Anak Kemayoran Siap Pimpin Jakarta!
11 January 2012 | 11:17 am | Dilihat : 490
Kemaren dulu, anak Jakarta bilang, maksudnya sehari sebelum kemarin, penulis setelah Zhuhur berkunjung ke sebuah sekolah dibilangan kampung Bendungan Jago, di kawasan Kemayoran Jakarta. Kunjungan tersebut dalam rangka silaturahmi ke almamater (bahasa hebatnya) dimana tahun 1960 penulis pernah menimba ilmu disitu hingga dapat ijazah (ceileee...!). Terasa sebuah getaran, teringat 51 tahun yang lalu penulis meninggalkan sekolah tersebut yang dalam bahasa kerennya "alumnus."
Nah, begitu masuk ke pintu pagar sekolah yang dulu namanya SR, kini bernama SD Negeri Utan Panjang 1-4, ada sekelompok pemain rebana dengan seragam kuning-kuning keemasan menyambut di pagar (jelas bukan dari Golkar). Melantunkan lagu-lagu bernafaskan Islami. Nampak yang mengatur jalan yang sempit dan padat dengan metro mini dan bajay, anggota polisi Polsek Kemayoran dan Forkabi Bendungan Jago. Terima kasih ya.
Selain itu, banyak warga Betawi Bendungan Jago, dengan Ibu-ibu serta guru-guru dan kepala sekolah serta anak-anak sekolah yang menyambut kedatangan penulis. Pelukan demi pelukan, dan salam akrab, hingga tak terasa ada rasa haru dipeluk mereka, rakyat yg sederhana...dan air matapun tak terasa menetes. Entah mengapa, ternyata nostalgia bisa membuat rasa haru Old Soldier ini. Sangat dekat dengan masyarakat Betawi asli itu.
Penulis bertemu dengan beberapa kenalan dan teman lama, bahkan ada teman dari babe (ayah) penulis Haji Ran Ramelan (alm) yang bernama Haji Rosyid (88) yang masih ingat semua kejadian masa lalu. Acara dibuka oleh tokoh betawi Kong Jaing, selebritis dari Radio Dangdut Indonesia (RDI) yang sangat terkenal dan banyak penggemarnya itu. Disampaikan maksud dan kedatangan penulis.
Inti kedatangan penulis untuk bersilaturahmi ke warga Betawi Bendungan Jago serta mencoba mengambil "rasa" dari sekolah itu. Penulis diminta memberikan sambutan kepada hadirin semuanya. Penulis sampaikan, bahwa silaturahmiu, sebagai anak yang dibesarkan di Kemayoran, penulis minta doa restu, sehubungan akan maju dalam Pilkada Gubernur DKI bulan Juli 2012 mendatang. Penulis berani menyatakan bahwa kinilah saatnya anak Kemayoran memimpin Jakarta. Pertanyaannya kenapa?
Nah, setelah acara sambutan penulis sebagai Cagub, dilanjut sambutan Cawagub Ir. H. Teddy Suratmadji Msc, serta doa, dan ditutup, oleh Bang Mus (H.Mus) sebagai tokoh Betawi dan pengurus Mesjid. Penulis kemudian dikeroyok para adik kelas (loooh kan jauh sekali umurnya) pada cium tangan (Ada fotonya tuh). Walau bagaimanapun mereka kan murid disekolah yang sama bukan?.
Setelah itu penulis dikeroyok insan pers yang datang (dari beberapa stasiun TV), serta media cetak dan portal lainnya. Penulis ditanya macam-macam (kayak Gubernur aja nih). Kata teman-teman Betawi itu, udah pantes banget Bang jadi Gubernur (kok narsis...heheh). Semoga Bang Foke kagak marah deh, sama-sama anak Betawi nih Bang. Penulis mengatakan bahwa tagline kami pasangan Bang Ramelan dan Akang Teddy adalah "Bismillah, kami Tegas dan Independen." Maksudnya sebagai muslim, kami dengan tekad dan ridho Allah akan memimpin Jakarta dengan tegas dan independen.
Tegas maksudnya keputusan bisa diambil cepat dan tidak terpengaruh atau tekanan politik, karena kami dari jalur independen. Jakarta kini menjadi sebuah kota yang tidak mempunyai rasa belas kasihan, masyarakat panasan (maunya berantem mulu!), jangan deh, kesulut sedikit, anak betawi bilang "jadi deh!." Tidak ada rasa saling menghormati, yang penting kepentingan pribadi. Oleh karena itu tanpa janji dan program tetek bengek kami sebagai muslim apabila terpilih akan menerapkan apa yang kami pelajari, yaitu sifat dari Nabi, yaitu Siddiq, Amanah, Tabliqh dan Fathonah.
Semua masalah akan kita ukur dengan sifat-sifat Nabi. Artinya pemimpin akan membawa memim[in Jakarta dengan diperkuat staf dengan jujur, dipercaya, mendengar aspirasi rakyat dan cerdas serta adil tetapi tegas. Proses yang bisa mudah jangan disusahkan. Jangan seperti sekarang kalau bisa sulit kenapa digampangkan. Nah, siap-siap deh Jakarta, kita lakukan konsolidasi birokrasi, kasih contoh baik kepada rakyat, jangan sok jadi pejabat, raja atau pemimpin. Bahas Betawi-nya : "Jangan Belagu!."
Lebih jelasnya, Siddiq yaitu jujur, tidak sekedar jual janji, dan tebar pesona. Amanah, adalah dapat dipercaya, tidak mengkhianati rakyat dan tidak korup. Tabliqh, maksudnya komunikatif, menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Fathonah yaitu pintar atau cerdas, tegas dan bijaksana. Nah, dengan pegangan itu maka calon independen akan membawa para abdi masyarakat (birokrat), aparat Pemda bersama-sama membangun sistem pemerintahan Jakarta dengan positive thinking, tidak prejudice dan diawali dengan niat dan hati yang bersih.
Sebagai anak keturunan Kemayoran, melihat gedung sekolah SD di kampung halaman saja hati ini berontak, kondisinya kasihan dan memprihatinkan. Hal-hal menyangkut pendidikan harus diperhatikan, karena rakyat yang bodoh akan mudah ditipu. Negara akan maju apabila rakyatnya pntar dan terdidik. Semua di awali dari SD itu. Karena itulah penulis datang bersilaturahmi, membawa rasa sebagai rakyat kecil untuk maju sebagai Cagub DKI.
Mari warga Jakarta, kita bangun, kita perbaiki kota kita. Semua akan jalan apabila ada rasa cinta kita kepada Jakarta, bahasa kerennya "Sense of Belonging." Jadi itulah yang perlu Abang sampaikan kepada pembaca sekalian. Sederhana bukan? Tetapi jelas. Kagak ahli bener sih, yang penting pemimpin harus menguasai bagaimana memimpin dan menggerakkan semua roda di Jakarta menuju cita-cita kita bersama yang sama-sama kita fahami.
Bosen deh kita sama yang namanya banjir, bosen sama maceeeet......Jakarta, tunggulah kami, Anak Kemayoran siap memimpin dengan penuh kecintaan dari hati yang paling dalam. Insyaallah. Prayitno Ramelan ( www.ramelanteddy.com )