Murid Teroris Asal Malaysia penyerang Polisi Poso
25 October 2012 | 6:15 am | Dilihat : 795
[google-translator]
Walau tindak pelaku penyerangan terhadap polisi di Poso intensitasnya tidak terlalu besar, tetapi efek psikologisnya dirasa cukup besar. Setelah dua anggota Polri Brigadir Sudirman dari Polsek Poso Pesisir dan Brigadir Satu Andi Sapa dari Polres Poso ditemukan pada 16 Oktober 2012 tewas terbunuh di Poso, terjadi penyerangan bom rakitan. Bom rakitan diledakkan dua kali terjadi Senin Pagi (22/10/2012) di Pos Polisi Kelurahan Kasintuwu Kecamatan Poso Kota Utara. Sebagai akibat ledakan tersebut, seorang anggota Lalu Lintas Kepolisian Poso Bripda Rusliadi dan Muhammad Akbar, seorang petugas satpam Bank Rakyat Indonesia, mengalami luka-luka.
Bom rakitan yang meledak di pos polisi tersebut bukan satu-satunya peledak berdetonator ponsel yang disiapkan untuk menciptakan teror di Poso. Selain itu telah diketemukan juga rangkaian bom dengan tipe yang sama, ditemukan di pintu gerbang Dusun Tonisa, Kecamatan Poso Pesisir. Bom berdaya ledak rendah yang menggunakan timer itu juga memiliki kemiripan dengan bom yang ditemukan di Solo dan saat penangkapan tersangka teroris bom Beji Depok. Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol Sutarman mengatakan pihaknya masih mengaitkan insiden bom di Poso dengan kelompok teroris Solo. “Kita masih menyelidiki, kita masih berupaya untuk mengungkap siapa pelakunya,” kata Sutarman.
Menanggapi rangkaian serangan teror di Poso pada beberapa waktu ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai menyatakan, pelaku teror di Poso masih jaringan lama yang terkait dengan terduga teroris Badri Cs. Dikatakannya bahwa di Poso kerap dijadikan lokasi aksi terorisme karena sering terjadinya konflik antar penduduk, yang dimanfaatkan jaringan teroris untuk memengaruhi dan menyebar kebencian.
Sementara Mabes Polri melalui Karopenmas, Brigjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan bahwa ada dugaan dua orang buronan kasus terorisme terlibat dalam aksi-aksi tersebut. Keduanya adalah Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dan Santoso. "Selain Santoso, Taufik Bulaga. Dia juga termasuk perakit bom. Patut diduga terlibat," kata Boy di Mabes Polri, Selasa (23/10/2012). Keduanya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh polisi sejak beberapa tahun silam. Jejak kedua DPO itu tercium dari keterlibatan Imron yang telah ditangkap Densus di Poso. Selama ini Imron diduga sebagai pemasok senjata api untuk kelompok Santoso, serta perakit bom kelompok teroris di Solo.
Menurut Boy, Poso saat ini dipilih kelompok teroris sebagai daerah pelatihan setelah sebelumnya di Aceh.”Santoso dan Taufik juga pernah berlatih di Aceh, kemudian pindah ke Poso,” kata Boy. Menurutnya, sebagian dari anggota kelompok teroris Poso telah ditangkap, tetapi sebagian lain berhasil lolos. Santoso bekas anggota Jamaah Islamiyah adalah pemimpin latihan teror, semacam militer di Poso beberapa tahun yang lalu. Diduga terlibat dalam sejumlah aksi teror, termasuk aksi penembakan tiga anggota polisi di BCA, Palu, pada 25 Mei 2011.
Sementara Taufik Bulaga dikenal dengan julukan profesor, karena sangat ahli membuat bom. Taufik Bulaga bukan nama asing lagi dikalangan Densus. Taufik merupakan tersangka kasus Tentena, pembunuhan tiga siswi, pembunuhan pendeta, dan kerusuhan agama di Loki (Ambon). Dia juga diketahui sebagai murid kesayangan Dr Azhari, tokoh teroris asal Malaysia yang telah ditembak mati di Batu, Jawa Timur, pada 2005. Taufik diketahui sangat ahli membuat bom, diantaranya bom termos saat konflik di Poso pada 2005, bom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009. Baca "DPO Upik Lawanga, Handler Bom Cirebon dan Solo?" http://ramalanintelijen.net/?p=4088.
Polisi juga menduga bahwa kelompok teroris yang dahulu menggelar semacam pelatihan militer di Aceh telah bergeser ke Poso. Dana latihan tercium berasal dari kelompok pendukung di Medan (pendukung pasif) sebesar Rp 500 juta. Nama Rizky Gunawan alias Udin yang telah ditangkap polisi, sebagai support agent kegiatan teror adalah "hacker" yang mampu menembus situs investasi (forex) dan mencuri dana hingga Rp 7 Milyar pada bulan Juli 2012. Baca "Umar Patek dan Teroris Indonesia yang Semakin Pintar." http://ramalanintelijen.net/?p=5474.
Nampaknya Poso menjadi salah satu pilihan terbaik kelompok teror untuk mengembangkan dan mengadakan pelatihan teror disamping pilihan terdahulu di Aceh dan Medan yang mereka anggap gagal. Kondisi wilayah Poso yang masih terdapat hutan perawan belum dijamah manusia membuat kegiatan mereka sulit terendus aparat keamanan. Diperkirakan kelompok tersebut telah menelurkan sekitar enam gelombang pelatihan. Kegagalan pelatihan di Aceh terutama disebabkan karena masyarakat sudah jenuh dengan konflik bersenjata, sehingga bocornya kegiatan kelompok bersenjata itu pada awalnya juga merupakan informasi dari masyarakat.
Menarik yang disampaikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat berkunjung ke Poso Selasa (23/10). JK menyatakan "Masyarakat sendiri yang harus mengatasi persoalan di Poso. Jangan terlena." JK adalah tokoh yang berperan aktif dan berjhasil menyelesaikan konflik Poso atas nama agama pada masa lalu.
Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dapat disebut sebagai residu dari ilmu teror yang disebarkan oleh dua tokoh teroris asal Malaysia, DR Azhari dan Noordin M Top yang akhirnya tewas ditembak Densus. Ilmu yang dikembangkan adalah kemampuan merekrut kader, kemampuan menciptakan alat serangan yaitu bom dan senjata api serta kemampuan pengumpulan dana untuk latihan dan penyerangan. Menghadapi tiga point tersebut, yang dibutuhkan oleh aparat keamanan adalah keteguhan dan ketegasan dalam bertindak.
Memang sulit menyelesaikan masalah teroris yang telah terbentuk disebuah negara, terlebih di negara yang menganut faham demokrasi bebas, karena Hak Azasi Manusia yang dikedepankan. Aparat keamanan ditekan dengan HAM dalam menindak teroris, sementara teroris yang membunuh seenaknya tidak pernah dikecam melanggar HAM sekalipun. Dan juga kita harus menyadarkan masyarakat agar jangan terlibat aksi teror. Dimanapun berlaku hukum "A terorist in one side, is a patriot on the other."
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi gambar : merdeka.com