Dibalik mundurnya Hary Tanoe dari NasDem
23 January 2013 | 12:42 am | Dilihat : 752
Mundurnya pengusaha Hary Tanoesoedibyo dari Partai NasDem jelas merupakan kejutan tersendiri dalam dunia perpolitikan Indonesia. Hary Tanoe (HT) dinilai para pakar politik merupakan penyuntik semangat pemuda dan jelas dana, sehingga Nasdem menjadi satu-satunya yang lolos dari jepitan verifikasi KPU untuk menjadi salah satu peserta pemilu 2014 mendatang.
Pernyataan pengunduran dirinya disampaikan langsung HT kepada Surya Paloh (SP) di Kantor DPP NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, pada hari Senin siang. Pengunduran diri CEO MNC Group itu dilakukan bersama tiga pengurus yang juga motor pergerakan Partai NasDem, yakni Sekretaris Jenderal Ahmad Rofiq, Wakil Sekretaris Jenderal Saiful Haq, dan Ketua Internal DPP Endang Tirtana.
Harry Tanoe, saat bertemu Surya Paloh didampingi Ahmad Rofiq menyatakan mengaku sudah berseberangan prinsip dalam semangat menjalankan visi dan misi Partai Nasdem. "Namun kami tetap berkawan,'' katanya. Dikatakannya juga, “Saya ingin mempertahankan struktur partai saat ini tanpa perubahan karena kinerjanya sudah sangat baik. Menurut saya, kita yang sudah senior-senior sebaiknya mendorong yang muda terus berjalan maju.Tapi ternyata Pak Surya Paloh ingin mengubah ini dan dia mau jadi ketua umum. Pada titik ini, saya memilih dan saya mundur,” katanya.
“Kalau partai sudah berkonflik di dalam,semua tidak akan berjalan maksimal. Secara pribadi saya dengan Pak Surya Paloh tetap berkawan, tetapi dalam hal ideologi kami tidak bisa jalan bersama" tegasnya. Sementara Rofiq menyatakan bahwa adanya ketidak sesuaian dengan sikap-sikap dan cara kerja Surya Paloh dan pengikutnya dalam berpartai. Rofiq tidak menyukai pelanggaran AD/ART, dan dia menyatakan tidak suka berkonflik, serta tidak sefaham dengan cara-cara SP yang dinilainya otoriter.
Apabila diikuti sejak bergabungnya HT ke NasDem, jelas ada suatu niat serta tujuan HT untuk bergabung disebuah parpol. Kini setelah mundur, disampaikannya alasan, walau sudah mundur dari partai, dia memastikan bahwa gerakan politik berupa idealisme melakukan perbaikan bangsa akan tetap dijalankan. Namun dalam bentuk apa, HT masih memikirkannya. Digambarkannya, untuk mewujudkan idealismenya, melalui tiga jalan yaitu melalui ormas, melakukan pendirian parpol baru (langkah ini tidak mungkin ikut pemilu), atau bergabung dengan partai yang sudah ada.
Nah mari kita lihat latar belakang HT masuk ke NasDem. Penulis membuat artikel, pada 9 November 2011. Baca, "Mengapa Hary Tanoe Bersemangat ke NasDem" (http://ramalanintelijen.net/?p=4296). Saat itu dikatakannya, "Sederhana, kalau saya secara pribadi, secara bisnis bisa dikatakan mapan, tapi bagaimanapun saya ingin berkontribusi dengan bangsa ini," ujar Hary Tanoe usai pembukaan Rapimnas I partai Nasdem di hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu (9/11/2011). "Kami partai baru, dinamika akan lebih mudah dari pada suatu partai yang sudah mapan dan establish. Mereka sudah punya platform yang mungkin sulit untuk dimodifikasi," jelasnya.
Lebih lanjut HT menyatakan saat itu, "Dari hari ke hari bisnis saya makin baik. Anda bisa cek di pasar modal semua harga saham perusahaan saya naik. Jadi tidak ada unsur itu. sebagai warga negara kita ingin berkontribusi secara konkrit. Bukan di belakang layar tapi di depan dan mudah-mudan saya berguna," jelasnya. "Bagaimana saya membesarkan MNC selama ini, saya satukan menjadi strategi yang kita pakai untuk partai NasDem, setelah itu besar apa tidak, itu urusan yang Maha Kuasa," katanya. Hary kemudian bersatu dengan SP dalam platform nasionalis yang kuat. Baca, "Jangan Sepelekan Hary Tanoe-Surya Paloh" http://ramalanintelijen.net/?p=4165.
Informasi dan Analisis
Dari perkembangan informasi diatas, beberapa sudah merupakan intelijen (informasi matang) dimana sumber informasi adalah subyek langsung yang nilai sumbernya sangat dapat dipercaya. Disinilah peran penelitian dengan pakem intelijen dalam melihat sebuah kasus. Jangan diambil sepotong-sepotong, seperti melihat manusia, lihat dan teliti sejak dari kepala hingga kakinya, maka kita akan mengatakan bahwa itu manusia seutuhnya.
Dari sumber terbuka, ucapan HT menyatakan bahwa terjunnya di dunia politik, karena HT menyatakan sudah mapan di dunia bisnis, dia ingin berpartisipasi dalam perbaikan bangsa melalui jalur politik. HT menginginkan berkontribusi secara konkrit, bukan di belakang layar tapi di depan. HT selama ini terus berusaha mengedepankan kaum muda dalam gerakan idealisme perubahan. Dia faham bahwa pada pemilu 2014 nanti yang sangat berperan adalah konstituen yang berumur antara 17-39 tahun, dimana jumlahnya mencapai sekitar 70 persen dari pendududk Indonesia.
HT mencoba menggunakan strategi MNC untuk membesarkan NasDem, yang diakuinya dia berperan besar dalam meloloskan NasDem saat verifikasi KPU. Nah, nampaknya strategi HT dalam berkontribusi di internal selama ini sukses, dibuktikannya NasDem sebagai satu-satunya parpol baru yang lolos dan menjadi peserta pemilu 2014. HT selama ini mampu mengontrol NasDem dan dengan dukungan dana yang kuat, maka NasDem menjadi parpol baru yang kuat.
Beberapa informasi tertutup memberikan kontribusi, di internal NasDem telah terjadi persaingan antara petingginya yang kurang suka dengan dominasi HT selama ini. Ada sangkaan yang menurut informasi tersebut, perpecahan diantara mereka sudah demikian tajam, karena adanya kecurigaan bahwa NasDem akan dijadikan kendaraan HT untuk maju ke bursa cawapres. SP menurut sumber tersebut kemudian terpengaruh, mungkin mengukur kebenaran adanya dominasi HT yang memainkan kartu kaum muda untuk menguasai NasDem. Informasi tersebut relevan, mengingat alasan HT masuk ke NasDem sebagai partai baru dimana dinamikanya lebih mudah.
Nampaknya ada yang kurang pas dengan langkah HT. Di dunia bisnis, dia berhasil mengorganisir dunianya dengan strateginya, sukses memang. Akan tetapi HT lupa, bahwa kini dia melangkah ke dunia politik yang penuh dengan intrik serta dinamika tak terduga. Memang HT kuat dalam finansial, tetapi di dunia politik uang bukanlah segala-galanya. Dibutuhkan kemahiran yang tidak "lumrah" agar tetap dapat terus eksis. Tidak ada lawan dan kawan abadi di politik itu, tetapi yang mengemuka adalah kepentingan belaka.
Kesimpulannya, HT kurang mahir juga bermain politik dengan uangnya, dia mudah kecewa dan dilipat, mestinya meniru Muhaimin, dia bukan pemilik PKB, tetapi kini dia memegang saham 4 persen konstituen Indonesia, dan sudah dua periode pemerintahan dia jadi menteri, hebat kan. HT mestinya lebih bersabar, kalau masih jadi kucing di politik, jangan mengaum seperti macan, nanti dilempar sendal. Nanti kalau sudah jadi macan, mengaumlah, semua akan menjadi takut, dan mungkin SP juga memikir ulang. Begitu falsafah guru politik penulis, Almarhum Bapak Matori Abdul Djalil.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : nasional.kompas.com