Antara PDIP, Keberanian Jokowi dan Jenderal (Purn) Ryamizard

16 April 2014 | 2:09 pm | Dilihat : 1169

PDIP kini menjadi partai jangkar di Republik Indonesia, dimana hasil sementara quick count suara nasional PDIP rata-rata berada dikisaran suara 19-20 persen, sementara Partai Golkar sekitar 15 persen, dan posisi ketiga Partai Gerindra sekitar 11-12 persen. Partai Demokrat sebagai the rulling party pada 2009 kini tercatat hanya mendapat sekitar  10 persen, PKB sekitar 9 persen, PAN sekitar 7 persen, PPP sekitar 6-7 persen, PKS antara 6-7 persen, Nasdem sekitar 7 persen, Partai Hanura sekitar 5 persen.

Untuk mencapai persyaratan pengajuan pasangan capres-cawapres, PDIP hanya membutuhkan tambahan sekitar 5 persen saja, dan kemungkinan PDIP akan berpeluang  mendapatkan jumlah kursi melebihi syarat 20 persen (112 kursi) untuk mengajukan pasangan capres.

Dengan posisinya saat ini, PDIP semakin yakin akan mampu mengusung sendiri pasangan capres-cawapres, tanpa harus menyetujui bermacam-macam syarat seperti yang biasa dilakukan apabila harus melakukan koalisi. Puan Maharani mengatakan, "Insya Allah PDIP nantinya bisa mempunyai presiden dan wakil presiden sendiri. Apakah cawapres dari internal atau bukan. Berteman dengan parpol lain atau tidak, capres cawapres itu ya pasangan dari PDI Perjuangan," tegasnya.

Keberanian Jokowi

Sebagaimana gaya Jokowi  yang ringan tanpa beban  walaupun ada fihak yang meng-underestimate,  Jokowi telah melakukan langkah-langkah kordinasi ke pelbagai pihak. Dia sudah mengunjungi beberapa tokoh parpol seperti Aburizal Bakrie, Surya Paloh, bertemu dengan para pemimpin redaksi dan terakhir bertemu dengan beberapa Duta Besar seperti Dubes AS, Turki, Mexico. Orang mengatakan, langkahnya disebut juga sebagai blusukan.

Penulis tertarik dengan tulisan seorang teman yang pernah bersama-sama bertugas menjadi staf ahli Menteri Pertahanan, Prof Bambang Pranowo, Guru Besar Sosiologi Agama UIN Ciputat/Rektor Universitas Mathla'ul Anwar, Banten. Dikatakannya, Jokowi adalah orang Jawa tulen, yang pekat dengan unggah-ungguh. Dalam menjalani kehidupannya, kata Mas Bambang Pranowo, orang Jawa percaya bahwa Gusti Allah yang mengatur segala-galanya, hidup hanya nglakoni, manusia sebagai boneka, wayang dan dalangnya adalah Tuhan.

Manusia tak punya kekuasaan apa pun, kecuali Allah yang menghendakinya. Dengan segala tuduhan yang ditimpakan kepadanya, Jokowi hanya menjawab ringan rapopo (tidak apa-apa). Itulah sifat sumeleh, keikhlasan, memaafkan orang yang bersalah kepadanya. Karena itu dia hanya tersenyum dituduh sebagai boneka,  karena meyakini dia adalah boneka dari Yang Mahakuasa.

Kini Jokowi menunjukkan keikhlasan yang menumbuhkan keberaniannya dalam kancah persaingan menuju ke wilayah kepemimpinan nasional. Jokowi mengatakan tidak akan menggunakan kata koalisi, karena konotasinya tidak baik tegasnya. Rupanya dia terkesan seperti masa lalu, dengan koalisi, akan ada persetujuan bagi-bagi kursi menteri. Jadi Jokowi lebih menyetujui kata kerjasama untuk Indonesia. Dari situlah dia melakukan silaturahmi keliling. Dia menegaskan," Kita bicara bangsa, negara. Jangan belum-belum nyodorin menteri," katanya. Dengan Surya Paloh, tidak bicara soal wapres atau menteri, tetapi hanya apa-apa yang sama-sama dilakukan."Kalau sama tujuannya, ya selesai, Maju," tegasnya.

Dengan tegas dan berani dikatakannya, kalau akhirnya hanya dengan Nasdem saja, ya tidak masalah, dan parpol lain kumpul menjadi satu ya tidak apa-apa, katanya. Jokowi menunjukkan sikap tidak takut apabila nanti kebijakannya dihadang, tidak jalan, sebagai akibat adanya  hambatan di Senayan. Prinsip Jokowi untuk apa koalisi kalau hanya nanti merepotkan. Kini silahkan berapa saja parpol yang mau kerjasama dengan PDIP akan dibukakan pintu.

Cita-citanya adalah membangun kabinet kerja, bukan kabinet politik atau kabinet yang lain.  Jokowi menyatakan berani, karena persoalan Indonesia begitu banyaknya, dan hanya bisa ditangani oleh yang orang-orangnya profesional. Dan ditegaskannya, untuk menghadapi tuntutan masalah yang berat itu, Jokowi menyatakan "siap bertarung, berani bertarung."

Analisis

Memang menarik apa yang kini terjadi dalam dunia perpolitikan di Indonesia, bahkan beberapa survei dari lembaga survei meleset walau sudah menggunakan sistem yang canggih banyak yang meleset ramalannya. Tanpa disadari nampaknya masyarakat semakin cerdas  dalam berdemokrasi. Terlihat bahwa kekuatan konstituen masing-masing parpol sesuai dengan dinamika mesin parpol serta daya tarik dari tokohnya. Umumnya konstituen yakin dengan pilihannya masing-masing, dan itulah gambaran riil pada saat ini.

PDIP yang berpuasa selama dua periode pemilu sebagai oposisi, kini memetik hasil dan menjadi parpol dengan perolehan suara terbanyak,  mampu mengalahkan Partai Golkar yang oleh lembaga survei diramalkan akan menjadi partai penguasa. Golkar ternyata tidak mampu menggeser kedudukan PDIP, walaupun sebagai parpol senior, dikatakan mesin partainya  tertata apik dan terkuat. Persaingan dalam pilpres  akan semakin dinamis, kini ada tiga tokoh dari parpol yang menempati tiga posisi teratas, Jokowi (PDIP), Aburizal Bakrie (Golkar) dan Prabowo (Gerindra).

Sementara Golkar dan Gerindra masih berjuang untuk mendapatkan boarding pass pengajuan capres dan cawapres, Jokowi dengan santai sudah bergeser membangun komunitas dan mencari masukan demi masa depan bangsa dan negara. Daya tarik Jokowi sementara ini nampaknya mampu mengalahkan baik Prabowo ataupun Aburizal. Bahkan beberapa media asing ikut mengamatinya, termasuk mantan PM Malaysia Mahatir Muhamad juga menyempatkan diri bertemu dengan Bu Mega dan Jokowi.

Sejak pileg, Aburizal Bakrie terus mendapat tekanan internal dari tokoh Golkar faksi lainnya, sementara Prabowo kini mulai mendapat tekanan justru dari mantan seniornya. Nah, disisi inilah Jokowi maju dengan tanpa beban, dia mengunjungi dan bertemu dengan banyak pihak dengan latar belakang budaya Jawanya, unggah-ungguh, sikap sumeleh, dan semuanya diarahkan demi bangsa dan negara. Proses koalisi sudah dilewatinya, disinilah Jokowi dan PDIP selangkah lebih maju dibandingkan tokoh dan parpol lainnya.

Inilah kelebihannya dalam kedudukan capres di parpol terunggul. Semua sudah tertata dan disiapkan, tanpa harus ribut membangun koalisi seperti yang dilakukan elit parpol lainnya. Hanya kini pertanyaannya, siapa dan bagaimana dia mengamankan pemerintahannya apabila menang nanti?

Disinilah akan muncul sosok cawapres Jokowi yang harus sejalan dengannya. Jokowi sebaiknya didampingi oleh seseorang yang juga jujur, setia, berani, tegas. Dia adalah seseorang yang harus disegani oleh anggota kabinet nantinya. Dia harus siap menjadi bumper  apabila Jokowi nanti menjadi presiden. Dia tidak berbisnis, tidak memanfaatkan jabatan, dan hanya menyumbangkan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan negara. Orang tersebut jelas harus berpengalaman memimpin, dan tidak pernah khianat serta setia kepada bangsa dan negara.

Seperti yang penulis pernah sampaikan pada artikel terdahulu, pilihannya adalah Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Riacudu. Sekian, Pray krm ttk hbs.

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

Artikel Terkait :

-Antara MH370, Cawapres Militer Jokowi dan Purnawirawan TNI AU,  http://ramalanintelijen.net/?p=8275

-Antara Ramalan Intelijen Presiden 2014 dan Jokowi, http://ramalanintelijen.net/?p=8218

-Jokowi Akan Dijadikan Musuh Bersama,  http://ramalanintelijen.net/?p=7601

-Numpang Populer atau Menyerang Jokowi, Strategi yang Salah,  http://ramalanintelijen.net/?p=7668

-Capres 2014 Yang Mengapung, Sebuah Telaahan dari Old Soldier,  http://ramalanintelijen.net/?p=7059

-Mencermati Hasil Survei LSN Menjelang Pemilu 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7048

-SBY Berbicara Tentang Capres 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=6992

               
This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.