Antara ISIS, Pengunduran Diri PM Irak Maliki dan Pembom Bunuh Diri asal Indonesia dan Australia
18 August 2014 | 10:47 am | Dilihat : 824
[google-translator]
Nauri al-Maliki Saat Mengundurkan diri (sumber : bellenews.com)
Hari Jumat petang lalu (15/8/2014), penulis mendapat undangan Kompas TV sebagai narasumber masalah ISIS di Indonesia. Topik utama penulis diminta menjelaskan tentang perkembangan ISIS di Indonesia juga masalah adanya bomber (pembom bunuh diri) asal Indonesia yang kemudian diketahui bernama Wildan Mukhollad asal Lamongan Jawa Timur.
Saat talk show berlangsung, Kompas TV juga menayangkan saudara kandung Wildan yang bernama Abdul Latif. Saat ditanya, dikatakan bahwa benar saudaranya itu telah meninggal dunia karena melakukan bom bunuh diri di kota Fallujah, Irak pada awal bulan Februari 2014. Abdul latif menjelaskan bahwa Wildan awalnya ikut kakaknya yang bekerja di Mesir, dia bersekolah di sekolah di SMA Al-Azhar, Mesir.
Abdul Latif menjelaskan bahwa keluarganya pada awalnya tidak mengetahui kegiatan Wildan disana. Hanya saat akan berangkat Wildan mengatakan kepada Ibunya bahwa dia ingin berjihad, membela Islam. Ibunya mengatakan kalau berjihad jangan di tanah air. Nah, disanalah rupanya niat itu dilaksanakan setelah dia bergabung dengan ISIS. Tindakan yang dianggapnya jihad itu adalah dengan berperang disebuah medan tempur, dan kemudian mengorbankan nyawanya sendiri.
Penelusuran Tentang Wildan dan Bomber dari Australia
Bomber asal Indonesia Wildan Mukhollad ( sumber; aktualpost.com)
Kisah Wildan telah diungkap oleh Harian Surya (Jawa Timur) yang kemudian di tayangkan di kompas.com. Soal warga Indonesia yang berangkat ke Irak dan Suriah dikatakan oleh Kapolri berjumlah 56 orang dan ada empat yang tewas. Informasi BIN diketahui dari pernyataan singkat Kepala BIN Wilayah Jawa Timur Brigjen TNI Andi Zainudin Azikin dalam koordinasi di kantor Gubernur Jatim. Brigjen Andi menyebut ada tujuh anggota ISIS asal Lamongan yang sudah ikut berperang di Irak dan satu meninggal dunia.
Dari penelusuran Surya diketahui yang meninggal adalah Wildan Mukhollad, asal Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, Lamongan. Menurut kakak Wildan, Muhammad In'am, kabar diterima tanggal 10 Februari 2014 dari Ali Fauzi (adik terpidana mati Bom Bali, Amrozi dan Mukhlas). Ali yang penulis kenal, pernah bersama penulis sebagai narasumber di TV One adalah mantan anggota Jamaah Islamiyah yang menjadi pengajar pada Madrasah Tsnawiyah (MTS) Al-Islam, Tenggulun Solokoro, Lamongan, dimana Wildan juga mengikuti pendidikan.
Menurut In'am adiknya memang bercita-cita mati syahid di medan tempur, membela saudara seagama di Irak dan Suriah. "Dia memang tidak ingin kembali ke Tanah Air," ujar In’am saat ditemui Surya di kediamannya, Senin (11/8/2014). “Di kalangan ikhwan, apa yang dilakukan adik saya termasuk amaliah istisyhadiyah. Akan tetapi, kami tidak ingin menyimpulkan dia syahid atau tidak. Itu urusan Allah. Kami meyakini Wildan meninggal dengan baik karena tujuan yang mulia,” katanya.
Dari informasi keluarga itu, rupanya Wildan setelah ikut kakaknya di Mesir, sejak tahun 2012 menghilang dan kemudian pernah memberi kabar kakaknya Nasiroh di Mesir bahwa dia bergabung di ISIS di kota Aleppo, Suriah. Rupanya Wildan yang relatif muda (lahir pada 6 Januari 1995) cukup disegani dan berhasil mengajak 20 teman sekolahnya bergabung di ISIS memerangi pemerintahan Suriah, Bashar al-Ashad.
Pelaku bom bunuh diri yang beraksi sebuah pasar di ibu kota Irak, Baghdad, pada pertengahan Juli 2014, diidentifikasi sebagai Abu Bakr al-Australi, ternyata merupakan remaja berusia 18 tahun asal Melbourne, Australia. Menurut Pemerintah Australia, remaja tersebut baru berusia 17 tahun saat meninggalkan negaranya. Pihak ISIS dalam pernyataannya mengatakan, pelaku bom bunuh diri itu bernama Abu Bakr al-Australi. Menurut ISIS serangan terjadi dekat masjid Shi'ah Abdullah bin Rawah di pasar grosir utama kota Shorja dengan meledakkan bom rompi.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop belum menegaskan laporan itu tapi mengatakan pemerintah berusaha keras mencegah warga Australia menjadi radikal. "Jika laporan itu benar, ini adalah sebuah tragedi bahwa seorang pemuda Australia dapat menjadi seorang pelaku bom bunuh diri dan menewaskan sejumlah orang di Irak. Itulah mengapa kami menangani masalah ini dengan sangat serius." katanya.Jaksa Agung Australia George Brandis menyebutkan, Abu Bakr merupakan warga Australia kedua yang melakukan aksi bom bunuh diri dalam konflik di Irak dan Suriah. Pengamat Profesor Greg Barton dari Australia mengatakan, warga Australia yang berpotensi menjadi pelaku bom bunuh diri tampaknya terpengaruh pernyataan bahwa "masyarakat telah membuat mereka gagal."
Tentang ISIS
Penulis saat menjadi narsum di Kompas TV itu, karena keterbatasan waktu, menjelaskan secara umum tentang apa organisasi ISIS dan bahaya dari perkembangannya di Indonesia. Artikel ini untuk melengkapi penjelasan lebih lanjut. ISIS (Islamic State for Iraq and Suriah), dikenal juga sebagai ISIL (Islamic State for Iraq and Levant) adalah kelompok jihad, secara luas dianggap sebagai organisasi teroris. Dalam statusnya kini yang menyatakan sebagai Negara Islam (Islamic State), mengklaim otoritas atas semua umat Islam di seluruh dunia untuk bergabung dibawah kontrolnya.
Kalangan Barat menyebutkan selain akan mengontrol Irak dan Suriah, Islamic State (Daulah Islamiyah) awalnya juga akan melebarkan sayap di Levant (mencakup Yordania, Israel, Palestina, Lebanon, Siprus, dan daerah di Turki selatan yang mencakup Hatay). Oleh karena itu ada yang menyebutkan sebagai ISIL.
Perkembangan organisasi Islamic State berawal dari pembentukan Al-Qaeda in Irak (AQI) (2003-2006) didirikan oleh Abu Mus'ab al-Zarqawi, yang berjanji setia kepada Osama bin Laden. Al-Zarqawi tewas dalam serangan udara AS pada tanggal 7 Juni 2006. Pemimpin baru AQI, Abu Ayyub al-Masri, mengumumkan pada Oktober 2006, AQI kemudian berubah menjadi Mujahidin Shura Council (2006-2006) pimpinan Abu Omar al-Baghdadi dan kemudian berganti nama menjadi Negara Islam Irak atau ISI (2006-2013).
Saat itu kelompok-kelompok pemberontak lainnya seperti Jeish al-Taiifa al-Mansoura, Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba dan Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah, dan sejumlah suku Irak yang mengaku Islam Sunni bergabung ke ISI. Abu Ayyub al-Masri dan Abu Omar al-Baghdadi tewas pada bulan April 2010, menandai kerugian yang signifikan bagi organisasi. Abu Bakr al-Baghdadi kemudian mengambil alih kepemimpinan ISI.
Pada 8 April 2013, Abu Bakr al-Baghdadi mengumumkan pembentukan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai Islamic State of Iraq and Syria. Sebagai pemimpin ISIS, al-Baghdadi menjalankan dan memimpin semua aktivitas ISIS di Irak dan Suriah.
ISIS dikenal menginterpretasikan tindakan ekstrim yang brutal dan keras atas nama agama Islam dan hukum syariah dan ISIS memiliki catatan kekerasan mengerikan. Diketahui target operasi kekerasannya khususnya diarahkan kepada Muslim Syiah, Assyrian / Kasdim /Syria Kristen dan Armenia Kristen, Yazidi, Druze, Shabakis dan Mandean. Pada awalnya ISIS memiliki sekitar 4.000 pejuang dalam jajarannya di Irak, di samping serangan terhadap sasaran pemerintah dan militer, ISIS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan yang telah menewaskan ribuan warga sipil.
Abu Bakr al-Baghdadi dan ISIS terus melakukan serangan profil tinggi di Irak dan terus melakukan upaya untuk memperluas daerah kekuasaan. Pelaku bom bunuh diri dan bom mobil pada paruh pertama tahun 2013 menyebabkan sekitar 1.000 kematian Irak.
Setelah merubah nama ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi pada April 2013 itu juga menyatakan kelompok itu beroperasi di Suriah mengklaim bahwa Front Al-Nusra (Jabhat al-Nusra) bergabung dengannya. Al-Nusra sebagai perwakilan Al-Qaeda di Suriah membantah dan kemudian bentrok dengan ISIS. Al-Qaeda dibawah pimpinan Ayman al-Zawahiri mengusir ISIS agar keluar dari Suriah, tetapi keinginannya tidak digubris oleh al-Baghdadi.
Kini ISIS di Irak telah mengonsolidasi cengkeraman daerah yang direbut dari pemerintah Irak, sejak menguasai kota Mosul ISIS memiliki kekayaan lebih dari US$2milyar. Mereka terus bergerak dan hanya berada sekitar 60 km dari ibukota Baghdad, menunggu langkah berikutnya. Analis intelijen Barat, Skinner mengatakan tentang kesuksesan kepemimpinan al-Baghdadi, "Tidak ada yang tahu apa-apa tentang dia. Dia bisa menjadi Robin Hood. Dia bisa menjadi doktor yang jahat, jelas sangat sulit untuk melawan mitos." Yang dipunyai Baghdadi dan ISIS adalah momentum.
Dalam kondisi tekanan yang demikian berat, pemerintahan Irak yang mayoritas dikuasai oleh Syiah akhirnya jatuh. Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, yang menjabat delapan tahun terakhir, mengatakan dia melepaskan jabatan ke sesama anggota Partai Dawa, Haider al-Abadi. Al-Maliki mengatakan keputusannya didasarkan pada keinginannya untuk "melindungi kepentingan tinggi negara," menambahkan dalam pidato televisi Kamis (14/8/2014) malam bahwa ia tidak akan menjadi penyebab pertumpahan darah.
Al-Maliki selama ini dituduh memonopoli kekuasaan dan mengejar agenda keras pro-Syiah yang telah mengasingkan minoritas Sunni. Tekanan intensif terjadi ketika aliansi politik Syiah itu didukung anggota lain dari partainya, Haider al-Abadi, untuk menggantikannya. Presiden Fouad Massoum dinominasikan al-Abadi untuk membentuk pemerintahan berikutnya.
Dalam sebuah pernyataan, Maliki meminta tentara, polisi dan pasukan keamanan untuk fokus dalam membela negara, tidak terlibat dalam krisis politik. Dia kini nampaknya terisolasi sebagai politisi Irak dimana masyarakat internasional lebih mendukung Haider al-Abadi, tokoh Syiah kuat lainnya yang ditunjuk dipandang sebagai sosok yang dapat mempersatukan negara dalam menghadapi pemberontakan Sunni yang semakin menyebar.
Sementara Amerika Serikat akan mempertimbangkan bantuan militer tambahan, bantuan ekonomi dan politik bagi Irak setelah pemerintahan yang baru terbentuk. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dalam konperensi pers bersama Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel dan mitra dari Australia mengatakan pada hari Selasa di Sydney Australie, mendesak PM baru Irak Haider al-Abadi agar segera membentuk pemerintahan baru. Kerry berharap para pemimpin Irak harus mendapatkan kembali kepercayaan dari warganya dengan mengambil langkah-langkah terbaiknya.
Komentar Kerry di Sydney mengikuti pernyataan dari Presiden Barack Obama bahwa Irak telah mengambil "langkah yang menjanjikan ke depan" dalam menetapkan Abadi sebagai perdana menteri baru. Hagel mengatakan di Sydnery bahwa Amerika Serikat siap untuk mempertimbangkan dukungan militer lebih lanjut di Irak.
Analisis
Penulis telah membuat analisis dengan adanya informasi bahwa pemimpin tertinggi ISIS yang kini bernama Islamic State (Daulah Islamiyah) atau Negara Islam, Abu Bakr al-Baghdadi adalah tokoh bentukan dari badan intelijen Israel Mossad, dibantu MI6 dan CIA. Fakta berdasarkan informasi dari whisleblower, Edward Snowden yang mantan staf NSA dan juga mantan agen CIA. Baca; "ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?", http://ramalanintelijen.net/?p=8696.
Tujuan perekrutan dan pembinaan organisasi ISIS yang kemudian menjadi IS dengan strategi sarang lebah ("the hornet's nest"), adalah untuk mempersatukan kelompok teroris dunia dalam satu wadah agar mudah di identifikasi. Tujuan yang kedua menurut dokumen NSA yang di copy oleh Snowden, adalah menciptakan destabilisasi kawasan Timur Tengah, untuk mengecilkan dan bahkan meniadakan ancaman negara-negara Arab terhadap Israel.
Pejabat badan intelijen Barat mengatakan bahwa kelompok teroris Negara Islam radikal telah mendorong untuk membentuk sel-sel di luar Irak dan Suriah, termasuk di Eropa, bahkan mereka berusaha untuk memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah. Nampaknya tiga negara pembina ISIS telah melakukan kompartmentasi ketat yang biasa dilakukan dalam operasi intelijen, sehingga tidak semua intelijen Barat lainnya mengetahui langkah tersebut.
Islamic State dikatakan sedang melakukan perluasan ambisi terorisme eksternal yang paralel bergerak agresif di kawasan Timur Tengah. ISIS yang kini kekuatannya sekitar 12.000 orang mampu merekrut sekitar 3.000 ribuan pejuang asing, termasuk pemegang paspor Barat yang sekarang jumlahnya terbanyak di antara para anggotanya di Irak. Terbanyak dari Arab Saudi sekitar 1.000 orang.
Menarik yang dikatakan oleh analis Greg Miller (14/8/2014), benar bahwa pemerintahan Obama berusaha untuk membendung pergerakan Negara Islam di Irak dengan kampanye terbatas serangan udara yang dirancang untuk melindungi pengungsi dan personil AS di wilayah itu tapi tidak membongkar kelompok teroris. Presiden Obama mengatakan hari Kamis bahwa kampanye udara akan terus bahkan setelah berakhirnya pengepungan ISIS ke puncak gunung di mana ribuan anggota minoritas sekte Yazidi terdampar, tapi dia tidak menyebutkan potensi bahaya dari Islamic State ke Amerika Serikat dan negara sekutunya.
Bagaimana dengan upaya pelebaran sayap Islamic State (IS) atau Daulah Islamiyah ke Indonesia? Dari pejelasan Kapolri dan Ka Bin, nampaknya jumlah warga negara Indonesia yang berangkat ke Irak dan Suriah berjumlah 56 orang, dan yang meninggal empat orang. Jumlah tersebut mungkin kini bertambah, karena ada juga yang pergi dengan melalui negara ketiga. Yang sangat perlu diperhatikan adalah perkembangan pengaruh Daulah Islamiyah yang merangsang masyarakat untuk berba'iat kepada Abu Bakr al-Baghdadi.
Bahkan tokoh JAT Abu Bakar Ba'asyir yang kini dipenjara di Nusakambangan selama 15 tahun juga dikabarkan sudah berba'iat ke al-Baghdadi. Pemimpin IS menyebut dirinya sebagai khalifah. Dia menerjemahkan kepada para pengikutnya bahwa seorang khalifah adalah seseorang yang memerintah negara tanpa batas. Oleh karenanya dia mengganti nama ISIS menjadi Islamic State. Dengan kata lain, semua umat Islam di mana pun berada harus taat dan berbaiat kepadanya.
Itulah sebabnya ia merekrut milisi dari berbagai bangsa di dunia. Menarik pendapat pengikutnya, kini mereka ‘berjihad’ di Irak, setelah ini mereka mungkin akan berperang ke tempat mana pun sesuai perintah Khalifah Al Baghdadi. ‘‘Kami bagaikan anak panah dan terserah Khalifah Al Baghdadi mengarahkan kami ke sasaran mana pun," kata Abu Mutsanna Al Yamani, pemuda Inggris dalam brigade Daulah Islamiyah.
Jatuhnya pemerintahan Nouri al-Maliki menunjukkan bahwa ancaman Islamic State semakin menakutkan di Irak khususnya bagi pengikut Syiah. Apabila al-Baghdadi yang pasukannya sudah berada sekitar 60 km dari Baghdad mampu menguasai ibukota negara itu, diperkirakan akan terjadi pembantaian besar-besaran. Oleh karenanya nampaknya pemerintahan yang baru diharapkan akan mampu mendamaikan dengan pengikut Sunni bersenjata.
Oleh karenanya, Islamic State kini membacanya sangat berbahaya, ulah mereka di sebuah negara hanya akan melakukan makar, merebut negara, merubah Undang-Undang Dasar dengan aturan Syariat Islam seperti yang mereka kehendaki. Di Indonesia masih cukup banyak yang menginginkan diterapkannya Syariat Islam, karena itu bagi beberapa pihak mereka tidak perduli kebrutalan dari ISIS yang jelas sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam pada umumnya. Ada pendapat bahwa al-Baghdadi adalah bukti kesuksesan sebuah negara Islam.
Wildan dan pengebom asal Australia itu adalah salah satu bukti bahwa sudah ada warga Indonesia dan Australia yang siap mengorbankan nyawanya. Seperti dikatakan kakak Wildan, yang ikhlas dengan meninggalnya adiknya dan mengatakan , "Di kalangan ikhwan, apa yang dilakukan adik saya termasuk amaliah istisyhadiyah. Akan tetapi, kami tidak ingin menyimpulkan dia syahid atau tidak. Itu urusan Allah. Kami meyakini Wildan meninggal dengan baik karena tujuan yang mulia," kata An'im.
Mungkin ada informasi yang terputus dan tidak tertangkap oleh mereka di Indonesia yang mendengar tentang ISIS, IS atau Daulah Islamiyah? Penulis melihat relevansi kaitan antara tokoh ISIS Abu Bakr al-Baghdadi serta organisasi ISIS sebagai bagian dari operasi intelijen politik dari Israel, Inggris dan AS. Bocoran dari Snowden yang juga pernah membuka penyadapan terhadap Presiden SBY, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberapa pejabat oleh Australia dan AS, kini menunjuk semua ulah ISIS adalah political and intelligence issue by design. Mereka yang bergabung ke ISIS atau IS akan langsung dicatat sebagai bagian atau jaringan terorisme internasional oleh AS.
Tanpa disadari mereka yang berjuang atau berjihad di Irak, Suriah atau ditempat lain dalam organisasi ISIS atau IS, tanpa disadari atau diketahuinya terus berjuang membela Israel. Semua ini hanyalah permainan politik demi kepentingan masing-masing negara tersebut. Sekali dayung akan terlampaui dua pulau, AS akan mempunyai data baru terorisme internasional yang mungkin berpotensi mengancam negaranya dan Israel akan diamankan dengan kondisi destabilisasi kawasan. Buktinya mudah, ISIS atau Islamic State pimpinan al-Baghdadi tidak pernah sekalipun membantu rakyat Palestina yang ditindas oleh Israel. Ini jawabnya.
Memanfaatkan dan memainkan kartu preman semacam ini adalah hal yang biasa di dunia intelijen, terlebih apabila mereka mempunyai kemampuan menyadap, hingga sudah mempunyai data awal tentang strategi apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi ancaman terhadap keamanan nasionalnya. Kita harus awas, karena al-Baghdadi dan Islamic State sudah sangat kaya, yang mengkhawatirkan apabila mereka menggelontorkan dana ke sini dan mengembalikan warga Indonesia yang sudah berpengalaman perang di Irak dan Suriah untuk istilah mereka berjihad di Indonesia.
Pemerintah harus tegas menangani hal ini, tidak boleh ragu sebelum terlambat. Jangan tenang-tenang, api bisa mendadak membesar dan membakar apapun tanpa pandang bulu. Hambat perkembangan faham IS (Islamic State), halangi kemungkinan aliran dana dari IS, cegah link-up teroris Indonesia dengan IS. Utamanya tindakan penyadaran bahaya dari Daulah Islamiyah bagi kaum muda muslim. Apabila tidak mau repot, maka penulis perkirakan, peristiwa bom-bom di Indonesia sejak tahun 2002 bukan tidak mungkin bisa saja akan terulang dan yang jelas akan lebih menakutkan. Begitulah kira-kira.
Penulis; Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Arab Dihancurkan dengan Operasi Intelijen, ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes , http://ramalanintelijen.net/?p=8910
-ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?, http://ramalanintelijen.net/?p=8696
-Ancaman Perkembangan ISIS di Indonesia Sangat Serius, http://ramalanintelijen.net/?p=8679