan memutuskan seperti apa yang dikehendaki.
Lebih spesifik lagi pengamanan yang disusun oleh team presiden menyangkut pengamanan personil, pengamanan materiil, pengamanan informasi dan pengamanan kegiatan.
Nah, kini kita melihat bahwa dengan terpilihnya Letjen (Pur) Sutiyoso menjadi calon Kepala Badan Intelijen Negara, maka Presiden Jokowi dapat dikatakan akan semakin aman berada diantara empat Jenderal purnawirawan, mantan Kopassus dan selama ini dikenal cukup berbobot dalam kiprahnya. Keempatnya adalah Jenderal Pur Luhut Panjaitan (1970) sebagai Kastaf Kepresidenan, Jenderal Pur Subagyo HS (1970) Anggota Watimpers, Jenderal Pur Hendro Priyono (1968) Timses, dan kini Letjen Pur Sutiyoso (1968), akan menjadi Kepala BIN.
Pada saat penulis diundang TVOne pada hari Sabtu (13/6/2015) sebagai narsum soal penunjukkan Pak Sutiyoso (Bang Yos) sebagai calon tunggal Kabin, penulis menyatakan bahwa Sutiyoso tidak bekerja sendiri, tetapi dia mempunyai staf intelijen di BIN yang sudah tertata dengan baik, mumpuni. Apapun tanggapan mereka yang menolaknya, hak prerogatif presiden mampu mematahkannya.
Kini Bang Yos menyatakan sudah mendapat green light presiden kalau perlu bisa mengubah tata organisasi BIN serta akan melakukan penilaian dan mengganti pejabat agar sesuai dengan kompetensi sebagai orang intelijen. Pemimpin baru pada umumnya akan melakukan perubahan, menata kembali pejabat dibawahnya, ini sebuah rumus umum.
Nah, menurut penulis, presiden di waktu-waktu mendatang akan lebih tenang dan yakin dalam bekerja, dimana di posisi internal, ada Mas Luhut yang akan membantunya mengawasi para pembantu-pembantunya di kabinet, sementara Mas Bagio dan Mas Hendro membantu memberi masukan dan pertimbangan. Untuk masalah pengamanan, early warning dan early detection akan dikendalikan oleh Bang Yos. Gerakan anti Jokowi akan dengan mudah terdeteksi dan dinetralisir.
Dengan demikian maka paling tidak Presiden Jokowi akan tenang dalam memimpin, bertindak dan mengambil keputusannya. Jelas informasi lengkap akan diterimanya dari BIN, komunikasi politik akan diatur oleh Kepala Staf. Di sini berarti ancaman politik, penjatuhan atau impeachment dapat dimentahkan sebelum menjadi matang dan berbahaya.
Di lain sisi citra Jokowi sebagai presiden rakyat dinilai masih sangat kuat, sulit untuk dipatahkan. Sebagai contoh, presiden mantu saja disamakan dengan pesta rakyat, sekian ribu para sukarelawan Projo bergembira dan berkumpul bersama di Solo.
Kini pertanyaan intelijen, apakah dengan demikian maka presiden akan aman hingga 2019. Jawabannya bisa iya dan bisa tidak. Jokowi akan aman hingga 2019 apabila sistim pengamanan dirinya murni dalam rangka niat baiknya mengemban amanah yang diberikan rakyat. Presiden akan menjumpai kesulitan apabila ada kepentingan-kepentingan lain atau pemanfaatan diluar kepentingan diri atau teamnya tersebut dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Era demokrasi di Indonesia adalah era kebebasan, sulit menutupi sesuatu yang buruk. Rakyat akan terus mengawasi pemerintah.
Masalah penting dan rawan yang perlu diperhatikan pesiden adalah persoalan ekonomi, jangan sampai ekonomi Indonesia jatuh, ini akan berimbas kepada stabilitas keamanan dan pemerintah sehebat apapun tidak akan mempu bertahan apabila perekonomiannya memburuk. Presiden yang berkuasa puluhan tahunpun jatuh karena negara mengalami kesulitan perekonomian. Mungkin demikian.
Sementara masalah lain yang menurut penulis (sense of intelligence) yang perlu dipikirkan oleh presiden kini adalah hubungannya dengan PDIP. Dalam beberapa waktu terakhir, nampak ada kegelisahan (masih kelabu) di kalangan internal parpol tersebut. Prananda (putra Megawati) dan band Rodinda mengeluarkan lagu yang diantara liriknya adalah Tempus Abire Tibi Est (Kamu Sudah Saatnya Pergi). Lebih ekstrem lagi judul lagunya penghianat, di posting pada megawati.org. Ini contoh kegelisahan yang tersamar.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Minggu (14/6/2015) menyatakan, "Setiap lagu pasti ada dialektikanya sendiri. Seperti misalnya kalau orang menciptakan lagu cinta, apakah berarti dia sedang kasmaran? Kalau Mas Nanan (sapaan Prananda) membuat lagu bertema seperti itu, apa berarti sedang benci?" katanya.
Apakah ada yang perlu meninggalkan PDIP? Kira-kira kesitu arahnya. Jangan disepelekan, kegelisahan kader PDIP perlu disikapi oleh presiden dan tim pengamannya. Semoga bermanfaat.
Penulis : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net