Inggris Menilai ISIS Ancaman Serius Bagi Keamanan Nasional
25 August 2014 | 9:54 am | Dilihat : 387
[google-translator]
PM Inggris, David Cameron (Foto : kolozsvaros.id)
Dari beberapa laporan intelijen, kekuatan pasukan ISIS (ISIL) yang kini mengganti nama menjadi Islamic State, IS (Daulah Islamiyah) diperkirakan berjumlah sekitar 25.000 orang, terdiri dari mantan anggota Al-Qaeda, 65 persen eks anggota Jabhat al-Nusra (Al-Nusra Front) terutama milisi asing, warga dari negara-negara di Timur Tengah, terutama lebih dari 1.000 warga Arab Saudi, ditambah warga negara Barat, seperti Inggris, Australia dan juga beberapa ratus dari Asia seperti Indonesia.
Perkembangan terakhir, IS berusaha melakukan tekanan, mencoba merebut dan menguasai bendungan di Sungai Tigris, sekitar 30 mil dari kota Mosul, yang merupakan sumber penting listrik untuk Mosul, kota terbesar kedua di Irak. Bendungan itu juga merupakan titik kontrol untuk pasokan air bagi wilayah yang lebih luas. Penguasaan bendungan oleh militan IS menimbulkan kekhawatiran kemungkinan ancaman terhadap dialirkannya air bah setinggi 20 meter di Irak utara. Pasukan Kurdi (Peshmerga) kini berusaha menguasai bendungan tersebut dengan dukungan serangan udara oleh pesawat tempur USAF.
Diperkirakan kini terdapat sekitar 1,2 juta orang pengungsi dari Irak, dan diantaranya terdapat ribuan warga Yazidi dan Kristen yang mengungsi dan bertahan di Gunung Sinjar. Presiden Obama mengatakan pemerintah Irak meminta bantuan dan AS agar bertindak "berhati-hati dan bertanggungjwab, untuk menghindari kemungkinan aksi genosida" terhadap masyarakat Yazidi dan Kristen tersebut, yang merupakan kelompok minoritas di Irak. Selain mengepung Gunung Sinjar, pejuang IS juga mengepung kota Irbil (dibawah kontrol suku Kurdi) dengan serangan artileri, dimana AS masih mempertahankan kantor konsulat dan masih adanya para penasihat militernya di kota tersebut.
Pentagon menyatakan pesawat mereka menyerang artileri IS yang dipakai untuk melawan pasukan Kurdi yang mempertahankan kota Irbil. Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengizinkan dilakukannya serangan udara sejak hari Kamis (7/8/2014), tetapi mengatakan AS tidak akan mengirim kembali pasukan daratnya kembali ke Irak. Dua pesawat F/A-18, menurut Pentagon, menjatuhkan bom 500 pound pada sasaran baterai artileri IS yang menyerang Irbil. Serangan udara tersebut merupakan yang pertama sejak Presiden Obama menarik pasukannya dari Irak pada tahun 2011.
Ditengah kemelut pertempuran antara pasukan gabungan Kurdi bersama Irak melawan Daulah Islamiyah, seorang Jenderal Inggris, Sir Richard Shirreff Petinggi militer Inggris paling senior di tubuh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu menilai pemerintah Inggris memiliki politisi yang ingin tampil tapi tanpa dilengkapi ‘tongkat pemukul’. Inggris dinilainya lamban dan tidak mau terlibat dalam konflik di Irak.
Dari fakta keterlibatannya dalam konflik bersama AS, Inggris bergabung dalam invasi AS ke Irak pada tahun 2003, namun menarik pasukannya pada tahun 2009, lebih dari dua tahun sebelum Amerika terakhir meninggalkan Irak pada 2011. Sejak itu, telah terjadi keengganan masyarakat luas untuk kampanye di luar negeri, termasuk di Afghanistan. Sikap ini banyak dikritik di dalam negeri Inggris.
Pejabat pertahanan Inggris mengatakan, bahwa sejumlah kecil tentara Inggris sebenarnya sudah berada di wilayah Kurdi, Irak Utara, ketika negara-negara Barat, yang dipimpin oleh AS berusaha menyelamatkan sekte Yazidi dan kelompok minoritas agama dari pengepungan pasukan Islamic State. Tapi pasukan ditarik kembali setelah diterjunkan dalam satu hari karena penilaian Amerika bahwa kebutuhan untuk misi penyelamatan tidak lagi mendesak.
Tanggapan PM Inggris David Cameron
Perdana Menteri Inggris David Cameron menuliskan pendapat dan kegalauannya tentang konflik di Irak dan Suriah, ditayangkan pada The Sunday Telegraph pada 16 Agustus 2014.
ISIS (ISIL) kini menimbulkan ancaman langsung dan mematikan ke Inggris.Tetapi Inggris tidak akan terlibat kembali dalam perang di Irak. Inggris tidak akan mengirimkan Angkatan Darat. Fokus Inggris adalah perekonomian, keamanan dam masa depan yang harus didahulukan. Setelah resesi yang mendalam dan merusak, dan keterlibatan Inggris dalam konflik yang panjang dan sulit di Irak dan Afghanistan, banyak yang mengatakan Inggris tidak mendapatkan apapun bila kembali terlibat.
Tapi harus diakui bahwa masa depan yang cerah dirindukan warga Inggris, dasn dibutuhkan rencana jangka panjang untuk keamanan serta bagi perekonomian. Keamanan sejati hanya akan tercapai jika Ingris menggunakan semua sumber daya yang ada, bantuan, diplomasi dan kekuatan militer.
Undang-undang Imigrasi Inggris akan mencabut naturalisasi kewarganegaraan mereka jika mereka diduga terlibat dalam kegiatan terorisme. Inggris telah memblokir 28,000 situs teroris yang terkait web, termasuk 46 video yang terkait ISIL. Jika ada orang yang berjalan dengan membawa bendera ISIL atau mencoba untuk merekrut orang-orang untuk tujuan teroris di Inggris, mereka akan ditangkap. Kami orang Inggris adalah orang-orang yang toleran, tetapi tidak ada toleransi harus memungkinkan ruang untuk jenis ekstremisme beracun di negara kita.
Diketahui adanya konflik antara Syiah dan Sunni, tapi itu adalah cara yang salah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang kita saksikan sebenarnya adalah pertempuran antara Islam di satu sisi dan ekstremis yang ingin menyalah gunakan Islam di sisi lain. Inggris berada di tengah-tengah perjuangan generasi melawan ideologi beracun dan ekstremis. ISIL adalah ancaman baru yang gigih dalam mengejar tujuannya. Mereka sudah mampu mengendalikan bukan hanya ribuan pikiran, tetapi ribuan mil persegi wilayah, menyapu banyak bagian sisi perbatasan antara Irak dan Suriah untuk mengukir wilayah yang disebut khalifahnya. Itu menunjukkan mereka tidak merahasiakan tujuan ekspansionis. ISIL (ISIS) menawarkan desain pada Yordania dan Libanon, dan jauh sampai ke perbatasan Turki. Jika mereka berhasil, kita akan menghadapi negara teroris di pantai Mediterania dan berbatasan dengan negara anggota NATO.
Ini adalah bahaya yang jelas ke Eropa dan juga bagi keamanan Inggris. Ini adalah tantangan yang menakutkan. Tapi ini bukan berarti tak terkalahkan, selama kita sekarang siap dan mampu mengerahkan kemauan politik untuk mempertahankan nilai-nilai kita sendiri dan cara hidup dengan tekad yang sama, keberanian dan keuletan dimana kita menghadapi bahaya sebelumnya dalam sejarah. Itu adalah berapa banyak yang dipertaruhkan di sini, kita tidak punya pilihan selain untuk menghadapi tantangan.
Ekstremis ini, sering didanai oleh pihak fanatik yang tinggal jauh dari medan perang, memutarbalikkan agama Islam sebagai cara untuk membenarkan ideologi menyesatkan dan kebiadaban mereka dan mereka melakukannya bukan hanya di Irak dan Suriah tapi juga di dunia lain, dari Boko Haram dan al -Shabaab dengan Taliban dan al-Qaeda. Jadi ancaman ini tidak dapat hanya dihapus oleh serangan udara saja. Kami membutuhkan pendekatan jangka panjang yang tangguh, cerdas yang dapat mengalahkan ancaman teroris pada sumbernya.
Penciptaan sebuah kekhalifahan ekstremis di jantung Irak dan kemudian memperluas ke Suriah bukan masalah berapa mil jauhnya dari Inggris. Juga tidak masalah yang harus didefinisikan oleh perang 10 tahun yang lalu. Ini menjadi perhatian kami di sini dan sekarang. Karena jika kita tidak bertindak untuk membendung serangan gerakan teroris yang sangat berbahaya ini, hanya akan tumbuh lebih kuat sampai dapat menargetkan kita di jalan-jalan Inggris. Kita sudah tahu bahwa ia memiliki niat membunuh. Ekstremisme beracun di Irak dan Suriah telah mempengaruhi kita semua dan Inggris tidak punya pilihan selain menghadapi tantangan, demikian kata penutup PM Inggris David Cameron.
Analisis
Dari beberapa fakta diatas, terlihat bahwa terjadi sedikit masalah dalam penanganan konflik di Suriah dan Irak. Inggris di satu sisi memang merupakan sekutu terdekat AS di wilayah benua manapun. Keduanya bekerjasama baik dalam bidang militer maupun intelijen. Badan Intelijen AS, NSA dan CIA memberikan anggaran kepada MI6/SIS(Secret Intelligence Service) dan GCHQ (Government Communication Headquarters). Dimana dalam beberapa operasi intelijen clandestine, pihak AS menggunakan badan intelijen Inggris agar terbebas dari pelanggaran ketentuan hukum di AS yang harus mendapat persetujuan dari kongres.
Yang menarik, kasus ISIS (ISIL) yang kini bernama Islamic State menurut bocoran dari Edward Snowden adalah bentukan dari NSA, MI6 dan Mossad. Tetapi melihat statement dari Cameron, nampaknya terjadi kompartmentasi operasi yang hanya diketahui para principle agent dari badan-badan intelijen tersebut. Hal ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh Presiden George Bush saat berhenti menjadi presiden AS, bahwa hal yang paling disesalinya adalah mempercayai informasi adanya SPM (Senjata Pemusnah Massal) di Irak, hingga Irak diputuskan di serbu. Bagi negara-negara besar seperti Amerika dan Inggris, badan intelijen menempati posisi sangat kuat, sehingga di AS gabungan lima badan intelijennya disebut sebagai kekaisaran intelijen.
Dari fakta dan data yang ada, nampaknya penilaian David Cameron terhadap ISIl (IS) merupakan kekuatan baru kelompok teroris yang banyak meracuni warganya. Dari beberapa informasi, ada sekitar 300 warga Inggris yang kini bergabung dengan Islamic State akan kembali ke Inggris, oleh karena itu Cameron sangat khawatir mereka akan membuat ulah di Inggris.
Dari pihak Amerika, nampaknya serangan terhadap kekuatan IS juga tidak terlalu serius, hanya ada dua kemungkinan, Daulah Islamiyah belum perlu dihancurkan atau memang dipelihara, karena teori sarang tawon belum menunjukkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Serangan udara USAF hanya menghalangi serangan IS ke Irbil dimana terdapat kantor perwakilan AS dan penasihat militernya di wilayah Kurdi, serta bendungan Sungai Tigris. Atau AS memang sangat membatasi langsung keterlibatannya dalam konflik tersebut.
Membacanya, semua yang terjadi di Irak dan Suriah adalah kemelut, konflik bersenjata horizontal dan juga vertikal, dimana sebagai pemain utamanya adalah anak buah Abu Bakr al-Baghdadi yang dijuluki si Hantu. Memang menurut Cameron itu bukan hanya konflik sektarian belaka, tetapi pemanfaatan Islam untuk penerapan syariah dengan keras dan brutal. Tetapi penulis membacanya konflik bersumber antara penganut Islam Syiah dan penganut Islam Sunni, dua kekuatan utama yang menguasai kepemimpinan di beberapa negara.
Nah, kalau kini PM David Cameron sebagai pimpinan nasional Inggris, sebuah negara besar saja sudah demikian khawatir, apakah pimpinan nasional Indonesia yang akan memerintah tidak khawatir? Menurut teman penulis, Sydney Jones, pengamat dari crisis group, Indonesia akan menjumpai masalah apabila para pejuang yang kini berada di Irak dan Suriah nanti kembali ke Indonesia. Mereka akan membawa ide, pemikiran, keyakinan dan ke brutalan dengan alasan penerapan negara Islam.
Oleh karena itu nampaknya kita perlu mulai menata dengan UU bagaimana memperlakukan gerakan Islamic State (Daulah Islamiyah) versi si Hantu itu. Jangan sepelekan hal ini, karena mereka jauh lebih berbahaya, kejam dan menghalalkan cara dibandingkan kelompok teroris yang sudah ada. Inggris saja takut, apakah kita tidak takut, mungkin hanya karena tidak tahu atau cuek-cuek saja, terlalu percaya diri, disikat kalau sudah muncul. Tapi bukan begitu caranya di era demokrasi masa kini, nanti dituduh pelanggaran HAM lagi, nah ribet kan? Pertanyaan terakhir, tahukan kita siapa Daulah Islamiyah itu? Ataukan sudah menjadi bola liar? Atau masih dalam kontrol handler?
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, analis intelijen, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Awal Kepemimpinan Jokowi Sudah Sangat Benar, http://ramalanintelijen.net/?p=8950
-Arab Dihancurkan dengan Operasi Intelijen, ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes , http://ramalanintelijen.net/?p=8910
-ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?, http://ramalanintelijen.net/?p=8696
-Ancaman Perkembangan ISIS di Indonesia Sangat Serius, http://ramalanintelijen.net/?p=8679
-China Merupakan Ancaman Utama Australia, http://ramalanintelijen.net/?p=8075
-Sebelum Mampu Membuat Pedang, Indonesia Jangan Terlibat konflik AS-China di LCS, http://ramalanintelijen.net/?p=8004
-Konsep Strategis AS dan Kekaisaran Intelijen, http://ramalanintelijen.net/?p=7777
-Fokus Gelar Tempur Pasukan AS akan ke Asia, http://ramalanintelijen.net/?p=4819
-Potensi Konflik Militer di Laut China Selatan dan Semenanjung Korea, http://ramalanintelijen.net/?p=7564
-Kemampuan Militer Jepang Akan Ditingkatkan, http://ramalanintelijen.net/?p=7143
-China menerapkan Zona pertahanan baru di Laut China Timur http://ramalanintelijen.net/?p=7735
-Perseteruan AS dan China di Laut China Selatan, http://ramalanintelijen.net/?p=4336