Polisi Malaysia main Tembak, Pejabat Kita Lambat dan Lemah
26 April 2012 | 8:17 am | Dilihat : 671
Kasus ditembaknya tiga Tenaga Kerja Indonesia pada tanggal 25 Maret 2012 baru ramai diberitakan hampir sebulan kemudian, setelah media mengangkat berita tersebut menjadi headline. Kemudian seperti biasa semuanya menjadi sibuk mencari berita dan memantas diri, seakan-akan mereka sudah bekerja dengan baik. Bayangkan, jenazah korban penembakan, Herman, 34 tahun, Abdul Kadir Jaelani, 25 tahun, Mad Nur, 28 tahun, sudah terkirim kembali ke kampung halaman masing-masing pada tanggal 5 April, dan dimakamkan tanggal 6 April. Kini pada minggu keempat April, semuanya baru berkotek-kotek, bingung dan membela diri.
Menurut versi tim polisi Malaysia, mereka saat melakukan razia, menemukan tenaga kerja kita tiga orang yang menurut mereka mencurigakan karena masing-masing memakai masker, penutup kepala, sarung tangan, dan membawa parang. Saat akan ditangkap, mereka melawan dan baru kemudian ditembak. Ini menurut pihak Kepolisian Malaysia secara sepihak. Belum ada pemberitaan resmi dari kedutaan kita di Malaysia.
Menurut Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, penembakan dilakukan berkali-kali yang menembus bagian depan kepala maupun di tubuh sekitar dada sebagai tindakan barbar polisi Malaysia. Nah, yang kemudian ramai dibicarakan, ada tuduhan bahwa upaya penjualan organ tubuh ke tiga korban tadi, karena ketiganya saat datang sudah dalam keadaan bekas dibedah dan dijahit dibeberapa bagian. Menurut Jumhur tiga jenazah TKI tersebut akan diotopsi ulang di Indonesia, pada Kamis (26/4) dan Jumat (27/4).
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa kemudian menanggapi kasus tersebut, dan menyampaikan akan mencari fakta. "Yang pertama saya kira mencari fakta yang utuh untuk dua hal itu, mengenai masalah insidennya sendiri yg menyebabkan meninggal dunianya saudara-saudara kita itu. Yang kedua adalah mencari fakta tentang kebenaran adanya indikasi bekas jahitan sehingga ada indikasi organ tubuh yang konon diambil. Ini tentu harus kita pastikan di semua tahapan agar tidak ada ketidaklaziman," jelas Marty.
Menlu Marty mengatakan di Kemenlu, Jalan Pejambon, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (23/4/2012), sebelumnya telah dilakukan proses otopsi terhadap ketiga jenazah TKI di Malaysia pada tanggal 26 dan 27 Maret 2012. Jadi di Malaysia sendiri sempat ada proses otopsi. Tentu kita sangat prihatin seandainya ada ketidakwajaran dalam proses pemulangan jenazah ketiga warga negara ini, demikian menurutnya.
Nah, kini timbul pertanyaan, apa saja kerja Kedubes RI di Malaysia? Bukankah para pejabat itu bertugas melindungi warga negara kita di negeri Jiran itu? Tidak bisa dibayangkan, kejadian penembakan WNI di Malaysia telah terjadi pada tanggal 25 Maret 2012, dan hampir sebulan kemudian, pada tanggal 23 April 2012 Menlu kita menyatakan baru akan mencari fakta. Yang pasti lambat dan lemah kordinasi internal antara Kedubes RI di Kuala Lumpur dengan kantor pusatnya di Pejambon. Semestinya janganlah terlalu lama Kemenlu menyatakan secara transparan kasus tersebut, pasti menurunkan kredibilitas Kemlu sendiri.
Persoalan nampaknya tidak sederhana seperti yang dibayangkan, siapapun dia (WNI) yang meninggal ditembak Polisi Malaysia, haruslah jelas masalahnya apa. Meninggalnya manusia harus jelas hukumnya, tidak bisa begitu saja, dengan enteng kemudian dikembalikan ke Indonesia. Terus dimana harga diri Bangsa Indonesia, ataukah Malaysia tidak mengenal HAM? Yang jelas Kedubes RI di Malaysia tidak mempunyai data akurat kasus tersebut. Terbukti dari pernyataan Menlu yang baru akan mengumpulkan fakta hampir sebulan setelah kejadian.
Atau, diplomat kita disana mungkin tidak mampu menembus birokrasi dikalangan Polisi Malaysia? Selemah itukah diplomasi perwakilan kita disana? Tidak bisa kita bayangkan kalau ada warga Malaysia yang kenapa-kenapa di Indonesia. Kembali kita akan berkotek-kotek karena kembali bingung menjawab tuntutan pemerintah Malaysia yang akan berteriak-teriak, menyebut pelanggaran HAM, demokrasi atau apalah, yang kita mungkin juga tidak faham. Bisa-bisa kita dituntut melalui mahkamah internasional.
Maaf, tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pengemban amanah yang berjas dan berdasi itu, mereka jelas lemah dan lambat melindungi warganya di luar negeri. Barangkali nyawa TKI memang tidak ada harganya di sana itu?. Kelompok kelas bawah yang boleh diperlakukan semaunya. Sangat memprihatinkan. Inilah yang sedang terjadi di negara kita, banyak pejabat kita yang lemah dan bekerja seadanya (barangkali?). "Sebel" kan! Polisi Malaysia main tembak WNI seperti nembak kucing, kita sebulan kemudian baru mau mencari fakta kenapanya? Ampun deh! Prayitno Ramelan ( www.ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : berita delapan.com