Antara Ramalan Jayabaya dengan Presiden 2014
21 July 2014 | 1:56 pm | Dilihat : 2008
Penulis berfoto dengan Bu Mega (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Tinggal satu hari lagi kita akan mendengar pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum, siapa yang akan menjadi Presiden RI ke-7, menggantikan Presiden SBY. Capres yang telah bersaing memperebutkan pengakuan rakyat Indonesia hanya dua yaitu capres nomor urut satu Prabowo Subianto dan capres nomor urut dua Joko Widodo yang lebih dikenal sebagai Jokowi.
Walaupun besok KPU menyatakan siapa yang menang, masih ada tahapan yang belum selesai, pihak yang kalah bisa mengajukan tuntutan ke Mahkamah Konstitusi. Apabila sudah ada keputusan, maka pasangan presiden dan wakil presiden terpilih akan dilantik pada 20 Oktober 2014.
Pada November 2011 penulis menyusun sebuah artikel dengan judul "Ramalan Intelijen dan Ramalan Jayabaya Presiden 2014," yang menyimpulkan Ibu Megawati Soekarnoputri yang akan menjadi presiden pada pilpres 2014 menggantikan Presiden SBY. Penulis mengaitkan ramalan intelijen dengan Ramalan Jayabaya, kira-kira begitulah.
Saat membuat artikel itu penulis mempercayai bahwa dari fakta pilpres 2004 dan 2009, Megawati terlihat menjadi capres yang disukai, walau kalah dari SBY. Mega selalu menjadi runner up, dimana juaranya SBY. Pengaruh dan kharisma Mega hingga 2009, bahkan hingga awal 2014 belum tertandingi tokoh nasional lainnya. Pada pilpres 2004 Mega unggul dari capres Wiranto, Hamzah Haz, dan Amin Rais. Pada pilpres 2009 Mega menggungguli capres Jusuf Kalla. Bahkan hingga awal 2014 Mega masih unggul elektabilitasnya dibandingkan Prabowo atau Aburizal Bakrie.
Nah, selain hasil penelitian dengan fakta-fakta yang ada, penulis mengikuti Ramalan Jayabaya, dimana ramalannya banyak dipercaya oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Ramalannya mengisyaratkan urutan presiden Indonesia.
Ramalan dibuat oleh Prabu Jayabaya, Raja Kediri sekitar thn-1135 M dalam "Serat Jangka Jayabaya" yang mampu memprediksi kejadian-kejadian jauh melampaui jamannya . Disebut Jangka karena seperti alat jangka yang mampu menarik /mengukur jarak secara tepat, maksudnya waktunya. Tidak hanya bersifat ramalan, tetapi akurasinya terukur.
Ramalan ini dikenal khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal Usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yg digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwasanya Jayabayalah yg membuat ramalan-ramalan tersebut.
Ramalannya yang dikaitkan dengan negara dan kepemimpinan di Indonesia adalah kata Notonagoro. Noto berarti menata, nagoro berarti negara. Jadi pemimpin Indonesia juga disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk menata negara. Suku kata tersebut ditulis dalam huruf Jawa yaitu honocoroko (ada utusan), dotosowolo (berbeda pendapat), podojoyonyo (sama-sama menang), mogobotongo (sama-sama kalah). Keduapuluh huruf Jawa itu mudah diberi huruf hidup hanya dengan menambahkan tanda. Ditambah tanda di depan atau dibelakang yang disebut ditaling tarung maka huruf A akan berubah menjadi O.
Nah, dikaitkan dengan ramalan Notonegoro, maka ramalan urutan pimpinan nasional yang memenuhi syarat setelah kemerdekaan adalah, No adalah Soekarno, To adalah Suharto, (BJ Habibie, Gus Dur dan Mega dalam urutan saat itu sebagai presiden tidak memenuhi syarat karena tidak memerintah satu periode penuh atau lebih/lima tahunan), No selanjutnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Nah, Go disini diartikan pemimpin dengan akhiran Go atau Ga.
Kalau dikaitkan dengan ramalan intelijen yang meramal bu Mega sebagai calon terkuat pada 2014, bisa saja terjadi Mega dengan akhiran Ga, bisa berubah terbaca menjadi Mego. Apakah beliaulah yang akan menggantikan Yudhoyono? Ternyata walaupun mendapat mandat dari kongres PDIP, Ibu Mega kemudian memutuskan memberikan mandat capres kepada Jokowi. Jadi kemudian yang bersaing adalah Jokowi melawan Prabowo.
Besok rakyat Indonesia akan mendapat keputusan siapa presidennya. Jokowi (Joko Widodo) atau Prabowo Subianto. Penulis mendadak teringat bahwa ramalan itu tegas menyebutkan urutannya, No (Soekarno), To (Suharto), (BJ Habibie, Gus Dur dan Mega dalam urutan saat itu sebagai presiden tidak memenuhi syarat karena tidak memerintah satu periode penuh atau lebih/lima tahunan), urutan selanjutnya No (Susilo Bambang Yudhoyono), dan urutan kini adalah Go. Baru kemudian Ro. Ternyata ramalan intelijen meleset, karena Mega tidak nyalon, jadi apakah Ramalan Jayabaya juga meleset?
Apabila melihat perjalanan periode pimpinan nasional, Setelah No dan To, ada tiga presiden yang tidak masuk dalam akhiran No, karena mereka menjabat tidak satu periode kepemimpinan (lima tahun). No, kemudian jatuh kepada Presiden SBY (Yudhoyono). Jadi pertanyaannya kini. Karena untuk urutan masa kini (Go), ternyata tidak cocok dengan nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto, apakan akan terulang kembali kasus presiden yang tidak penuh memerintah selama lima tahun seperti Gus Dur, Habibie dan Megawati?
Ini sebuah pertanyaan yang memang tidak bisa diyakini seratus persen kebenarannya. Siapapun besok tanggal 22 Juli yang menang, dia tidak cocok dengan Ramalan Jayabaya itu. Berarti kemungkinan dia tidak akan memimpin periode lima tahunan. Kalau menurut ketentuan dimana kalau Presiden jatuh akan digantikan Wakil Presiden seperti kasus Presiden Gus Dur yang jatuh dan digantikan oleh Wapres Megawati. Presiden yang tidak masuk dalam hitungan Jayabaya. Mungkin saja akan ada pergeseran tampuk kekuasaan kepada wakil presiden hingga tahun 2019. Wakil yang menang JK ataupun Hatta bisa naik pangkat menjadi yang nomor satu.
Nah itu hanyalah sekedar mengamati Ramalan Jayabaya. Yang penting kini kita sepakat bahwa siapapun yang menang maka dia harus kita dukung, karena dalam sistem demokrasi (adu banyak-banyakan), rakyat sudah menentukan pilihannya. Kita harus segera menghilangkan fanatisme kepada capres pilihan kita. Penulis melihatnya agak berbahaya, karena dalam memberikan dukungan, ada unsur kebencian dan ketidak percayaan baik terhadap Jokowi maupun Prabowo.
Kita berdoa semoga Presiden dan wakil presiden terpilih bisa menyelesaikan kepemimpinannya hingga lima tahun dan berakhir tahun 2019. Mohon maaf kalau ada yang tidak sependapat, ini hanya sebuah ulasan ringan indy blogger membahas soal ramalan yang belum tentu juga benar. Masalahnya banyak orang Jawa yang percaya.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Antara Ramalan Intelijen Presiden 2014 dan Jokowi, http://ramalanintelijen.net/?p=8218
-PDIP Harus Lebih Cermat Menyikapi Perkembangan Politik, http://ramalanintelijen.net/?p=8546
-Tekanan Psikologis Terhadap Megawati agar Tidak Maju, http://ramalanintelijen.net/?p=7899
-Apa Kata Bu Mega Tentang Capres PDIP dan Indonesia Raya di Mata Najwa, http://ramalanintelijen.net/?p=7940
-Hanya Mega dan SBY sebagai Kingmaker Terkuat pada Pemilu 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7872
-Antara Megawati dan Jokowi Soal Capres 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7849
-Antara Jokowi dan Kejujuran, Kunci di 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7805
-Menurut LSI, Mungkin Demokrat Hanya bisa Usung Cawapres, http://ramalanintelijen.net/?p=7660
-Jokowi Akan Dijadikan Musuh Bersama, http://ramalanintelijen.net/?p=7601
-Survei LSI; Capres Riil 2014, Megawati, Aburizal dan Dahlan Iskan, http://ramalanintelijen.net/?p=7597
-Capres 2014 Yang Mengapung, Sebuah Telaahan dari Old Soldier, http://ramalanintelijen.net/?p=7059
-Apakah Mega akan Menyerahkan Tongkat Estafet Calon Presiden?, http://ramalanintelijen.net/?p=6915