Umrah Ramadhan dan Kemelut TKW di Saudi
29 July 2012 | 12:58 pm | Dilihat : 485
Menjelang awal Ramadhan, sebuah berkah didapat penulis, ditawari melaksanakan ibadah umrah ke tanah suci. Alhamdulillah, ini perjalanan umrah penulis kedua pada bulan suci, yang pertama pada 2010. Maka berangkatlah penulis bersama beberapa sahabat kental dengan pesawat Garuda menuju Jeddah dua hari menjelang Ramadhan. Selama perjalanan cuaca baik, hanya di selatan Pulau Sumatera terdapat goncangan, walau cuaca baik, yang di kalangan penerbangan dikenal dengan istilah “clear air turbulance.”
Setelah terbang selama delapan setengah jam, pesawat Garuda yang berangkatnya hanya terlambat sekitar satu jam, dengan mulus landing di King Abdulaziz International Airport ( IATA : JED , ICAO : OEJN ). Bandara ini terletak 19 km di utara Jeddah, Arab Saudi (Saudi). Dinamakan King Abdulaziz Al Saud , bandara udara ketiga terbesar di Arab Saudi dan fasilitas bandara tersibuk oleh penumpang. Bandara ini menempati areal seluas 15 kilometer persegi. Selain berfungsi melayani penerbangan sipil, di bandara ini juga terdapat terminal kerajaan, fasilitas dari Angkatan Udara Kerajaan Saudi, dan fasilitas perumahan untuk staf Bandara.
Terminal Utara di Bandara Jeddah digunakan oleh semua maskapai penerbangan asing. Terminal Selatan hanya disediakan untuk penggunaan eksklusif Saudi sampai 2007, ketika Saudi milik pribadi operator Nas Air dan Sama Airlines juga diberikan izin untuk menggunakannya. Jeddah-Kaia bandara berfungsi sebagai pusat utama untuk Saudi .
Bandara King ini menempati areal yang sangat luas, sekitar lima juta kaki persegi (465.000 m²), merupakan terminal udara terbesar di dunia udara setelah Beijing Capital International Airport , Bandar Udara Internasional Dubai dan Bandara Internasional Hong Kong . Untuk melayani kegiatan ritual umat muslim yang tiap tahun melaksanakan ibadah haji, dibangun terminal haji yang mencakup lebih dari 100 acre (405.000 m²) dan ditandai dengan tenda raksasa yang bentuk atapnya demikian unik berwarna putih. Terminal Haji dapat menampung 80.000 jamaah pada saat yang bersamaan.
Pesawat Garuda yang penulis tumpangi dirapatkan ke terminal haji untuk proses imigrasi. Setelah keluar, sangat terasa udara mulai panas, walau pesawat tiba sekitar pukul 12 malam waktu Arab Saudi (empat jam dibelakang WIB). Proses imigrasi dan barang tidak berlangsung lama dan penulis serta rombongan langsung dengan mobil khusus bergerak menuju kota Madinah. Perjalanan Jeddah-Madinah memakan waktu sekitar empat jam lebih, berbeda apabila dilaksanakan pada musim haji yang demikian padat.
Sekilas tentang Kota Madinah
Madinah atau lengkapnya Al-Madinah al-Munawwarah , dalam bahasa Indonesia berarti “kota bercahaya”, umumnya juga hanya disebut sebagai Al-Madinah , juga diterjemahkan sebagai Madinah , atau Madinat al-nabi, yang berarti “kota nabi.” Madinah adalah sebuah kota di Hijaz wilayah barat Arab Saudi , dan berfungsi sebagai ibu kota Provinsi Al Madinah . Ini adalah kota tersuci kedua dalam Islam , dimana pada mesjid Nabawi (Al-Masjid al-Nabawi) terdapat makam Rasulullah . Madinah adalah signifikan secara historis sebagai rumah Nabi Muhammad SAW setelah Hijrah . Sebelum kedatangan Islam, kota ini dikenal sebagai Yatsrib.
Di kota Madinah terdapat tiga mesjid tertua di Islam , yaitu Al-Masjid al-Nabawi ( Masjid Nabi ), Mesjid Quba (mesjid pertama dalam sejarah Islam), dan Masjid al-Qiblatain (masjid kiblat sebelum kiblat beralih ke Mekkah ). Karena kebijakan keagamaan pemerintah Saudi dan kekhawatiran bahwa situs-situs bersejarah bisa menjadi fokus untuk penyembahan berhala , banyak warisan Islam secara fisik di Madinah telah dihancurkan sejak awal pemerintahan Saudi.
Kalender Islam didasarkan pada emigrasi Nabi Muhammad dan pengikutnya ke kota Madinah, yang menandai awal tahun Hijriah pada tahun 622 Masehi, yang disebut Hijrah. Seperti juga aturan pemerintah Saudi untuk Mekah , pintu masuk ke Madinah dibatasi hanya untuk kaum Muslim saja. Bagi mereka yang Non-Muslim tidak diizinkan untuk memasuki atau melakukan perjalanan melalui kota tersebut.
Ibadah di Masjid Nabawi
Dalam perjalanan menuju Madinah, rombongan berhenti di rest area, selain untuk mengisi bensin juga untuk makan sahur (di Saudi puasa satu hari lebih cepat dengan puasa resmi yang ditetapkan pemerintah Indonesia). Saat mengisi bensin, secara sepintas penulis menanyakan berapa harga bensin di Saudi, dikatakan hanya satu Real Saudi untuk harga dua liter (1 real sama dengan Rp 2.650), artinya harga seliter hanya sekitar Rp1.325, sangat murah sekali dibandingkan harga bensin di Indonesia. Di Saudi bensin lebih murah dibandingkan harga air minum. Rombongan setelah sampai di Madinah diarahkan ke hotel Hilton yang sangat dekat dengan Masjid Nabawi. Udara di Madinah terasa demikian panas, menyengat dan menurut penjelasan kalau siang bisa mencapai 45-50 derajat celsius, bayang kan dengan Jakarta yang 30 derajat. Langsung rombongan dari hotel menuju Masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat Subuh. Alhamdulillah penulis merasakan kebahagian masih diberi kesempatan mengunjungi masjid yang suci ini.
Karena hari Jumat, penulis bersama teman berusaha untuk dapat sholat Jumat di Raudah, Masjid Nabawi. Raudah terletak di bagian kiri Selatan masjid, kurang lebih 5 m di belakang Mihrab Imam sholat fardlu Masjid Nabawi. Ciri yang paling gampang dari Raudah adalah warna karpetnya yang putih kehijau-hijauan dan sangat berlainan dengan warna merah tua karpet Masjid Nabawi secara keseluruhan. Raudah secara fisik terletak disebelah kanan dari makam Rasulullah (kalau kita menghadap ke Selatan), ada Mihrab Nabi (dulu Rasulullah selalu jadi Imam di Mihrab ini, sekarang masih dipakai kalau sholat Jumat). Mimbar Utama (kalau sholat Jumatan mimbar ini masih dipakai ceramah oleh Khatib) dan tangga menuju tempat Muadzin. Sama seperti halnya mencium Hajar Aswad di Ka’bah, ibadah di Raudah adalah Sunnah (tetapi diyakini pahala dan doa kita sangat makbul). Alhamdulillah atas rahmat dan ridhoNya, penulis dan teman dapat melaksanakan sholat sunnah dan Jumat di Raudah). Setelah selesai sholat, penulis melintasi makam Rasulullah, dalam rangka ziarah, “Assalamualaika Ya Rasulullah.” Terbersit rasa bahagia penulis dapat mengunjungi kembali makam Rasulullah, Alhamdulillah.
Setelah dua hari berada di Madinah, penulis bersiap untuk melaksanakan perjalanan ke kota suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Dengan berpakaian Ihram dari hotel perjalanan diawali dengan menuju ke Masjid Bir Ali. Bir Ali adalah sebuah tempat miqat (miqat zamani) bagi penduduk dan pendatang dari Madinah yang akan berumrah atau berhaji, sebagaimana dicontohkan Nabi. Masjid Bir Ali hanya berjarak kurang dari 15 menit perjalanan dari Madinah. Di masjid ini, dengan sudah berpakaian ihram, dalam keadaan bersuci, penulis melaksanakan sholat dua rakaat dan memulai niat ihram dan bersiap umrah. Jarak Bir Ali ke Mekah sekitar 450 km yang ditempuh dalam 4,5 jam.
Ibadah Umrah di Mekkah
Setelah tiba di kota Mekah dan berbuka puasa, rombongan bersiap-siap melaksanakan ibadah umrah. Pada istilah teknis syari’ah, Umrah berarti melaksanakan Tawaf di Ka’bah dan Sa’i antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram sejak dari Miqat. Umrah sering disebut sebagai haji kecil. Perbedaan umrah dengan haji adalah pada waktu dan tempat. Umrah dapat dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di Mekkah, sedangkan haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota Mekkah. Syarat untuk mengerjakan umrah sama dengan syarat untuk mengerjakan haji. Rukun umrah adalah Ihram,Tawaf, Sa’i, Mencukur rambut kepala atau memotong sebagian (tahalul) dan Tertib. Adapun wajib umrah hanya satu, yaitu memulai ihram dari miqat. Pada awal Ramadhan ini, sangat terasa demikian banyak jamaah yang melaksanakan ibadah umrah, sehingga baik Tawaf maupun Sa’i terasa demikian padat. Alhamdulillah selesai juga pelaksanaan ibadah idaman, berumrah di awal Ramadhan.
Selama enam hari kemudian, secara rutin penulis dan rombongan melakukan ibadah sunnah ataupun wajib di Masjidil Haram. Tarawih dilaksanakan sebanyak 23 rakaat dan demikian penuh. Yang menjadi kendala adalah soal makanan, dengan tinggal di hotel besar (Zam-Zam), jamaah kini hanya bisa makan menu hotel yang berupa makanan Arab, penyedia makanan Indonesia sudah dilarang. Setelah beberapa hari selerapun turun, makan terasa berbau jamu. Pada awal Ramadhan ini, sangat terasa begitu banyaknya jamaah dari penjuru dunia yang mengunjungi Masjidil Haram. Suasana dan kepadatan sangat mirip dengan suasana saat haji. Kegiatan bertawaf yang agak lumayan sepi sekitar jam 07.30 hingga 09.00, selebihnya terus padat. Walau padat, dengan ridho Allah, penulis sempat berdoa menyentuh Multazam dan dibawah pancuran emas di Hijir Ismail, Alhamdulillah. Terasa di usia senja ini demikian kotor badan dan jiwa ini, semoga Allah mengampuni dosa-dosa penulis, dan dosa kedua orang tua. Ya Allah aku mohon keselamatan dunia dan akhirat, juga untuk keluargaku. Semoga Engkau melindungi dan memberikan Ridho bagi Bangsa dan Negaraku dalam mencapai cita-cita luhurnya, Aamiin.
Setelah enam hari di Mekkah, penulis beserta rombongan menuju kota Jeddah untuk persiapan kembali ke Indonesia. Didalam kendaraan, salah seorang tokoh asal Madura, yang membantu mengurus umrah bernama Pak Sofyan banyak bercerita tentang soal Umrah, Haji dan TKI.
Kemelut TKI di Arab Saudi
Soal pengiriman TKI (Tenaga Kerja Indonesia), kini menurut Pak Sofyan telah di berhentikan sejak 2011, walau demikian masih terjadi penyelundupan tenaga kerja Indonesia ke Saudi. Pemberhentian TKW menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar sejak bulan Agustus 2011 tetap masih berlaku. Menurutnya penyetopan sampai ada jaminan aman bagi TKW asal Indonesia. Menurut Menakertrans, walau sudah distop, pengiriman baik terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi masih ada yang melakukan.
Dari informasi Pak Sofyan yang langsung bergelut dengan situasi di lapangan, pemerintah Arab Saudi, khususnya keluarga-keluarga di sana sangat merasakan kekosongan akan kebutuhan tenaga kerja tersebut. Pemerintah Saudi kemudian mengambil kebijakan mengambil TKW baik dari Srilanka, dan beberapa negara di Afrika yang sedang bergolak, seperti Chad, Somalia. Kerugiannya mereka membayar lebih mahal tetapi TKW itu pada umumnya sudah bisa berbahasa Arab.
Sejak 2 Juli 2011, pemerintah Arab Saudi tidak lagi memperkerjakan tenaga kerja Indonesia sektor informal dan mereka menegaskan menyetop pemberian visa bagi TKI. Kebijakan pemerintah Saudi tersebut satu langkah didepan kebijakan pemerintah Indonesia yang baru menyetop pengiriman TKI ke Saudi mulai 1 Agusuts 2011. Sikap pemerintah Saudi tentu sebagai respon atas kebijakan pemerintah yang akan melakukan moratorium pengiriman TKI ke Saudi. Kini di Saudi, yang bisa diijinkan mendatangkan TKI dari Indonesia apabila ada kebutuhan perusahaan, misalnya kebutuhan tenaga medis untuk Rumah Sakit, tetapi tidak untuk kepentingan pembantu rumah tangga. Apa sebenarnya masalah antara Indonesia dan Saudi? Menurut Sofyan karena adanya perbedaan gajih dan masalah libur. Saudi hanya mau membayar antara 850 Real, sementara Indonesia menginginkan pembayaran TKW sekitar 1.200 Real dan seperti dikatakan Menakertrans soal jaminan keamanan.
Nah bagaimana penyelundupan TKI ke Saudi? Kegiatan umrah adalah salah satu jalan, mereka datang sebagai jamaah, kemudian mereka melarikan diri tidak kembali ke Indonesia, disana mungkin sudah ada keluarganya, sehingga peluang kerja sudah ada. Keluarga di Saudi bermacam-macam, pada saat umrahpun, penulis bertemu dengan beberapa TKW yang diajak majikannya berumrah, penampilan mereka bak wanita Arab dengan pakaian hitam, tinggal di hotel mewah. Itu TKW yang beruntung. Bagi yang tidak beruntung, gajih tidak dibayar dan pada akhir kerja mereka baru dibayar, pada umumnya gajih mereka juga dipotong dengan berbagai alasan. Bahkan kekerasan sering terjadi.
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya BURUH MIGRAN pada Desember 2010, saat ini terdapat lebih dari 400 perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia atau PJTKI, yang menyalurkan TKI ke luar negeri. Sedangkan, jumlah TKI yang bekerja di luar negeri secara legal dan ilegal mencapai 8 juta orang. Dua negara menjadi negara penerima buruh migran Indonesia terbesar yakni Malaysia dengan 2,2 juta TKI dan Arab Saudi yakni 1,2 juta orang. Sisanya tersebar ke banyak negara seperti Hongkong, Taiwan, dan Singapura.Di Arab Saudi dari 3/4 yang bekerja merupakan perempuan (TKW). Sedangkan, remitansi atau jumlah dana yang dibawa masuk oleh buruh migran ke Indonesia pada tahun 2010 diproyeksikan akan mencapai 7,139 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 6,793 miliar dolar AS. Jumlah dana tersebut melampaui bantuan asing Official Development Assistanceatau ODA yang diterima Indonesia, terutama dari pemerintah Jepang yang hanya mencapai 1,2 miliar dolar AS. Nilai devisa TKI yang sangat besar tersebut menempati posisi nomor dua setelah migas, devisa tersebut sebagian besar atau 90 persennya merupakan devisa dari TKI non skill atau TKI Pembantu Rurnah Tangga (PRT ).
Demikian hebat hasil yang didapat dari TKI tersebut, sebagai salah satu penyumbang devisa yang semestinya harus ditangani secara lebih profesional. Kembali ke informasi di Saudi yang penulis dapat dari kisah lapangan, para TKW yang masih “betah”, bisa memperpanjang visa-nya di Saudi. Khusus para TKI gelap di Saudi, mereka mengatakan tidak dilayani perwakilan. Mereka menunggu musim haji tiba, saat itu pekerja gelap itu membayar (menyogok) petugas keamanan setempat sekitar 500 real, agar ditangkap. Setelah diproses, para TKI dikirim ke penjara di Jeddah dan perwakilan Indonesia setelah mendapat kabar, mendata mereka dan mengirim pulang dengan memanfaatkan pesawat Garuda yang umumnya kosong saat kembali ke Jakarta. Yang jelas gratis. Itulah budaya sogok menyogok yang di ekspor TKI kata Sofyan.
Itulah kisah Pak Sofyan, dan dia menyatakan informasinya benar, karena keterlibatannya dalam menangani jamaah umrah, dimana terus terjadi sesampainya di Bandara Jeddah saat akan pulang, ada beberapa orang jamaah yang menghilang. Jelas ada beberapa sindikat yang mengatur kehilangan tersebut. Salah satu catatan Sofyan, kelemahan lainnya kemelut Haji, ada pada pejabat yang mengatur Haji, karena panitia setiap tahun berganti. Menurut catatannya, tidak ada kontrak jangka panjang bagi penginapan. Rata-rata kontrak hanya setahun, sehingga terjadi fluktuasi harga yang terus naik, sekitar 200-300 real per jamaah. Berbeda dengan Malaysia misalnya yang melakukan perjanjian kontrak selama 5-10 tahun. Menurutnya ada permainan dalam masalah kontrak tersebut.
Demikian sekelumit informasi tentang umrah dan informasi lapangan tentang kemelut TKW di Arab Saudi. Sebelum mengakhiri tulisan, pada saat akan kembali ke Indonesia, penulis mendengar informasi beredarnya berita santer bahwa setelah musm Haji pada 2012, Masjidil Haram akan ditutup untuk kepentingan renovasi dan baru akan dibuka pada bulan Juni 2013. Berita tersebut sangat perlu di konfirmasi segera oleh pejabat Departemen Agama, agar kaum muslim di Indonesia perlu mempersiapkan dan mengatur ulang rencana dalam melaksanakan ibadah umrah. Jangan dibiarkan begitu saja sebaiknya. Jamaah Haji Indonesia akan diberangkatkan pada tanggal 21 September 2012 (4 Dzulqa’dah 1433) dan jamaah terakhir akan kembali tanggal 30 November 2012 (16 Muharram 1434 H), situs Departemen Agama.
Berita penutupan Umrah tersebut kemarin beredar luas dikalangan jamaah, saat penulis berada di Mekkah, akan tetapi belum merupakan berita pasti dari pemerintah Saudi. Dengan demikian apabila berita tersebut benar, maka Masjidil Haram akan ditutup dari bulan Desember 2012-Juni 2013, sekitar 6-7 bulan. Semoga saja berita tersebut tidak benar, Umrah adalah salah satu upaya pembersihan Qolbu bagi muslim Indonesia, dalam menuju Indonesia yang lebih baik, dengan ridhoNya, Aamiin. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi pembaca. Salam.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : Koleksi Pribadi, foto tanggal 24 Juli 2012.