Umar Patek dan Teroris Indonesia yang Semakin Pintar
27 June 2012 | 12:02 am | Dilihat : 1238
Nama Umar Patek yang merupakan alias dari Hisyam bin Ali Zein adalah salah satu pentolan teroris Indonesia yang namanya cukup dikenal tidak saja oleh aparat keamanan di Indonesia, bahkan dicari oleh Amerika dan Australia. Amerika bahkan pernah menjanjikan hadiah sebesar 1 juta dolar AS kepada siapa saja yang bisa menangkapnya atau memberikan informasi untuk menangkapnya.
Umar Patek dilahirkan pada 1970 dan ia sebelum tertangkap digambarkan sebagai laki-laki Jawa keturunan Arab. Patek memiliki tinggi badan 166 cm, berat sekitar 60 kg dengan warna kulit coklat. Umar Patek juga memiliki nama sejumlah samaran antara lain Umar Kecil, Umar (Arab), Patek, Pak Taek, Abu Syekh, dan Zacky. Dia akhirnya tertangkap aparat keamanan di Pakistan pada tanggal 29 Maret 2011.
Umar Patek yang kemudian diadili di Indonesia aklhirnya di vonis 20 tahun penjara. Setelah sidang marathon selama 11 jam, ketua Majelis Hakim Encep Yuliardi menyatakan Umar Patek secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana terkait terorisme. Dia antara lain dinyatakan bersalah karena terlibat dalam aksi pemboman sejumlah gereja di Jakarta pada malam Natal tahun 2000 dan aksi bom Bali I pada 2002, menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme terkait pendirian kamp militer teroris di Nanggroe Aceh Darussalam pada 2010. Umar juga dinyatakan terbukti bersalah memiliki senjata dan bahan peledak tanpa hak serta memalsukan dokumen saat melarikan diri ke Filipina pasca berkomplot melakukan aksi bom Bali, juga dinyatakan telah memberikan keterangan palsu kepada polisi.
Nah itulah nasib salah satu tokoh besar yang berbahaya di Indonesia, tertangkap, diadili dan akan dihukum. Dengan demikian, apakah lantas kejahatan tindak terorisme selsai? Nampaknya tidak demikian. Secara perlahan dan pasti, tindak terorisme terus berkembang, walau selama ini dinyatakan kualitas menurun, tetapi kwantitasnya yang naik. Yang dimaksud adalah kualitas serangan nilainya turun, hanya jumlah mereka yang dinyatakan terlibat naik.
Nah, kini mendadak terungkap bahwa secara clandestine jaringan teroris di Indonesia terbukti mampu meningkatkan kualitas, khususnya kualitas dukungan dalam pengumpulan dana. Pada saat beberapa serangan besar masa lalu, diketahui adanya dukungan dana dari luar negeri, disamping adanya sumbangan dari dalam negeri. Setelah beberapa tahun, kita menjadi terkejut setelah penyidik Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri dan unit Cyber Crime Direktorat II Badan Reserse Kriminal Mabes Polri dan BNPT berhasil mengungkap gerakan pintar dan membahayakan dalam aksi pengumpulan dana teroris.
Kelompok teroris Solo yang pernah meledakkan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo, ternyata berhasil mengumpulkan dana lewat modus kejahatan dunia maya hingga mencapai jumlah Rp7 miliar. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution memaparkan, modus kejahatan itu terungkap dari keterangan tersangka teroris Rizki Gunawan alias Rizki alias Roni alias Umar alias Udin alias Ronny Setiawan, yang ditangkap pertengahan Mei lalu di sebuah hotel di Kota Bandung.
Densus 88 Mabes Polri bersama Brimob Polda Sumut dan Polresta Medan mengamankan empat orang yang diduga terlibatbersama Rizki sebagai pengumpul dana teroris Poso di Jalan Ekawarni III No 4A, Medan, Kamis (21/6/2012). Mereka yang diamankan adalah isteri Rizki, Juwita Hermawati (35), ayahnya Kusnan Heriyanto (58), sepupunya, Tomi Irawan (16), dan seorang tamunya, Winansyah (19).
Berdasarkan informasi dari Mapolresta Medan, di setiap tempat persembunyiannya, Rizky yang juga pakar IT, selalu berganti-ganti profesi, baik sebagai penjual buah di kawasan Jalan Ekawarni III, penjual buku di kawasan Jalan Willem Iskandar/ Pancing, dan sebagai petani di kawasan Kabanjahe. Kadiv Humas Mabes Polri menjelaskan, modus Roni (Rizky) adalah meretas situs forex trading bernama www.speedlineinc. com. Di situs itu, Roni mencuri poin-poin milik member situs perdagangan valuta asing itu. Dari kejahatan ini, Roni mengeruk uang hingga Rp7 miliar.“Nah,dari uang itulah tersangka membeli asetasetnya dan membiayai gerakan teroris,” kata Saud.
Pengungkapan kasus setelah dilakukan penangkapan lima tersangka teror yang ditangkap tersebut. Dua diantaranya ahli IT yang melakukan penggalangan dana melalui dunia maya. "Dari pengakuan mereka, pusat pelatihan dan kegiatan kelompok mereka sudah dipindah dari Solo ke Jawa Timur, NTB dan Sulawesi," kata Brigjen Pol Petrus Golose dari BNPT. Untuk bidang pencarian dana dipusatkan ke Sumatera Utara. “Sedangkan medan operasinya ditentukan di Bali, tetapi telah bisa kita gagalkan beberapa waktu lalu itu,” jelas Petrus.
Dari hasil hacking tersebut, kelompok teroris ini membeli aset senilai Rp5,9 miliar dan juga untuk dana kegiatan terorisme senilai Rp667 juta. Uang itu disumbangkan untuk kegiatan pelatihan militer di Poso. Aset yang disita polisi adalah beberapa ruko dan rumah di Kota Medan, Sumatera Utara. Kelompok ini membeli ruko tiga lantai, satu unit bangunan rumah tinggal beralamat di Jalan Karya Kasih, Medan. Satu rumah tinggal di Jalan Ekawarni Medan, satu ruko di Jalan Jenderal Sudirman, satu mobil Daihatsu, satu Toyota Avanza, satu mobil jenis pikap Mitsubishi, satu motor Kawasaki Ninja, dua motor Yamaha Jupiter. Selain itu, satu Yamaha Vega, satu Honda Supra, dua Honda Vario.“Kemudian berupa peralatan elektronik lainnya yang diestimasikan senilai Rp36 jutayang dibeli dari Hongkong.
Dari pengungkapan mereka yang terlibat dalam kejahatan tindak terorisme, nampaknya sel-sel senyap mereka telah melakukan peingkatan kemampuan dalam pencarian dana. Pada umumnya kejahatan di dunia maya lebih sulit untuk diungkapkan, karena pelaku tidak perlu berinteraksi langsung (tatap muka) dengan sasaran, cukup dengan kemampuan IT mereka bisa menipu netters dan pengguna internet lainnya yang sering masih agak gagap teknologi internet dan mudah terpancing dengan janji manis.
Kita memang harus lebih waspada dalam menghadapi terorisme yang juga melakukan teori pasang surut. Mungkin mereka kini sedang surut dan melakukan konsolidasi, menunggu pasang tiba. Memang kita tidak boleh lengah, karena serangan bom seperti yang terjadi di Kuta Bali, Marriot dan Kedubes Australia sangat mengerikan dan berharga sekitar enam ratus jutaan. Kelemahan mereka selama ini adalah lemah dan terbatasnya dukungan dana. Kini, setelah terbukti mereka mampu melakukan pengumpulan dana, penulis memperkirakan mereka akan mengembangkan diri dan akan lebih menakutkan. Sebuah ancaman nyata yang tidak boleh kita sepelekan. Begitulah faktanya.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : Tribun Medan.