Foke dikeroyok Lima Cagub DKI lainnya
25 June 2012 | 4:11 pm | Dilihat : 415
Setelah menyaksikan debat penyampaian visi dan misi keenam Cagub DKI di TV One, serta informasi penyampaian visi dan misi para cagub di DPRD DKI Minggu, maka dimulailah persaingan secara terbuka diantara sesamanya. Tetapi yang nampak menonjol, Foke sebagai incumbent secara tersirat menjadi target bersama dan agak dimusuhi. Acara pemaparan visi dan misi para calon gubernur DKI Jakarta di gedung DPRD DKI, Minggu (23/6) menjadi ajang untuk mencurahkan kekecewaan terhadap kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo. Para cagub pesaing Foke menyelipkan kritikan atas kinerja Pemprov DKI.
Dengan penampilannya yang menggebu-gebu, Foke saat tampil pidato memaparkan data-data apa saja yang telah dikerjakannya. Semua secara detail menjadi senjatanya dalam menghantam cagub lainnya. Misalnya cagub Hendardji saat tanya jawab ditanya soal jumlah penduduk Jakarta yang terkena flu burung dari tahun 2009, 2010 dan 2011. Jelas Hendardji tidak mempunyai data tersebut, dan dengan pongahnya Foke memberikan data tersebut. Hal lainnya soal sanitasi, Foke mengeritik Hendardji tentang data yang disampaikannya. Cagub Hendardji Soepandji menyentil kebijakan Foke mulai pendidikan, kesehatan, hingga mengatasi soal banjir dan macet. ’’Kalau slogan kami tegas, manusiawi visioner hilangkan berkumis (berantakan, kumuh dan miskin),’’ ujarnya. Kelebihan data Foke justru tidak mengundang simpati, tetapi lebih kepada sikap arogan yang ditunjukkannya. Mestinya jangan terpancing sebagai pemimpin itu. Yah itulah gambaran sekilas yang penulis lihat.
Lantas bagaimana dengan cagub lainnya? Diantara mereka, diluar incumbent, nampaknya ada toleransi dan saling menghargai tidak menyerang satu sama lainnya. Tanya jawab hanya seputar pertanyaan formal belaka, sepintas penguasaan masalah di DKI serta way out yang mereka rancang. Berbeda dengan Alex Nurdin, saat diserang Foke dengan janjinya yang tiga tahun akan menuntaskan semua masalah, dikritik Foke, dia mengatakan lima tahun ya tidak ada apa-apa. Rupanya cagub yang dihitung Foke adalah Alex Nurdin dan Nono Sampono, sehingga pasangan ini selalu diserangnya. Yah itulah kelas Foke yang mengertitik calon lain, bukan menarik simpati publik, tetapi justru menurunkan citra dan simpati terhadapnya.
Alex dengan cerdik mengatakan “Ini memang janji, baru janji, karena kami memang belum jadi gubernur. Tapi, lihat pengalaman, track record sebelumnya. Ini juga bukan seperti janji biasa, bukan seperti yang pernah berjanji,” kata Alex yang masih menjabat Gubernur Sumatera Selatan itu. Alex menambahkan, pembangunan transportasi di Jakarta sudah cukup baik dengan Pola Transportasi Makro yang digagas pada masa Sutiyoso. Salah satunya adalah 15 koridor bus Transjakarta yang kini baru terselesaikan 11 koridor. “Pembangunan busway yang oleh Sutiyoso dalam 3,5 tahun ada 10 koridor. Kemudian dilanjutkan yang sekarang ada satu koridor dalam 5 tahun,”katanya. Inti dari permasalahan tersebut menurut Alex adalah ketidakberdayaan mengelola Jakarta. Dibutuhkan kolaborasi yang harmonis dengan pemerintah pusat dan pemda di sekitar DKI.
Kericuhan antara Foke dengan cagub Hidayat Nurwahid dipetakan saat penyampaian visi dan misi di DPRD. Kericuhan terjadi saat cagub Incumbent Fauzi Bowo tengah membacakan visi dan misinya menjadi cagub DKI Jakarta 2012-2017. Fauzi sempat emosi dan meminta sidang untuk diskors sementara. Kegaduhan awalnya berasal dari balkon yang ditempati para pendukung pasangan cagub cawagub nomor urut 4, Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini. Namun, kemudian meluas ke balkon yang ditempati para pendukung Fauzi Bowo. Sidang di skors satu menit dan dilanjutkan kembali.
Sementara saat Foke tampil, ada teriakan "bohong" dari kerumunan pendukung Jokowi, dan suasana sempat memanas, antara kedua kubu, tetapi dapat dilerai. Selanjutnya, Cagub Jokowi menjelaskan, para cagub hanya heran terhadap tata kelola anggaran Pemprov DKI yang menghabiskan APBD besar tapi minim pencapaian. Ia menilai wajar jika akhirnya para cagub mengkritisi program Pemprov DKI dalam lima tahun terakhir ini. "BKT (Banjir Kanal Timur) itu punya proyek kementrian PU. Busway itu miliknya Pak Sutiyoso. Lah Rp 140 triliun itu ke mana? Itu yang ingin kami sampaikan," tegas Jokowi kepada media. Jokowi menegaskan bahwa masalah yang dihadapi Jakarta saat ini disebabkan pengelolaan anggaran yang tidak benar. Ia menekankan perlunya perbaikan dalam manajemen anggaran di Pemprov DKI. "Memang menajemannya tidak betul. Semuanya dimulai dari sana," katanya.
Faisal Basri yang berpasangan dengan Biem Benyamin mengeritik Foke, mengatakan, “Orang kaya di Jakarta tidak perlu lagi diurus,” ujarnya saat menyampaikan visi misi. Faisal mengatakan fasilitas infrastruktur dan perumahan hendaknya ditujukan untuk masyarakat miskin. “Buat apa lagi jalan layang dibangun. Saya mengharamkan pembangunannya,” katanya. Begitu pula mengenai perumahan. Faisal menyoroti program water front city. “Program itu lebih tepat ditujukan bagi perkampungan nelayan,” kata Faisal. Selama ini program tersebut dianggap hanya ditujukan bagi kalangan berduit. Sebab hingga kini pengembangan permukiman yang berada di dekat pantai merupakan perumahan elite.
Nah itulah sedikit gambaran awal dari kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta secara langsung, sebagai incumbent Foke menjadi target bersama untuk diserang, karena banyaknya titik lemah selama kepemimpinannya sejak 2007. Selain itu dengan posisinya sebagai incumbent yang kuat baik nama, finansial ataupun jaringan, para cagub lainnya hanya berlomba-lomba agar pilkada sekali ini berlangsung dua putaran. Dengan dua putaran, maka mereka mengharapkan pendukung yang kalah akan bersatu dan mengalahkan Foke. Nah, kita akan melihat Pilkada sebagai tontonan menarik ditengah ke-cuekan (apatisme) warga Jakarta yang bosan dengan setiap sandiwara politik.
Selamat bertanding para Cagub dan Cawagub. Walaupun pernah gagal dalam menjalani proses awal sebagai cagub independen, banyak simpul jaringan pendukung dari penulis yang bertanya "Bang Ramelan mau dukung siapa?" Nanti deh kita sampaikan kemana suara yang 600.000 itu akan di berikan. Konsentrasi pendukung berada di Halim/Jakarta Timur, Kemayoran dan daerah Cakung. Besar tetapi silent. Sabar Bang sabar, ada kok waktunya.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net