Mega dan Prabowo Akan Bersaing Pada 2014?

28 February 2012 | 7:24 am | Dilihat : 297

Sejak mengikuti dan meneliti baik pemilu presiden dan wakil presiden pada tahun 2004 dan 2009, ada sebuah kesimpulan yang kecil tetapi sangat penting yang didapat penulis. Mereka yang menyalonkan diri menjadi presiden khususnya selain memenuhi syarat administrasi, seperti terpenuhinya dukungan minimal dari parpol sesuai undang-undang, harus memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Selain itu ada hal yang sangat prinsip, seseorang walau tidak tertulis harus diakui konstituen sebagai patron, karena budaya paternalistik masih sangat kental di Indonesia.

Hal lainnya yang sebaiknya difahami oleh  para calon tersebut adalah momentum yang tepat sehingga dialah yang dianggap paling tepat dianggap sebagai pemimpin bangsa. Sederhana memang, tetapi justru kesederhanaan itulah kekuatan cara berfikir bangsa ini. Kesemuanya dalam waktu yang lama sebaiknya dianalisa tim sukses melalui sebuah survei. Persepsi publik paling tidak akan dapat memberikan gambaran situasi dan kondisi calonnya masing-masing.

Nah, pada bulan Februari ini muncul dua buah survei, paling tidak bisa memberikan penggambaran kasar sikon tersebut. Survei pertama dilakukan oleh Pusat Kajian dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang melakukan survei antara 22 Januari - 2 Februari 2012. Survei menjaring responden dengan metode multistage random sampling di 33 provinsi, melibatkan 1.850 responden. Survei wawancara tatap muka ini memiliki margin error +/- 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Untuk tingkat popularitas calon presiden, Megawati Soekarnoputri dikenal 85,95 persen responden, Prabowo Subianto dikenal 83,35 persen responden, Ani Yudhoyono dikenal 75,55 persen responden, Akbar Tandjung dikenal 73,65 persen responden, Aburizal Bakrie dikenal 72,55 persen responden.

Untuk nilai elektabilitas, menurut Puskaptis didapat angka, Prabowo Subianto dipilih 16,40 persen responden, Hatta Radjasa dipilih 14,60 persen responden, Aburizal Bakrie dipilih 13,15 persen responden, Megawati Soekarnoputri dipilih 12,95 persen responden, Akbar Tandjung dipilih 12,65 persen responden.

Survei kedua dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang melakukan survei pada 1-12 Februari 2011 dengan jumlah sample 2050 responden. Margin of error  2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen.

Menurut peneliti utama LSI Saiful Mujamil, Kamis (23/2/2012), "Jika pilpres diselenggarakan saat ini, 15,2 persen masyarakat memilih Megawati,” katanya. Selanjutnya, diurutan dua Prabowo Subianto dengan perolehan (10,6 persen), Jusuf Kalla (7 persen), Aburizal Bakrie (5,6 persen), Sri Sultan HB-X(4,9 persen), Wiranto (3,9 persen), Boediono (3 persen), Surya Paloh (2,6 persen) dan Hatta Radjasa (2,2 persen). Masyarakat yang memilih calon lain total sebesar 11,5 persen dan 18,2 persen belum menentukan pilihan.

Jika daftar nama capres dipersempit menjadi  10 nama calon, nama Megawati masih tertinggi dengan (22,2 persen), disusul oleh Prabowo (16,8 persen) dan Aburizal Bakrie (10,9 persen). Menurut Saiful, apabila pilpres dilakukan bulan Februari, maka akan terjadi dua putaran. Yang menarik, Saiful menyatakan "Mega dan Prabowo berpeluang maju ke putaran kedua. Namun jika yang bertarung adalah Mega dan Prabowo, maka kemungkinan besar Prabowo akan mengalahkan Mega."

Jadi bagaimana melihat fakta-fakta hasil survei tersebut? Kegiatan survei yang dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan, memang agak berbeda nilai elektabilitasnya. Puskaptis menempatkan  Prabowo pada urutan teratas dengen nilai keterpilihan 16,4 persen, Mega berada di posisi empat dengan elektabilitas 12,95 persen. Aburizal Bakrie di posisi tiga dengan 13,15 persen. Yang agak menyolok Hatta Rajasa berada di posisi dua dengan 14,6 persen.

Apabila dibandingkan, survei LSI (10 calon), menempatkan Mega di posisi teratas dengan 22,2 persen, Prabowo 16,8 persen, Aburizal 10,9 persen. Nama Hatta Rajasa tidak muncul, posisinya terendah 2,2 persen saat survei tidak menetapkan jumlah calon.

Nah, dari hasil kedua survei, penulis lebih cenderung menempatkan Megawati dan Prabowo sementara ini merupakan calon terkuat yang akan bertanding, dan diikuti oleh Aburizal Bakrie. Mengapa Prabowo menguat? Nampaknya kebutuhan psikologis aman dan ketegasan pemimpin menjadi dambaan masyarakat yang mulai jenuh dengan kerusuhan demi kerusuhan, tindak premanisme yang sangat mengganggu, intinya masyarakat merasa tidak aman. Dengan demikian maka Prabowo sebagai figur mantan Kopassus, militer, dan berani berbicara menjadi salah satu alternatif. Hanya kerawanan sejarah masa lalu bisa menjadi sasaran tembak lawan politiknya.

Lantas, mengapa Mega masih menempati posisi teratas? Mega masih mempunyai pemilih masif, dan yang pasti Mega pada masa kini adalah satu-satunya patron (kalau boleh dikatakan demikian), yang masih disukai sebagai calon pemimpin pada 2014. Penulis sementara ini masih cenderung menempatkan Mega sebagai capres terkuat, walaupun kemungkinan PDIP akan kalah bersaing dengan Partai Golkar. Dari hitungan survei, apabila duet Megapro kembali diulang, nampaknya sementara ini sulit keduanya untuk dikalahkan.

Bagaimana dengan Aburizal Bakrie? Ical, sapaan akrab Ketua Umum Golkar ini bisa saja pada waktunya nanti menjadi kuda hitam, karena mendapat dukungan partai Golkar yang solid dan kadernya sangat berpengalaman. Kerawanan Ical terletak pada isu negatif Lapindo dan masalah pajak. Apabila kedua hal  ini dapat dinetralisir, elektabilitasnya akan naik dengan cepat.

Demikian sedikit informasi dan ulasan tentang hasil survei yang dikaitkan dengan siapa capres 2014. Suka atau tidak suka, demikianlah persepsi publik yang sebaiknya mulai diperhitungkan oleh tim sukses masing-masing calon. Sebagai indie blogger (independen), penulis selalu berusaha menempatkan cara berfikir senetral mungkin, dan hanya membahas fakta-fakta yang ada. Maaf apabila ada ada kekeliruan ataupun yang tidak berkenan. Ini hanyalah sebuah pendapat pribadi dan sumbangan pemikiran semata. Prayitno Ramelan (www.ramalanintelijen.net)

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.