Penganut Syiah diserang Bom mobil di Irak
31 July 2013 | 12:06 am | Dilihat : 270
Bom mobil saat meledak di Irak (foto : presstv.ir).
Pada hari Senin (29/7/2013) telah terjadi lebih dari selusin serangan bom mobil yang menghantam Irak bagian tengah dan selatan. Serangan beruntun tersebut terjadi pada pagi hari saat jam-jam sibuk, sehingga menewaskan 51 orang. Serangan tersebut menurut pejabat setempat merupakan serangan yang terkoordinasikan oleh pemberontak bertekad untuk melemahkan pemerintah. Serangan dengan klasifikasi teror tersebut merupakan teror ideologi, karena sasaran utamanya adalah pemerintah Irak yang sah. Pemberontak ingin mengganti pemerintahan yang berjalan.
Menurut AP, serangan yang menghidupkan kembali kekhawatiran terulangnya kembali pertumpahan darah sektarian yang luas dan pada akhirnya akan mendorong Irak ke jurang perang saudara setelah terjadinya invasi oleh AS dan sekutunya pada tahun 2003. Serangan bunuh diri, pemboman mobil dan kekerasan lainnya telah menewaskan lebih dari 3.000 orang sejak bulan April, termasuk lebih dari 500 sejak awal Juli.
Polisi Irak menyebutkan bahwa dari total 12 bom mobil yang diparkir dipasar dan tempat parkir di lingkungan yang didominasi oleh warga Islam Syiah di Baghdad beruntun terjadi dalam satu jam. Mereka mengatakan teror bom mobil yang paling mematikan berada di lingkungan Islam Syiah di Timur Kota Sadr, di mana dari dua ledakan bom mobil yang terpisah itu telah menewaskan sembilan warga sipil dan melukai 33 lainnya.
Beberapa saat setelah ledakan, Gyorgy Busztin, perwakilan PBB untuk Irak menyatakan keprihatinannya atas "Tingginya tingkat kekerasan yang akan membawa bahaya bagi Irak, dimana negara itu akan jatuh kembali ke dalam perselisihan sektarian." Selanjutnya dikatakan oleh Busztin, "Irak kini berdarah-darah dalam sebuah kekerasan acak dan sangat disayangkan, kekerasan mencapai rekor ketinggian justru selama bulan suci Ramadhan," tegasnya. Ia menyerukan segera diambil tindakan tegas untuk menghentikan "pertumpahan darah yang tidak masuk akal."
Sementara itu dari 12 bom mobil tadi, sepuluh bom lainnya diledakkan di sekitar Ibukota Irak, Baghdad. Sebagian besar terjadi di pinggiran kota yang didominasi oleh warga Syiah serta kota Mahmoudiya yang terletak 30 kilometer di sebelah Selatan, dan menewaskan 31 orang.
Dilaporkan, kekerasan di Irak melonjak setelah pada bulan April dilakukan penumpasan oleh pasukan keamanan saat terjadinya protes disebuah kamp warga Islam Sunni di kota utara Hawija yang menurut PBB telah menewaskan 44 warga sipil dan juga anggota pasukan keamanan. Pertumpahan darah ini terkait dengan meningkatnya perpecahan sektarian antara Sunni Irak dan Syiah serta gesekan antara Arab dan Kurdi. Perpecahan tersebut semakin menipiskan harapan bagi negara Irak untuk dapat kembali kesituasi normal dan damai setelah hampir dua tahun pasukan Amerika dan sekutunya meninggalkan Irak.
Pertentangan Syiah dan Sunni tidak hanya terjadi di Irak saja. Di Iran juga pertentangan terjadi, kemelut di Suriah yang berdarah-darah dan menelan korban hingga lebih dari 100.000 jiwa juga merupakan sebuah pertentangan sektarian.
Konflik di Madura
Pemerintah Indonesia sebaiknya lebih mewaspadai kemungkinan membesar dan meluasnya pertentangan sektarian serupa dikalangan masyarakat bawah, dimana benih-benih keseriusan yang menjurus kearah konflik horizontal mulai lebih mengkristal. Kasus terakhir pertentangan yang terjadi di Madura, sehingga terjadinya pengungsian warga penganut Syiah dari Kabupaten Sampang, Kamis malam (20/6) ke Rumah Susun Puspa Agro Kabupaten Sidoarjo.
Para pengungsi Syiah asal Sampang ini mengaku tetap lebih suka tinggal di desanya di Dusun Nangkernang Desa Karanggayam dan Desa Blu'uran Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Warga yang diungsikan ke Rusun Puspa Agro ini memang sudah terbiasa bercocok tanam, sehingga mereka merasa kurang nyaman tinggal di rusun walaupun fasilitasnya lebih baik. Selain itu warga merasa kurang bebas dan terkekang tinggal di rusun dengan pengamanan ketat dari petugas Polri dan TNI.
Menteri Agama Surya Darma Ali (SDA) di Kantor Presiden Jakarta, pada hari Senin (29/7) menyatakan, SDA tetap memberikan syarat jika warga Syiah ingin kembali pulang ke kampung halamannya. pihaknya akan memberi pencerahan kepada kelompok Syiah mengenai ajaran Islam. Dikatakannya, "Keinginan untuk bisa hidup bersama-sama hidup se-kampung kuat sekali. Proses itulah yang disebut, diciptakan, ada penyamaan persepsi. Kedua belah pihak, kalau kelompok Tajul (Syiah) diberikan pencerahan terlebih dahulu Dengan demikian setelah itu bisa kembali ke Sampang, bisa bersama-sama, bisa bertahap," kata SDA.
Sementara sebelumnya, upaya 'pencerahan' terhadap warga Syiah itu telah ditolak oleh warga Syiah sendiri. Menurut pendamping Warga Syiah, Hertasning menyatakan, menyayangkan pernyataan Gubernur Jawa Timur, Menteri Perumahan Rakyat, dan Menteri Agama yang merujuk kepada proses 'pertobatan' pemeluk kepercayaan Syiah.Nah, itulah sekelumit informasi tentang pertentangan yang dapat memicu pertentangan dan konflik yang lebih luas, karena itu kita bersama, khususnya para pejabat sebaiknya lebih ekstra hati-hati dalam menyelesaikan pertentangan masalah keyakinan, khususnya keyakinan dalam beragama. Konflik perlu segera dicarikan solusi, pejabat jangan masuk ke wilayah konflik, tetapi harus bijak.
Menurut teori terorisme, konflik yang berkepanjangan mendorong timbulnya kebencian dan keinginan balas dendam, membantu munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai tujuan utama mengobarkan kekerasan bahkan perang. Kondisi ini menyediakan tanah penyemaian yang ideal bagi jenis orang yang bersedia terlibat dalam teror massal, ini yang perlu disadari bersama, karena sangat berbahaya. Semoga saja kasus-kasus sektarian berbahaya dikawasan Timur Tengah dan Jazirah Arab itu tidak menulari kita. Amin.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Konflik di Suriah dan Keterlibatan Al Qaeda, http://ramalanintelijen.net/?p=6092
-Kasus Sampang dan Kritisi Presiden atas Kinerja Intelijen, http://ramalanintelijen.net/?p=5610
-Obama akan menyerang bila Assad menggunakan Senjata Kimia, http://ramalanintelijen.net/?p=5580