Sertu Santoso yang Tewas itu Bukan Kopassus
24 March 2013 | 7:47 am | Dilihat : 3214
Penyerangan kelompok bersenjata di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Cebongan dilakukan 17 orang tak dikenal Sabtu (23/3/2013) sekitar pukul 00.30 WIB terasa menggiriskan dan bisa berbuntut panjang. Para penyerang memaksa kepada petugas lapas untuk bisa masuk dan minta ditunjukkan letak kamar tahanan tempat tahanan tertentu. Nampaknya target memang sudah ditetapkan dan langsung mereka melakukan penembakan.
Empat tahanan tersebut adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, 31, Adrianus Candra Galaja, 33, Yohanes Juan Manbait, 38, dan Gameliel Yermianto Rohi Riwu, 29. Dalam penyerangan itu, keempatnya yang tinggal bersama di dalam sel 5A Blok Anggrek tewas karena luka tembak. Keempat tahanan tersebut adalah titipan Polda DIY (Yogya), dan serangan terjadi kurang dari 14 jam sejak proses pemindahan tahanan dari Polda DIY, Jumat (22/3) siang.
Kapolda DIY Brigjen Pol Sabar Rahardjo sangat menyesalkan dan merasa prihatin atas kejadian penyerangan itu. “Dari sebelas (tahanan) kemarin yang kami titipkan, empat orang yang menjadi korban meninggal, semua luka tembak,” katanya.
Dari kronologis penyerangan, petugas jaga menjelaskan bahwa mereka ditodong dengan senjata, dipukul, bahkan ada yang diinjak-injak. “Menurut petugas jaga, ada 17-an yang masuk, mereka memakai sebo (penutup wajah), belum kami ketahui jenis senpinya. Ini masih kami kembangkan,” kata Kepala Lapas kelas II B Sleman Sukamto. Dia menceritakan penyerangan itu diawali kedatangan empat orang dari kelompok pelaku yang mencoba masuk dengan memperkenalkan diri sebagai aparat Polda DIY.
Mereka beralasan mau meminjam empat orang tersangka yang penahanannya dititipkan di lapas. Untuk membuktikan kepada petugas jaga mereka benar dari Polda DIY, pelaku menunjukkan surat dengan kop dari Polda DIY. “Awalnya peminjaman empat tersangka ditolak, tapi salah satu orang tak dikenal itu mengancam akan meledakkan kantor dengan granat yang disiapkan,” katanya. Petugas jaga karena terancam akhirnya terpaksa membukakan pintu. Ternyata di belakang empat kawanan tadi masih ada belasan orang lagi yang semuanya mengenakan penutup wajah. Jumlah keseluruhan sekitar 17 orang.
Mereka minta ditunjukkan letak ruang tahanan empat tahanan tadi, dan begitu ditemukan keempat korban yang berada disatu ruang tahanan langsung ditembaki hingga tewas. Selain melukai petugas jaga, dan melakukan penembakan, kelompok bersenjata ini juga menghilangkan alat bukti dengan merusak satu kamera CCTV yang berada di ruang porter. Selain itu, mereka juga mengambil rekaman CCTV di ruangan dan membawa monitor yang biasanya digunakan untuk memantau tahanan.
Dari penjelasan Polda DIY, keempat tahanan yang ditembak tadi adalah titipan Polda yang ditahan karena kasus pembunuhan terhadap anggota TNI AD atas nama Sertu Santoso pada hari Selasa (19/3/2013) di Hugos Cafe, Jalan Laksda Adi Sutjipto, Maguwoharjo. Keributan berawal karena salah faham antara Sertu Santoso dengan salah satu korban tadi. Sertu Santoso kemudian dikeroyok dan dipukul dengan botol dan ditusuk pisau oleh salah satu orang tersebut.
Media kemudian dengan gencar memberitakan bahwa Sertu Santoso yang tewas itu adalah anggota Kopassus dari Kandang Menjangan Kertosuro. Ditegaskan oleh Pangdam bahwa Sertu Santoso adalah anggota Kodam IV/Diponegoro yang sebelumnya berasal dari Kandang Menjangan. Begitu juga Sertu Sriyono, anggota dari Kodim Yogyakarta yang menjadi korban pembacokan kelompok preman beberapa waktu lalu. “Dulunya memang dari sana, sekarang tanggung jawab saya, tidak ada hubungannya dengan Kopassus,” katanya saat mengunjungi Lapas Cebongan Sabtu.
Menurut Pangdam, Almarhum Sertu Santoso merupakan anggota dari Detasemen Intel. Saat kejadian di Hugos Café, Selasa (19/3), diakui anggota itu tengah melakukan tugas. “Tentara itu tugas 1 x 24 jam, dia sedang mendeteksi wilayah. Dia bisa bertugas di mana saja. Jadi tidak sedang mencari hiburan,” tegas Pangdam.
Dari berita yang berkembang di media, yang menjurus penyerangan dilakukan oleh orang terlatih (dikaitkan dengan Kopassus). Berita tersebut dibantah oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Saroso. Pangdam membantah berita terlibatnya anggota TNI di Cebongan, dikatakannya, "Bukan dari prajurit TNI, tidak ada prajurit yang terlibat. Saya bertanggung jawab penuh sebagai Pangdam IV/Diponegoro," katanya seusai upacara penutupan Dikmaba TNI AD Tahap I TA 2012 di Kodam IV/Diponegoro di Lapangan Rindam, Magelang, Sabtu pagi (23/3/2013).
Disinggung mengenai pelaku yang diduga kelompok yang sudah terlatih dan berasal dari militer, dia menegaskan, yang disebut terlatih itu relatif. Bagi dia, teroris juga bisa disebut terlatih karena terbukti bisa membuat bom.
Penegasan lain juga disampaikan oleh Kepala Seksi Intel Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Kapten (Inf) Wahyu Yuniartoto yang menyampaikan, saat kejadian itu seluruh anggota Kopassus berada dalam markas. “Kami belum bisa berkomentar mengenai kejadian itu. Yang jelas pada saat kejadian seluruh anggota melaksanakan kegiatan siaga di dalam satuan,” tandasnya saat ditemui wartawan di Markas Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan kemarin.
Menurut Denny, insiden penganiayaan terhadap anggota TNI itulah yang mungkin melatarbelakangi penyerangan di Lapas Sleman dini hari tadi. “Karena insiden sebelumnya yang melatarbelakangi, ada anggota Kopassus meninggal sehingga ada yang mengarah ke sana,” katanya. (Kompas.com, "Diduga Penyerang Lapas Sleman Terkait TNI, Sabtu 23 Maret 2013).
Untuk itulah, lanjutnya, Kementerian Hukum dan HAM selaku pengelola Lapas, berkoordinasi dengan TNI agar tidak masalah ini tidak meluas. “Tentu saja langkah antisipasi perlu dilakukan agar eskalasinya tidak melebar ke mana-mana, koordinasi dengan TNI adalah langkah normal,” ucap Denny.
Meskipun demikian, Denny menegaskan, dugaan tersebut belum tentu benar. Masih diperlukan investigasi yang menyeluruh dan cepat untuk menemukan siapa pelaku penyerangan di Lapas tersebut. “Tidak bisa dijastifikasi atau dipastikan ini pelakunya TNI,” ujar Denny.
Dari beberapa informasi yang berkembang, media seharusnya memberitakan kasus ini dengan fakta yang jelas dan lengkap, karena selalu diberitakan Sertu Santoso adalah anggota Kopassus, maka masyarakat menerjemahkan bahwa aparat TNI (Kopassus) karena semangat korps (esprit de Corps) mereka kaitkan dengan penyerangan tersebut. Pangdam IV menjamin bahwa tidak ada anggota TNI yang terlibat, tetapi dengan perlengkapan senapan serbu (diperkirakan AK-47) dan beberapa pucuk pistol, lantas siapa para penyerang tersebut.
Yang terpenting adalah pengejaran dari aparat Polda DIY terhadap para penyerang, dimana empat orang tidak menggunakan penutup muka, sehingga bisa dipakai sebagai dasar investigasi. Selain itu yang perlu didalami adalah adanya informasi bahwa salah satu korban penembakan atas nama Yohanes Juan Manbait, adalah bekas anggota Polri yang dipecat dan baru keluar dari penjara.
Jadi, nampaknya inti persoalan tidak jauh dan hanya berkisar soal premanisme, yang saling berebut pengaruh atau memperebutkan "uang jago" belaka. Kita tunggu hasil pengejaran para pelaku, dimana Pangdam IV juga mempertaruhkan reputasinya dengan pernyataannya. Yang disayangkan adalah pernyataan Wamenkumham, Denny Indrayana yang mengatakan bahwa penyerangan terkait dengan TNI. Entah pernyataan diantara kedua petinggi itu mana yang benar?
Yang jelas dan pasti, penyerangan telah mencoreng situasi keamanan di negara ini, pelanggaran hukum terus terjadi, sulit mencari tempat yang aman. Sepertinya begitu. Mari kita sabar menunggu hasil investigasi pihak Polri dan mungkin pengembangan penyelidikan Pangdam IV yang kabarnya juga menerjunkan Sat Gultor (Satuan Penanggulangan Teror Kopassus) yang handal itu.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : lensaindonesia.com