Potensi Konflik Militer di Laut China Selatan dan Semenanjung Korea
14 October 2013 | 4:21 am | Dilihat : 4013
[google-translator]
Wilayah Potensi Konflik (strategi-militer.blogspot.com)
Negara-negara di kawasan Asia mestinya semakin meyakini bahwa konflik akan bergeser dari kawasan Timur Tengah ke kawasan Asia. Kalau di Timur Tengah, konflik terjadi antara AS dengan sekutunya melawan Al-Qaeda (merambat kebeberapa negara). Kini di kawasan Asia, potensi konflik makin menjurus akan terjadi antara AS sebagai God Father (melindungi Korea Selatan dan Jepang) melawan Korea Utara dan China.
AS dibawah kepemimpinan Presiden Barack Obama. AS mulai lebih serius dan fokus dalam membangun kerjasama pertahanan serta akan meningkatkan kekuatan militer dua negara dikawasan Asia, yaitu Jepang dan Korea Selatan. Keduanya diharapkan akan ikut berpartisipasi dalam menghadapi ulah dari Korea Utara dan China. Di dua negara tersebut tercatat AS masih menempatkan pasukan serta peralatan perangnya dalam jumlah yang besar.
Perkembangan Situasi Kawasan dan Kebijakan AS
Pemerintah Jepang semakin serius menanggapi ulah militer China, yang telah mengirimkan kapal perangnya untuk mengontrol dan menekan kapal perang pasukan bela diri Jepang dari kelompok pulau-pulau tak berpenghuni di Laut China Timur yang dikenal sebagai Senkaku (di Jepang) dan Diaoyu (di China). Selain itu Jepang juga mengharapkan memiliki pesawat pengintai tanpa awak (drones) untuk memonitor pergerakan kapal AL China. Bukan tidak mungkin justru China kini yang sudah mengirimkan pesawat intai tanpa awaknya di kawasan tersebut untuk memata-matai AL Jepang.
Dilain kawasan Laut China Selatan, China terus melakukan intimidasi militer laut, dengan pernyataannya bahwa kawasan pulau karang Spratly dan Paracel adalah wilayahnya. Sangat besar kemungkinan China menghendaki kawasan yang memiliki persediaan minyak dan gas demikian banyak. AL Filipina terus ditekan, juga terjadi ketegangan antara China dengan beberapa negara (Taiwan, Malaysia, Filipine, Brunei), di kawasan Laut China Selatan. AS khawatir penguasaan China di kawasan tersebut akan mengganggu Sea Lane of Logistic dan Sea Lane of Communication dari AS.
Disisi lain Jepang juga terus mewaspadai ancaman yang dikumandangkan oleh Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong-un yang sudah dua kali mengancam akan menyerang AS, Korea Selatan serta Jepang. Pertama, akan menyerang Korea Selatan, Jepang dan AS dengan peluru kendali bermuatan nuklir. Kim Jong-un, Jumat (29/03/2013) menyatakan, dia telah memerintahkan persiapan serangan peluru kendali (rudal) ke Korsel, Jepang dan AS, menyusul aksi latihan militer bersama AS dan Korsel, yang menghadirkan pesawat pembom siluman B-2. Ancaman kedua, Korut akan menyerang kapal induk AS George Washington pada saat latihan 8-10 Oktober 2013 antara AS, Korea Selatan dan Jepang di Semenanjung Korea.
Menghadapi perkembangan situasi kawasan yang sewaktu-waktu bisa menjadi tidak menentu, AS dibawah kepemimpinan Presiden Obama telah mengambil kebijakan tegas tentang penggelaran kekuatan militer. Obama mengeluarkan kebijakan baru, menyatakan pada tanggal 22 Juni 2011, bahwa negara yang menjadi basis serangan ke daratan AS pada peristiwa 11 September 2001, kini sudah bukan merupakan ancaman teror terhadap AS. Oleh karena itu AS telah menarik pasukannya dari Irak, kemudian mulai menarik pasukannya dari Afghaistan dan akan selesai pada 2014.
Presiden Obama mengingatkan, bahwa penarikan pasukan sudah diperhitungkan dengan cermat, dimana dia mengatakan bahaya over extending pengiriman pasukan dalam jumlah besar kesuatu medan tempur. Sebagai contoh, pada perang di Afghanistan, telah menghabiskan dana ratusan milyar dollar dan mengakibatkan hilangnya 1.500 nyawa prajurit AS. Oleh karena itu nampaknya kini AS akan lebih hati-hati dalam penggelaran pasukan di luar negeri dalam jumlah besar.
Kerjasama AS dengan Korsel dan Jepang
Dalam lawatannya ke Korea Selatan, Rabu (2/10/2013), Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel mengatakan bahwa Amerika Serikat telah menyusun strategi dengan Korea Selatan untuk mencegah ancaman nuklir dan program senjata kimia Korea Utara. Dalam pertemuan tahunan kedua negara itu Hagel yang bertemu dengan Menhan Korsel, Kim Kwan Jin menyatakan bahwa pertemuan tidak hanya membahas kerja sama pertahanan saja. Tetapi juga membahas provokasi Korea Utara yang dinilai merupakan ancaman serius bagi stabilitas regional dan keamanan global. Diharapkan Korsel akan mampu mengendalikan pasukan gabungan pada 2015.
Dalam pernyataan bersama, disebutkan bahwa strategi pertahanan baru akan fokus dengan melakukan upaya pencegahan terhadap ancaman nuklir Korea Utara dengan mengintegrasikan persenjataan kedua negara lebih efektif untuk mencegah dan mengatasi ancaman tersebut. Kedua negara juga akan terus mengembangkan rencana untuk mempertahankan serangan rudal Korea Utara. Kedua negara juga sepakat untuk memasukkan dunia maya sebagai bagian dari strategi pertahanan mereka secara keseluruhan.
Setelah kunjungan ke Korea Selatan, Menhan Chuck Hagel yang didampingi Menlu AS, John Kerry mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Shinzo Abe, Kamis (10/10/2013) di Tokyo. Dalam pertemuan itu, Amerika Serikat dan Jepang sepakat pada untuk memperluas aliansi keamanan mereka dan sepakat akan memperluas peran Jepang. AS untuk pertama kalinya akan menempatkan pesawat intai tanpa awaknya di Jepang untuk merespon meningkatnya tantangan dari Korea Utara dan China.
Langkah AS merupakan sebuah indikasi dukungannya akan memperkuat militer Jepang, serta meningkatkan hubungan militernya dengan negara-negara di kawasan Asia untuk mengimbangi pergerakan militer China yang signifikan. Langkah tersebut menurut pengamat militer di Jepang, adalah upaya lain dari pemerintah AS untuk mengurangi kecemasan yang berkembang di Asia bahwa AS terlalu sibuk dengan persoalan politik dalam negerinya dan masalah di Timur Tengah, sementara mereka kini menyatakan bahwa "poros" kebijakannya telah bergeser ke kawasan Asia.
Menhan Hagel menyatakan bahwa komitmen Amerika terhadap keamanan Jepang, adalah komponen penting dari hubungan kedua negara. Hagel mengatakan, AS akan memperluas bantuan kepada negara-negara Asia Tenggara untuk membantu mereka melawan klaim teritorial Cina. Jepang berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan keamanannya dan juga berjanji untuk meningkatkan belanja militer.
Amerika Serikat dan Jepang mengumumkan inti perjanjian bahwa kedua negara harus siap untuk berurusan dengan China dan Korea yang kadang tidak terduga dan berbahaya. Menhan Chuck Hagel mengulangi jaminan Amerika bahwa pulau-pulau sengketa itu akan terlindungi dalam keamanan perjanjian, yang mewajibkan Amerika Serikat untuk membantu Jepang dalam mempertahankan dirinya jika diserang. Dengan perjanjian yang disepakati antara AS-Korsel dan AS-Jepang, maka terciptalah kini perjanjian pertahanan trilateral khususnya dalam menghadapi kemungkinan serangan dari Korea Utara.
Dengan demikian kini terdapat dua kubu, pertama China-Korut, kedua AS-Korsel-Jepang. Sementara negara-negara lain disekitar kawasan Laut China Selatan kini terus didekati oleh AS, diantaranya Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Thailand. Oleh karena itu kita perlu terus mengikuti perkembangan kawasan, karena konflik masa depan akan terjadi di Laut China Selatan dan Semenanjung Korea.
Indonesia sudah harus memikirkan bagaimana bersikap, apabila terlambat, dan tiba pada saatnya, jangan sampai menjadi pelanduk yang mati ditengah-tengah gajah yang berseteru, atau pelanduk yang dimusuhi salah satu gajah. Disinilah perlunya kita memperkuat kekuatan militer, agar berani bersikap dengan gagah berani pada saatnya nanti.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Fokus Gelar Tempur Pasukan AS akan ke Asia, http://ramalanintelijen.net/?p=4819
-Kemampuan Militer Jepang Akan Ditingkatkan, http://ramalanintelijen.net/?p=7143
-Ancaman Perang Korea dan Benturan Peradaban, http://ramalanintelijen.net/?p=6728
-Fokus Gelar Tempur Pasukan AS akan ke Asia, http://ramalanintelijen.net/?p=4819