Begal Jakarta dan Bom Depok itu Pra Kondisi atau Pengalihan Isu?

28 February 2015 | 8:16 am | Dilihat : 1541

pistol begal

Beberapa pistol Begal Yang Disita Polisi ( foto : kompas.com)

Beberapa waktu terakhir mendadak masyarakat Jakarta terusik rasa amannya dengan terjadinya aksi kejahatan yang disebut media sebagai 'begal.' Menurut pengertian secara umum, sebenarnya begal itu adalah perampok yang pekerjaannya menghadang barang orang lain di tengah jalan di tempat yang sunyi. Tetapi ada juga pengertian begal juga berarti diartikan sebagai pemalak, pemeras, penodong, penyamun, perampok.

Nah, begal yang diberitakan mendadak menyerbu khususnya kawasan  sekitar Jakarta adalah aksi perampasan sepeda motor oleh beberapa pelaku yang juga menggunakan sepeda motor. Mereka menjadi sangat terkenal dan ditakuti karena melakukan tindak kekerasan fisik, merampas dan kemudian menyakiti dan bahkan menyebabkan korban meninggal dunia. Polisi menyebtkan tindakan tersebut adalah tindak pencurian dengan kekerasan.

Kisah begal berawal, dimana korban Bambang Syarif Hidayatullah, 23 tahun, tewas akibat ditusuk komplotan pembegal sepeda motor di Jalan Raya Ir. H. Juanda, Kelurahan Baktijaya, Sukmajaya, Kota Depok, Jumat (9/1/2015) dinihari sekitar pukul 01:45 WIB. Menurut keterangan saksi, M Faisal, 24 tahun, korban sempat dikeroyok tiga orang pria sebelum akhirnya sepeda motor korban, Satria FU, dibawa kabur.

"Dari hasil visum sementara, korban tewas akibat tiga luka tusuk pada bagian dada dekat ketiak. Menurut keterangan saksi, korban dipepet dan dikeroyok. Sepeda Motor korban kemudian dibawa kabur," jelas Kapolsek Sukmajaya, Kompol Agus Widodo, Jumat (9/1/2015). Setelah itu kemudian beberapa aksi pencurian dengan kekerasan (begal sadis)  kemudian merembet ke kota-kota sekitarnya, mulai dari Bekasi, Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Tangerang Selatan. Kota-kota itu mencakup tiga provinsi yaitu, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.

Dari hasil penyelidikan polisi, disebutkan bahwa  ada enam kelompok begal yang beraksi di Jakarta dan sekitarnya saat ini. Kahumas Polda Metro Jaya  Kombes Martinus mengatakan di Polda pada hari Rabu (25/2/2015), "Kelompok ini lebih ke hubungan kerabat dan asal daerah," katanya.  Mereka berasal dari Lampung, Pandeglang, Depok, Bekasi, Karawang, dan Bogor. "Kelompok ini bermain di Jakarta, tapi lebih banyak di daerah penyangga," tegasnya.

Sepekan sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono mengatakan, Rabu (18/2/2015) ada ada dua kelompok pencurian dengan kekerasan yang beraksi di Depok. "Kelompok SMA dan kelompok Lampung," katanya. Lima pelaku begal SMA tertangkap dan dua melarikan diri. Menurutnya, dua kelompok begal ini beraksi di sebelas tempat di Depok pada malam hari. "Para pelakunya militan. Ada dua korban meninggal karena dibacok," ujarnya.

 Unggung  mengatakan sedikitnya 29 pelaku pencurian dengan kekerasan serta pencurian kendaraan bermotor ditangkap. "Di antaranya tujuh pelaku tewas ditembak," katanya di Polres Bekasi Kota, Kamis (26/2/2015). Dari tangan pelaku, polisi menyita 12 senjata api rakitan, 2 senjata api organik, dan 140 senjata tajam. Saat digerebek, kelompok Lampung melakukan perlawanan bersenjata hingga ada seorang polisi tertembak di tangannya.  Unggung Cahyono mengatakan dari total penangkapan itu pada Jumat,  27 Februari 2015 ada 93 tersangka yang ditangkap. Perincian, 13 asal Lampung, 2 dari Jakarta dan 78 asal pinggiran Jakarta.

Dua hari sebelumnya, warga yang kesal dan marah dengan aksi begal kemudian bereaksi. Saat terjadi upaya  pembegalan di Jalan Masjid Baiturrahim, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Selasa dinihari (24/2/2015). Pelaku terdiri dari empat orang menyerang dengan samurai, tetapi korban melakukan perlawanan. Satu dari empat begal berhasil ditangkap warga. Warga yang geram langsung memukuli begal yang tertangkap hingga babak belur dan akhirnya membakarnya hingga tewas. Dia adalah Hendriansyah, 22 tahun, warga RT 04 RW 06 Jalan Inpres 5, Larangan Utara, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang.

Dari beberapa aksi begal tersebut, kemudian pada jejaring sosial beredar isu gelap yang menakutkan masyarakat adanya aliran kelompok begal dari Sumatera ke Jakarta, serta adanya akdi balas dendam begal di Tanggerang. Rumors bergulir dikalangan penguna Black Berry dan Whats App. Isu tersebut dibantah oleh kepolisian dan dikatakan tidak benar.

Selain berita begal, berita menarik bagi media adalah terjadinya ledakan di ITC Depok (lantai-2), Jl Margonda Raya, Depok, Jabar, Senin (23/2/2015) sekitar pukul 17.40 WIB. Ledakan tersebut adalah bom rakitan kecil dan sangat sederhana. "Iya betul. Ledakannya low explosive," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Heru Pranoto.

Analisis

Pertanyaan yang timbul, ada apa mendadak bersamaan muncul kegiatan begal-membegal yang marak di kawasan penyangga dipinggiran Jakarta. Apakah ini murni kejahatan belaka atau sebuah ulah menciptakan gangguan stabilitas keamanan. Para penjahat yang rata-rata masih muda tersebut melakukan tidak kejahatan dengan kekerasan, baik menembak atau membacok korbannya.

Kawasan penyangga Jakarta pada masa lalu dikenal sebagai daerah dimana kelompok teroris kelompok lama (JI/JAT) mempersiapkan kegiatan teror dan melangsungkan teror baik di Jakarta maupun daerah Indonesia lainnya. Kasus kelompok pembom Depok, kelompok teroris di Tanggerang Selatan, teroris asal Bekasi, Tanggerang sangat dikenal dikalangan aparat keamanan. Mapping dari Densus 88 sudah terpetakan dengan jelas. Penulis saat bertugas sebagai anggota kelompok ahli di Badan Nasonal Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah melakukan analisis beberapa kegiatan teror di daerah penyangga Jakarta tersebut.

Jakarta adalah ibukota Negara Indonesia, dimana keamanan Jakarta adalah barometer yang sangat mempengaruhi gambaran Indonesia. Stabilitas Jakarta yang terganggu akan menyebabkan citra stabilitas nasional akan terganggu, karena Jakarta adalah pusat pemerintahan.

Oleh karena itu, aksi begal dan kemudian upaya bom di ITC Depok dalam waktu yang relatif bersamaan sebaiknya dicermati dengan benar. Media akan ditarik untuk memberitakannya, karena kalau itu aksi teror yang di setting, maka dia butuh pemberitaan. Kini warga mulai merasa lebih was-was kalau naik motor pada malam hari ditempat sepi, dampaknya rasa percaya kepada aparat keamanan (polisi) akan berkurang. Apakah polisi target sebenarnya? Ditambah dengan bom Depok. Walau kecil tetapi aksi sebuah bom di tempat publik menurut penulis sangat khusus.

Dari sejarah peledakan bom oleh kelompok teroris JI/JAT, mereka tidak pernah menyerang daerah publik (mall/pasar Swalayan). Bom pernah diledakkan di Gereja, Pos Polisi, dan Kantor Polisi. Mengapa? Karena teroris masa lalu berusaha menghindari dijadikan musuh bersama oleh masyarakat, tempat mereka bersembunyi.  Musuh utamanya adalah polisi. Pertanyaan selanjutnya apakah ada kaitan dengan ISIS atau Islamic State, nampaknya juga agak kecil, karena IS kalau menyerang akan melakukan serangan spektakuler, korban jumlahnya banyak/sangat sadis. Bom Depok tersebut hanya diletakkan di kamar kecil, tempat sepi, bomnya kecil dan tidak jatuh korban.

Dengan demikian, nampaknya bom rakitan itu bisa merupakan pelengkap upaya pra kondisi atau bisa juga pengalihan isu? Jadi jangan sederhanakan bom itu sebagai perbuatan orang iseng belaka. Menurut penulis nampaknya ada upaya menurunkan stabilitas keamanan di daerah penyangga Jakarta yang jelas akan dilanjutkan ke Jakarta pastinya. Para pelaku bisa penjahat atau mereka yang mempunyai sejarah kriminal, dimanfaatkan oleh si perencana. Ini terlihat bahwa aksi sadis dan bersenjata api rakitan serta melukai korban adalah bukan hanya kejahatan biasa, tetapi sudah direncanakan. Ini tindakan yang memang direncanakan dan dikordinir, karena ada pelaku yang menggunaan senpi.

Apabila aksi begal dan bom Depo itu dikaitkan dengan   pengalihan isu, yang menonjol kini adalah eksekusi mati para bandar Narkoba, dimana Australia dan Brasil sangat keberatan, berupaya agar warganya tidak dihukum mati. Kedua yang menonjol adalah kasus perseteruan Polri-KPK, tetapi  sudah menurun dan ditemukan solusi oleh Presiden Jokowi. Jadi nampaknya agak kecil untuk pengalihan isu ini, kaitannya hampir tidak ada.

Langkah polda Metro Jaya yang cepat tindak dan tanggap, dapat dikatakan merupakan counter yang juga harus diberitakan media. Memang aksi begal jangan terlalu dibesarkan, cukup sekedar diberitakan kejadiannya. Ini adalah aksi teror, dan mungkin saja dilakukan oleh kelompok teror yang mencoba memanfaatkan situasi.  Bisa dilakukan kelompok tunggal atau berkolaborasi dan mungkin pemanfaatan penjahat oleh kelompok tertentu.

Kesimpulannya, aksi-aksi kejahatan yang terjadi penulis simpulkan sementara ini sebagai upaya pra kondisi penurunan stabilitas keamanan. Efek yang ditimbulkan tidak besar, tetapi cukup mengigit, karena target utamanya adalah penurunan kepercayaan kepada aparat keamanan (polisi). Apabila terus berlanjut, maka sasaran besar selanjutnya adalah turunnya keparcayaan kepada pemerintah.  Kira-kira begitu membacanya,menurut penulis.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

Artikel terkait :

-Kaitan Bom Depok dengan Tambora, Apa sasarannya?, http://ramalanintelijen.net/?p=5684

-Teroris Jaringan Solo, Poso dan Depok ditangkap Densus di Solo,  http://ramalanintelijen.net/?p=5776

-Teroris Solo, Depok dan Ambon Saling Terkait dengan Abu Omar,  http://ramalanintelijen.net/?p=5741

-Catatan Penting Sel Teroris yang Tewas di Tangsel Malam Tahun Baru 2014,  http://ramalanintelijen.net/?p=7885

-Enam Teroris Pamulang Tewas Digerebek Densus pada Malam Tahun Baru 2014,  http://ramalanintelijen.net/?p=7879 -Perseteruan Antara Polisi dan Teroris makin Merucing, http://ramalanintelijen.net/?p=7204

-Penyuplai Senjata ke Penembak Polisi di Tanggerang Ditangkap,  http://ramalanintelijen.net/?p=7421

         
This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.