Pilpres Aman, Selamat Ndan, Tapi Baiknya Tetap Waspada
23 July 2014 | 12:32 am | Dilihat : 420
Mari kita berdoa untuk Indonesia Tercinta (foto: masscovers.com)
Komisi Pemilihan umum menepati ketentuan, pada hari Selasa (22/9/2014), mengumumkan hasil keputusan KPU terkait rekapitulasi pemungutan suara Pilpres 2014, dengan kemenangan pasangan nomor urut dua capres Joko Widodo dan cawapres Jusuf Kalla. Pasangan ini memperoleh 70.997.833 suara atau 53,15 persen. Sedangkan jumlah total untuk pasangan nomor urut satu capres Prabowo Subianto memperoleh 62.576.444 suara atau 46,85 persen, sedangkan pasangan nomor urut 2 capres Joko Widodo memperoleh 70.997.833 suara atau 53,15 persen dari total suara sah 133.574.277.
Pada saat tersisa penghitungan di tiga propinsi, sekitar pukul 14.24 WIB, para saksi dari pasangan nomur urut satu membacakan surat dari capres Prabowo yang menyatakan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menarik diri dari rangkaian pilpres. Mereka menekankan penarikan diri Prabowo mulai dari rangkaian pilpres hingga rekapitulasi yang tengah dilakukan KPU. Situasi sempat terlihat tegang sehingga pemerintah sebagai penanggung jawab terselenggara dan pengamanan pilpres diwakili Menko Polhukam membuat pernyataan.
Ditegaskan oleh juru bicara pasangan Prabowo-Hatta, media sudah salah dalam mengutip pemberitaan. "Jadi tolong dikoreksi, kami tidak mundur dari pemilu. Tidak benar itu. Tapi kami mundur dari proses rekapitulasi yang ada sekarang," kata Tantowi di Rumah Polonia, Jakarta, Selasa (22/7/2014) sore.
Menko Polhukam Djoko Suyanto dalam pernyataannya meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) melanjutkan proses Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang sedang berlangsung. Demikian disampaikan Djoko dalam pernyataan resmi pemerintah menanggapi situasi terakhir dalam proses menuju pengumuman hasil Pilpres di Gedung KPU, di mana capres nomor satu, Prabowo Subianto, mengundurkan diri dari proses rekapitulasi nasional.
Ditegaskannya agar masyarakat harus menghindari tindakan-tindakan yang akan menciderai proses pematangan demokrasi di Indonesia. "Aparat keamanan tetap berkomitmen menjaga penuh mengamankan proses demokrasi ini agar keamanan, ketertiban, terlaksana sebaiknya," katanya dalam jumpa pers di kantor Menko Polhukam, Jakarta, Selasa (22/7). Aparat keamanan dalam hal ini Polri dibantu TNI akan betindak tegas apabila ada tindakan yang dilakukan siapapun yang melanggar hukum.
Sementara siang tadi Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Dwi Priyatno menyatakan, situasi di Ibu Kota masih aman terkendali. Ia menegaskan, secara keseluruhan kondisi di seluruh penjuru Jakarta masih dalam situasi kondusif. Peninjauan tersebut turut dihadiri anggota TNI Kodam Jaya yang dipimpin langsung Pangdam Jaya, Mayjen TNI Mulyono. Jakarta adalah barometer Indonesia, karena itu harus menjadi prioritas. Jatuh bangunnya pemerintah banyak ditentukan di Ibukota.
Terkait pengamanan ini, sekitar 10 ribu personel TNI juga tersebar di segala penjuru Jakarta. Polda Metro Jaya (PMJ) menerjunkan sekitar 23 ribu personel. Puluhan ribu personel itu tersebar di sejumlah sentra ekonomi dan permukiman, seperti Glodok, Jakarta Barat, dan Kelapa Gading, Jakarta Utara. "Termasuk berbagai objek vital di ibukota seperti Istana Negara, Komplek Parlemen, hingga Monumen Nasional," bebernya. Dwi memastikan, belum akan mencabut status Siaga I tersebut sampai kondisi Ibukota benar-benar kondusif.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri malam tadi menggelar konferensi pers menanggapi kemenangan Jokowi-JK bersama semua ketua umum partai pengusung. Selain mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara pemilu dan seluruh masyarakat, Mega juga menyoroti terpecahnya masyarakat pendukung dua pasangan capres."Sudah saatnya kita berkumpul lagi sebagai Bangsa Indonesia. Sekarang saatnya kita melihat ke depan untuk menjalankan pelantikan pada 20 Oktober mendatang. Kita akan memiliki pemerintahan baru," katanya. "Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita, pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan selamat," kata Ibu Mega dengan nada terharu.
Sementara Presiden terpilih Joko Widodo menyampaikan pidato perdana setelah penetapan dan pengumuman hasil Pemilu Presiden 2014, Selasa (22/7/2014) malam, di atas kapal pinisi Hati Buana Setia bersandar di Dermaga IX Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Ada pesan filosofis di balik pilihan lokasi pidato perdana ini. "Dipilihnya tempat ini adalah simbol komitmen dari pasangan ini (Jokowi-Jusuf Kalla) terhadap pembangunan dunia maritim Indonesia," tulis akun Twitter media center Jokow-JK.
Dalam pidatonya yang berjudul "Bergerak Bersama," pada sebagian pidatonya, Jokowi menyampaikan : "Kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap, kemenangan rakyat ini akan melapangkan jalan untuk mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, perbedaan pilihan politik seakan menjadi alasan untuk memisahkan kita. Dengan kerendahan hati kami, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, menyerukan kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk kembali ke takdir sejarahnya sebagai bangsa yang bersatu; bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Saya hakkul yakin bahwa perjuangan mencapai Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang berdikari dan Indonesia yang berkepribadian, hanya akan dapat tercapai dan terwujud apabila kita bergerak bersama."
Kemenangan Jokowi juga mendapat perhatian dari pemerintah AS. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry memberi ucapan selamat kepada Jokowi. Dilansir oleh AFP, Rabu (23/7/2014)/LT, Kerry menyatakan ingin bekerjasama dengan Jokowi. Dia mengapresiasi jalannya Pemilu di Indonesia. Dikatakannya, "The people of Indonesia united once again to show their commitment to democracy through free and fair elections. As the world's second and third largest democracies, the United States and Indonesia set an example for the world. We share many common values, including respect for human rights and the rule of law-as we deepen our partnership, promote our shared objectives globally, and expand people-to-people ties between our nations".
Melihat proses pilpres hingga terlaksananya pengumuman rekapitulasi pemungutan suara pilpres 2014 hingga menetapkan pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang merupakan jalan panjang yang tidak mudah baik bagi KPU, para peserta serta khususnya pemerintah yang bertanggung jawab. Kita melihat bagaimana Presiden SBY mati-matian dengan sekuat tenaga menjaga ritme, emosional, memanggil kedua pasang capres. Khususnya untuk mengendalikan para pendukungnya yang semakin lama semakin fanatik. Kita merasakan bersama bahwa rakyat Indonesia sempat terbelah dalam membanggakan jagonya, lawan politik bahkan sempat ditempatkan sebagai musuh. Teman dan bahkan saudara bisa menjadi musuh. Itu semua karena di era keterbukaan menjadi keracunan politik.
Semua yang buruk-buruk dari calon presiden khususnya diumbar di media sosial, terbuka, baik negative campaign hingga black campaign juga dihalalkan. Rasanya miris membaca perang statement diantara para pendukung itu. Tetapi kini semua sudah terlewati, walau pasti masih ada ganjalan yang belum lepas dari kubu Prabowo-Hatta. Ada beberapa keberatan dimana rekomendasi Bawaslu menurut tim suksesnya tidak ditindak lanjuti KPU, mereka mengatakan indikasi kecurangan. Dan mereka akan lapor ke Mabes Polri.
Nah, apakah pilpres sudah usai dan dipastikan aman? Sementara terlihatnya demikian. Adanya kabar hari kemarin akan adanya pengerahan massa hingga puluhan ribu tidak terbukti juga. Siang tadi, adanya pendemo yang hanya dua ratusan di bundaran HI, dijaga oleh ribuan polisi dan TNI. Nampaknya masyarakat kini merasakan bahwa semangat mendukung capres sudah melewati titik kulminasi, dan yang ada di alam pikiran rakyat Indonesia adalah Pulkam (pulang kampung), karena sebentar lagi lebaran. Euforia kemenangan kubu Jokowi-JK juga tidak nampak menonjol, paling banter memelontosi kepala.
Demikian juga pendukung Prabowo-Hatta juga tidak terlihat mengumpulkan massa. Juru Bicara Tim Prabowo-Hatta, Tantowi Yahya, di Rumah Polonia, Jl Cipinang-Cempedak, Jakarta Timur, Selasa (22/7/2014) malam menyatakan, "Langkah politik kami akan gunakan semua instrumen politik, misalnya di dewan, jadi pendekatannya paralel," katanya. Pendekatan paralel yang dimaksud Tantowi adalah upaya lewat lembaga Pemilu dan lembaga Hukum plus upaya lewat parlemen.
Mereka akan berjuang terlebih dahulu di Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Kemudian langkah selanjutnya yang mungkin akan ditempuh adalah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Koalisi merah putih ini begitu yakin bahwa terjadi banyak kecurangan di Pilpres kali ini karena mereka memegang data yang sahih.
Dari beberapa informasi diatas, karena itu mari kita bersama sama sebagai bangsa Indonesia bersatu kembali, setelah kemarin-kemarin kita terpecah dua. Mengucapkan memang mudah, tetapi apakah gemuruh yang tersisa di dada mereka yang kalah akan segera turun dan hilang. Semoga dengan puasa Ramadhan, acara pulang kampung, bertemu sanak saudara, bermaaf-maafan saat Idul Fitri akan menurunkan tensi kita semua. Kita akan bertemu, berkumpul kembali setelah Lebaran, khususnya di kota keras ini. Selamat berlebaran saudara-saudaraku.
Penulis mengucapkan selamat kepada pasangan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, juga kepada Ibu Megawati dan Pak Tjahjo Kumolo sebagai Ketua Tim Sukses. Juga penulis angkat topi tinggi-tinggi kepada Presiden SBY atas kesuksesan mengantar dan membimbing rakyat Indonesia dalam melaksanakan pileg dan pilpres dengan aman dan sukses. Juga kepada Menko Polhukam, Pak Djoko Suyanto (the blues), Panglima TNI, Kapolri dan jajaran, Kabin, para Kepala Staf Angkatan dan jajarannya, Ketua KPU dan jajarannya, yang telah sukses menjaga keamanan dan kelancaran pilpres, serta semua pihak yang terkait dengan pilpres.
Bangsa Indonesia kini bisa semakin bangga dan bisa berdiri tegak, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga, mampu melaksanakan pileg dan pilpres dengan sukses dan aman. Indonesia semakin maju, rakyat semakin faham bagaimana berdemokrasi yang baik. Sebagai negara yang baru belajar berdemokrasi, kekurangan pasti ada, tetapi mari kita nilai kekurangan dengan positif, kita perbaiki di masa mendatang.
Sebagai penutup, walau terlihat dan diperkirakan aman, sebaiknya aparat (khususnya intelijen) jangan lengah, agar kita tidak kecolongan, seperti tahun 2009, saat pemilu aman, mendadak kita dikejutkankarena ada bom bunuh diiri meledak di hotel JW Marriott. Mari kita kawal situasi kondusif ini. Yang harus kita sadari, bahwa dalam pemilu yang sengit ini, bangsa Indonesia diselamatkan Allah karena bertepatan dengan bulan puasa Ramadhan, sehingga masyarakat lebih dapat mengendalikan diri. Selamat kepada kita semua, kita selalu bangga dengan negara Indonesia tercinta. Wassalam.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan (Pray), www.ramalanintelijen.net