Penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe Sydney Bisa Diperkirakan Terkait Islamic State

15 December 2014 | 4:27 pm | Dilihat : 485

peta lokasi penyanderaan di sydney

Peta lokasi penyanderaan di Martin Place (Foto : news.com.au)

Pada Senin (15/12/2014) pagi terjadi aksi penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe, Martin Place Sydney. Penyanderaan yang diperkirakan dilakukan oleh seseorang bersenjata api kemudian menguasai cafe tersebut dan menyandera baik pegawai maupun pengunjung yang sedang berada di dalam cafe tersebut. Sementara belum diketahui dengan pasti berapa jumlah yang di sandera, beberapa sumber menyebutkan jumlah 13, ada yang menyebut 20 dan bahkan ada yang mengatakan hingga 50 orang.

Penyandera kemudian membuat benteng manusia, dimana beberapa sandera diantaranya wanita dipaksa merapat ke jendela serta meletakkan tangannya ke jendela kaca. Selain itu nampak ditayangkan adanya sebuah bendera berwarna hitam dengan huruf arab berwarna putih  tertulis ditengahnya.

Kepolisian New South Wales mengatakan pihaknya telah dihubungi dan bergegas menuju ke lokasi sekitar pukul 09.45 LT (Local Time). Polisi mengatakan setidaknya terlihat  satu pria bersenjata yang terlibat. Polisi mengatakan terdapat juga bendera hitam dan putih yang diletakkan di jendela. Hal ini diyakini sebagai bendera hitam standard yaitu bendera  jihad (news.com.au).

Insiden tersebut belum dicap atau dimasukkan sebagai serangan teroris, tetapi polisi telah mengkonfirmasi mereka telah memberlakukan penanganan masuk kategori" konsisten sebagai sebuah serangan terorisme.”

Komisaris Polisi NSW,  Andrew Scipione kepada wartawan tetap sebagai situasi penyanderaan "tapi kami siap untuk meningkatkan tindakan jika kita perlu". Polisi mengatakan mengidentifikasi setidaknya satu pria bersenjata yang terlibat.

Seorang pekerja di Lindt cafe yang berhasil keluar dari bangunan mengatakan kepada kepada stasiun Nine News: "Semua orang duduk, pintu terkunci. Ada satu orang berjalan-jalan dengan topi dan janggut,"katanya.

bendera di cafe

Sandera sebagai pagar di jendela serta nampak bendera hitam (foto:news.com.au)

Pada konferensi pers pagi ini Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan, pemerintah tidak tahu apakah situasi penyanderaan itu bermotif politik. "Kami belum tahu motivasi pelaku, kita tidak tahu apakah itu bermotif politik meskipun ada indikasi kearah itu ada," katanya."Inti dari kekerasan bermotif politik adalah untuk menakut-nakuti orang. Australia adalah masyarakat yang damai, terbuka dan murah hati dan tidak pernah harus berubah, oleh sebab itu  saya menghimbau semua warga untuk tetap melakukan kegiatan seperti biasa," katanya.

PM Abbott meminta kepada warga, kalau ada melihat sesuatu yang aneh mereka diharapkan melaporkan kepada  Keamanan Nasional. "Ini jelas merupakan insiden yang sangat memprihatinkan tetapi semua warga Australia harus diyakinkan bahwa lembaga penegak hukum dan keamanan kami yang terlatih dan juga telah dilengkapi akan mampu menanggapi secara menyeluruh dan profesional," katanya.

Reaksi internasional terhadap krisis telah datang dari  PM Kanada Stephen Harper yang menyatakan melalui tweeter berupa dukungan.  Presiden AS Barack Obama juga telah mendapat laporan tentang terjadinya penyanderaan tersebut.

"Martin Place adalah lokasi bagi beberapa bangunan penting, termasuk kantor NSW Premier Mike Baird, Reserve Bank of Australia, Westpac Bank dan kantor pusat Commonwealth Bank serta kedutaan AS dan Tujuh Jaringan. Mahkamah Agung, Rumah Sakit Sydney, Perpustakaan Negara Bagian NSW, dan NSW parlemen sementara  juga di tutup.

The Sydney Opera House juga di tutup untuk sementara dimana  otoritas  keamanan melakukan  langkah-langkah keamanan di seluruh kota.  Konsulat AS juga telah ditutup.

Para staf dari Stasiun TV Channel 7 yang terletak  di sudut Philip dan Hunter Styang berjumlah  beberapa ratus orang juga telah di evakuasi. Salah seorang reporter Channel-7 Chris Reason mengatakan   bahwa polisi memasuki bangunan Channel 7 pada jam 10.00/LT dan  menggunakan gedung mereka sebagai titik tinjau/pengintaian setelah insiden pertama terjadi pada 09:44/LT.

Analisis

Walaupun aksi penyanderaan belum ditetapkan sebagai aksi teror dari jaringan ISIS yang kini bernama Islamic State (Negara Islam), tetapi nampaknya warga Australia kini mengalami paranoid. Warga melihat, pengamanan gedung pemerintahan di Australia (parlemen) telah ditingkatkan.

Pemerintah Australia semakin mengkhawatirkan dengan keterlibatan warganya dalam organisasi Jihadis ISIS (IS), dimana Mohammad Ali Baryalei (33) adalah tokoh IS yang kini berada di kawasan Timur Tengah. Ali Baryalei yang keturunan Afghanistan dan kemudian beremigrasi ke Australia merupakan tokoh 'jegger' di King Street dan kemudian pada April 2013, Baryalei melakukan perjalanan ke Timur Tengah dan ikut berperang bersama kelompok Jabhat al-Nusra (Al-Qaeda), kemudian pindah dan bergabung ke IS.

Saat ini pemerintah Australia memperkirakan ada 60 warganya yang bergabung dengan kelompok teroris di Timur Tengah. PM Australia Tony Abbott mengumumkan bahwa pemerintah Australia telah membatalkan 60 paspor warganya yang akan bergabung dengan IS di Timur Tengah. Tercatat sudah ada sekitar 20 warga Australia yang kembali dari Timur Tengah baik yang pernah bergabung dengan Jabhat al-Nusra ataupun dengan Islamic State. Dan PM Abbott menyebutkan ada sekitar 100 simpatisan IS yang memberikan dana kepada IS.

Warga Australia diketahui ada yang meninggal di Timur Tengah, setelah beredarnya foto kematian keduanya di Suriah, yaitu Tyler Casey, 22 tahun, dan istrinya, Amira Karroum, 22 tahun. Mereka terbunuh di Aleppo, Suriah, awal Januari lalu. Keduanya kemudian terdeteksi terlibat dalam jaringan ISIS yang direkrut Baryalei.

Keterlibatan warga Australia dalam gerakan Islamic State, lebih ditegaskan dengan aksi dari Khaled Sharrouf yang mengunggah foto-foto pemenggalan kepala, pembunuhan yang dilakukan oleh IS, dan bahkan menayangkan foto anaknya yang masih kecil sedang memegang kepala yang sudah dipenggal.

Dari beberapa kasus serta perkembangan jaringan terorisme Islamic State di seantero dunia, nampaknya kini Australia yang terletak demikian jauh dari kawasan Timur Tengah mulai merasakan dampaknya. Seperti fatwa yang disampaikan oleh Amir IS, Abu Bakr al-Baghdadi, agar jaringan serta simpatisannya melakukan serangan teror terhadap Amerika serta sekutunya.

Australia memang mempunyai pengalaman berperang bersama-sama dengan AS baik di Afghanistan, Irak, Syria dan lainnya di Timur Tengah, tetapi Australia jelas harus melakukan introspeksi terhadap sistem keamanan nasionalnya. Karena yang dihadapi Australia bukan musuh dari luar dnegan senjata militer, tetapi musuh utamanya yang akan mengganggu keamanan serta ketenangan hidup warganya adalah serangan teror yang dilakukan oleh warganya sendiri.

Yang kini terjadi dan dikembangkan oleh kelompok jihadis dibawah Abu Bakr al-Baghdadi adalah "Homegrown Terrorism," yaitu terorisme yang dibentuk di internal masing-masing negara. Siapkah Australia menghadapi ini? Teror semacam ini juga akan terjadi terhadap AS serta sekutu-sekutunya yang lain.  Semakin banyak warga sebuah negara kembali dari medan pertempuran di Irak dan Syria, maka akan semakin banyak pelatih teror yang akan mengembangkan teori teror di negara tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia hingga kini belum muncul gerakan signifikan berupa ancaman langsung, memang diketahui beberapa orang yang pernah bergabung dengan IS maupun Jabhat al-Nusra telah kembali ke tanah air, walaupun tenang diperkirakan mereka sedang menyusun kekuatan.

Beberapa analis intelijen serta kontra teror memperkirakan dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan akan muncul gerakan tersebut dan menjadi ancaman bahaya. Tetapi kita percaya dengan pengalaman yang cukup lama, baik Densus-88 maupun aparat intelijen telah semakin baik dalam melakukan mapping kelompok teror tersebut.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

Artikel Terkait :

-Analisis Ancaman ISIS di Australia, http://ramalanintelijen.net/?p=90

-Uni Emirat Arab Rilis Daftar 82 Kelompok Teroris, Al Qaeda dan ISIS Yang Utama, http://ramalanintelijen.net/?p=9277

-Apabila Baghdad Jatuh Seperti Saigon, Apa Tindakan Amerika?,  http://ramalanintelijen.net/?p=9195

-Awas ; ISIS Akan Menyerang dengan Senjata Teror Ebola, Target Utama Warga AS Dimanapun, http://ramalanintelijen.net/?p=9174

-“The Siege of Kobane,” Islamic State Menggabungkan Antara Terorisme, Perang Gerilya dan Perang Konvensional, http://ramalanintelijen.net/?p=9165

-Teroris Khorasan Grup, Elit Al-Qaeda Akan Menyerang Maskapai Penerbangan AS,  http://ramalanintelijen.net/?p=9135

-Menilai Ancaman Islamic State Terhadap AS, Negara Barat dan Indonesia,  http://ramalanintelijen.net/?p=8965

-Arab Dihancurkan dengan Operasi Intelijen, ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes,  http://ramalanintelijen.net/?p=8910

       
This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.