Serangan Militer AS ke Suriah Makin Dekat

5 September 2013 | 5:04 am | Dilihat : 522

Kapal Induk AS (foto : helmdahlblogspot.com)

Legitimasi rencana serangan Amerika terhadap Suriah tetap dibutuhkan oleh pemerintahan dibawah Presiden Barack Obama. Pada hari Selasa (2/9/2013), saat tampil di depan panel Senat, Menteri Luar Negeri John F. Kerry dan Menteri Pertahanan Chuck Hagel berusaha meyakinkan bahwa serangan kekuatan militer AS kepada Suriah akan berupa kekuatan yang terukur dan tidak akan menyeret AS kedalam perang terbuka. Tujuan serangan adalah menurunkan kemampuan, melemahkan kekuatan militer Suriah serta mencegah terulangnya kembali serangan senjata kimia. Demikian pernyataan Menhan Chuck Hagel dimuka  Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

Ketua Kepala Staf Gabungan Militer, Jenderal Martin Dempsey mengatakan bisa saja AS melakukan serangan tanpa persetujuan kongres, tetapi akan lebih baik lagi dan posisi pemerintah akan jauh lebih kuat apabila langkah tersebut didukung kongres. Ditekankannya, AS tidak akan mengirimkan pasukan ke daerah konflik, karena Suriah berbeda dengan Irak ataupun Afghanistan. Obama tidak mengajukan ijin serangan ke Dewan Keamanan PBB, karena pengajuan resolusi serangan ke Suriah dapat dipastikan akan di veto oleh Rusia dan China. Oleh karena itu Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan AS atas serangan mereka. Sekjen PBB menegaskan (Selasa,3/9) bahwa penggunaan kekuatan militer hanya bisa dibenarkan apabila yang bersangkutan membela diri atau sudah mendapat wewenang dari DK PBB. Serangan As ke Surian tanpa ijin PBB akan dianggap ilegal.

Pada konferensi pers di Stockholm, Rabu (4/9), dalam rangkaian kunjungannya menuju ke KTT G-20 di Rusia, Presiden Obama menyatakan bahwa serangan ke Suriah adalah “limited in time and in scope”. Bertujuan menurunkan kemampuan militer Assad dan menghalangi diulanginya kembali penggunaan senjata kimia dalam perang brutal melawan pemberontak.

Obama juga mengatakan bahwa ia telah mencoba untuk meyakinkan Presiden Rusia Putin bahwa diperlukan sebuah transisi politik penting di negara itu karena Assad tidak bisa mendapatkan kembali legitimasi setelah membunuh begitu banyak rakyatnya sendiri . Putin sejauh ini telah menolak logika itu, kata Obama Namun dia mengatakan akan terus berkomunikasi dengannya dan berharap Putin akan berubah pikiran.

Rusia yang merupakan sekutu terdekat Suriah tetap menolak opsi serangan AS ke Suriah. Presiden Putin menyatakan bahwa ia juga mengatakan Kongres AS tidak memiliki hak untuk mengizinkan penggunaan kekuatan militer terhadap Suriah tanpa resolusi Dewan Keamanan PBB dan bila tetap dilakukan itu adalah sebuah tindakan agresi.

Menlu AS John Kerry menyatakan bahwa langkah pemerintah adalah untuk melindungi kepentingan AS. Kredibilitas AS sedang diuji di Suriah, dimana Iran terus memperhatikannya. Apabila dalam serangan senjata kimia dibiarkan, maka dimasa mendatang AS akan mundur dan tidak berani bertindak apabila Iran membangun bom nuklir.

Beberapa berpendapat bahwa serangan AS terhadap rezim Assad akan memprovokasi Suriah dan Hizbullah, atau juga akan menimbulkan langkah pembalasan Iran terhadap Israel. Nampak kekhawatiran para pejabat AS apabila senjata kimia itu sampai jatuh ketangan kelompok Hizbullah Lebanon yang dicap sebagai teroris.

Dalam sidang Rabu sore untuk mempertimbangkan amandemen resolusi , Senator Robert Menendez, ketua Komite Hubungan Luar Negeri, mengatakan pihaknya akan menyesuaikan memberikan presiden kewenangan yang diperlukan tetapi " tidak mengizinkan " penggunaan pasukan darat AS di Suriah.

Pada pertemuan dengan kongres hari Rabu (4/9), Menlu AS yang didampingi Menhan Chuck Hagel and Jenderal Martin Dempsey, Chairman of the Joint Chiefs of Staff, memperingatkan bahwa jika Kongres gagal meloloskan resolusi otorisasi penggunaan kekuatan, kemampuan oposisi Suriah moderat untuk menahan ekstremis akan hilang dan akan menghasilkan langkah pemerintah yang lebih ekstrimis di jalan. Kerry meyakinkan bahwa peluang rezim Assad untuk kembali menggunakan senjata kimia adalah 100 persen.

Dari perkembangan di Kongres, nampaknya Presiden Obama akan mendapat persetujuan  dan diberikan otoritas penuh dari kongres yang sedang menyusun resolusi langkah dan strategi serangan. Resolusi kongres dimaksudkan untuk membatasi bentuk opsi serangan, jumlah hari dan luas wilayah serangan militer. Kalaupun legitimasi diberikan, serangan kemungkinan hanya akan dilakukan dalam waktu 60 hari dan dapat diperpanjang 30 hari,  berupa serangan udara  dan bombardier laut,  penghancuran tanpa melibatkan pasukan darat.

Komite Hubungan luar Negeri AS mengubah ulang resolusi yang dirancang White House. Mereka melarang penggunaan pasukan darat AS di Suriah untuk tujuan operasi tempur. Itulah syarat dari Partai Republik dan Demokrat untuk meloloskan rencana Obama. USA Today mengutip pernyataan Senator John McCain dan Lindsay Graham, yang berharap aksi militer bukan strategi tunggal, melainkan bagian rencana yang lebih luas unuk mencari solusi atas Suriah yang selama dua tahun lebih dilanda perang saudara.

Konsep Serangan Militer AS dan Upaya Pertahanan Suriah

Strategi dan konsep serangan kelompok koalisi dibawah AS akan berupa pelumpuhan kekuatan dan kemampuan ofensif militer Suriah.  Konsep dipastikan kini sudah dimulai dimulai dengan pengumpulan data intelijen udara dengan menggunakan drones (pesawat tanpa awak) yang sulit dideteksi karena mampu mengumpulkan data intelijen dari ketinggian 60 km. Serangan akan dilanjutkan berupa  penghancuran sistem pertahanan udara, komando dan kendali, penghancuran bunker, sistem komunikasi, serta gedung-gedung pemerintah, markas militer, site rudal dan Pangkalan AU Suriah. Opsi militer lainnya adalah serangan udara pada unit militer Suriah lainnya. Laporan pekan lalu yang menyebutkan bahwa senjata kimia itu telah ditembakkan oleh Brigade 155 dari Divisi lapis baja ke-4 Angkatan Darat Suriah.

Kekuatan armada laut AS termasuk empat kapal perang, diantaranya kapal induk pengangkut pesawat tempur bertenaga nuklir AS USS George H.W. Bush sudah berada di Mediterania Timur dan bergerak lebih dekat ke Suriah dalam persiapan untuk bertindak. Serangan militer AS akan diluncurkan dari kapal perang atau kapal selam yang berpatroli di kawasan Mediterania Timur atau Teluk Persia, atau dari pesawat tempur. Termasuk juga serangan dari kapal selam yang dilengkapi dengan rudal jelajah Tomahawk. Bombardier di Suriah akan mirip dengan serangan saat dilakukannya invasi ke Irak. Untuk serangan jarak jauh, teknologi Suriah jelas jauh berada dibawah AS.

Dilain sisi, militer dibawah Predsiden Assad telah lama membangun pertahanan udara dan laut yang cukup tangguh dan terintegrasi, khususnya dalam sebuah sistem hanud aktif yang dipasok oleh Rusia. Sistem ini yang tidak dapat dipandang ringan oleh AS. Suriah sudah memesan peluru kendali S-300 yang menurut Rusia sekelas dengan rudal Patriot, anti pesawat dan anti rudal. Tetapi hingga kini diketahui S-300 belum siap di operasikan secara aktif dalam menjaga dan mengunci udara Suriah. Kekuatan AU Suriah hanya terdiri pesawat tempur dari keluarga MIG (varian MIG21,25 dan 29). Suriah diketahui memiliki salah satu arsenal persenjataan rudal terbesar di kawasan Timur Tengah , dan secara aktif terlibat dalam proliferasi rudal. Rudal Suriah diproduksi pada awalnya sebagai pencegah terhadap kemungkinan serangan musuh utamanya, Israel. Banyak kepala rudalnya diketahui memuat gas syaraf.

Landasan arsenal Suriah adalah Scud , dimana Suriah memiliki tiga variasi . Pertama Scud - B (Rusia : R - 17 " Elbrus " / NATO : SS - 1 - C) dari Korea Utara pada akhir 1980-an , dan Scud - C (Rusia : R - 17M " Elbrus - M " / NATO : SS - 1 - D). Dengan bantuan dari Korea Utara dan Iran , Suriah kemudian mampu memproduksi sendiri. Mampu menghasilkan sekitar 30 Scud-B/Cs per tahun , Suriah tetap masih bergantung pada bantuan asing untuk komponen rudal canggih dan teknologi. Suriah kini diyakini memiliki beberapa ratus Scud - B dan Scud - C, tapi kelemahannya karena hanya memiliki kurang dari 50 peluncur untuk setiap sistem

Reuter melaporkan bahwa untuk menghindari penjejakan serangan AS, militer Suriah telah menggeser Site Rudal Scud dan puluhan peluncur lainnya dari basisnya di Utara kota Damaskus. Scud tersebut digeser dari posisi di kaki bukit pegunungan Qalamoun. Tetapi site persenjataan di daerah Suriah tengah dislokasinya masih tetap dan dipegang oleh pasukan Assad. Selain Scud, Suriah juga memiliki 72 peluru kendali P-800 Yakhont, yang merupakan rudal anti kapal laut. Yankhont buatan buatan NPO Mashinostroyeniya, dan versi P-800 Oniks mirip dengan yang dipunyai oleh TNI AL.

Rudal ini akan mengunci sasaran dari jarak 40 km terakhir. Pada saat itu pula radarnya akan menyapu secara aktif 12 mil ke kanan dan 12 mil ke kiri dari titik sasaran yang sudah di-install di "kepalanya." Jejak rudal ini pun sulit dilacak radar kapal sasaran karena Yankhont hanya melayang di ketinggian beberapa meter saja di atas permukaan laut. Menurut spesifikasiya, rudal ini mampu menghantam sasaran sejauh maksimal 300 km yang bisa ditempuh hanya dalam enam menit. Dalam uji coba kedahsyatan Yankhont oleh TNI AL, kapal sasaran (KRI Teluk Berau) yang ditempatkan di balik cakrawala sejauh 182 km berhasil dideteksi radar Yankhonts dan dijebol lambungnya dalam menit kelima, pada menit kedelapan Teluk Berau ini sudah tenggelam. Rudal ini yang perlu diwaspadai oelh US Navy, karena akan memalukan apabila ada kapal induk AS atau destroyernya sampai terhantam Yankhots. Tidak terbayangkan apabila AL Suriah nekat dan menembakkan 5 Yankhonts untuk satu target.

Itulah perkembangan situasi kondisi konflik di Suriah. Dengan dukungan Rusia, tidak ada rasa takut dari Presiden Assad dalam menghadapi ancaman AS. Akan tetapi apabila AS melakukan serangan dengan peluru kendali jarak jauh dan bombardier pesawat B-2, nampaknya sasaran-sasaran itu akan mudah dihancurkan, oleh karena itu Komando Pertahanan udara Suriah kini mulai melakukan desepsi. Persoalannya apakah mereka mampu bersembunyi dari teknologi pengintaian udara US Air Force?.

Walau kini Rusia juga telah mengirimkan empat kapal perangnya ke kawasan konflik, Rusia menyatakan tidak akan terlibat langsung dalam konflik. Kesalahan fatal rezim Assad adalah karena penggunaan senjata kimia yang mengundang AS terlibat dalam konflik langsung. Memang Suriah tidak mengakui menggunakan senjata kimia, tetapi Menhan AS menyatakan berupa sebuah kepastian, dan Presiden AS Barack Obama menyatakan Suriah harus dihukum. Setahun yang lalu Obama menyatakan akan melakukan intervensi ke Suriah apabila muncul ancaman senjata kimia (gas syaraf). Semoga bermanfaat.

 

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Artikel Terkait :

-Rusia akan Mengunci Udara Suriah dengan Rudal Canggih, http://ramalanintelijen.net/?p=6984

-Konflik di Suriah dan Keterlibatan Al Qaeda, http://ramalanintelijen.net/?p=6092

-Obama akan menyerang bila Assad menggunakan Senjata Kimia, http://ramalanintelijen.net/?p=5580

-Mengapa Amerika Tidak Menyerang Suriah?, http://ramalanintelijen.net/?p=4926

-Konflik Suriah, Sebuah Pelajaran dalam Berbangsa dan Bernegara, http://ramalanintelijen.net/?p=5523

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.