Aksi Teror di Studio TV One Wisma Nusantara

14 December 2011 | 12:10 am | Dilihat : 1479

Sekitar pukul 20.45 pada hari Senin (12/12), terjadi keributan pada saat dilaksanakan shooting Apa Kabar Indonesia Malam di Wisma Nusantara, Thamrin. Mendadak seorang pria yang kemudian diketahui bernama Adil Firmansyah (27) merangsek masuk lobby Wisma Nusantara dimana sebagian ruangannya selalu dipergunakan TVOne sebagai studio. Menurut beberapa crew, Adil mencoba mengejar Grace Natalie. Penulis sangat familiar dengan ruangan tersebut karena sering diundang sebagai narasumber apabila terjadi kasus terorisme.

Adil masuk keruangan lobby dan mencoba mendekati presenter TVOne yang bertugas, Grace Natalie yang penulis kenal baik, beberapa kali bertemu pada talk show. Saat itu, acara Apa Kabar Indonesia Malam sedang break untuk iklan. Pelaku mendadak masuk dari pintu depan gedung. "Pelaku tidak melewati metal detector. Saat dihalangi satpam, dia berteriak, 'Diam lu',"ujar salah satu crew TVOne yang bernama Andri.

Pelaku terlibat perkelahian  dengan satpam yang bernama Abdul. Adil Firmansyah kemudian mengeluarkan pisau dari balik jaketnya dan menusuk Abdul yang tersambar pisau bagian celananya hingga sobek. Beruntung Satpam Abdul tidak terluka. Pelaku kemudian menyerang crew TVOne dan berhasil melukai perut Dadang yang terluka ringan. Setelah disergap oleh beberapa orang, Adil si penyerang berhasil dilumpuhkan. Aparat Polres Jakarta Pusat kemudian mengamankan Adil. "Motifnya masih dalam penyelidikan kami," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat Kompol Hengky Hariadi.

Selama pemeriksaan pelaku memberikan keterangan yang berbeda-beda, Adil menyatakan tidak suka dengan angka satu di TVOne, karena angka satu hanyalah untuk Tuhan katanya. Kemudian dia juga mengatakan sebagai penggemar berat Grace Natalie. Diketahui  penusuk yang nekat beraksi di tengah lokasi syuting TVOne di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat itu membawa secarik kertas yang berisi daftar media televisi nasional.

Beruntung pria tersebut tidak bisa mencapai Grace yang telah diamankan kedalam gedung. Grace Natalie memang tidak asing lagi bagi pemirsa televisi Indonesia sebagai seorang anchor TVOne. Grace  terpilih pembaca masuk ke dalam daftar 100 sexiest women FHM 2009. Gaya bertuturnya fasih dan sangat percaya diri, ia begitu lantang dan tak gentar siapa pun nara sumber yang sedang dihadapi. Bagi Grace menjadi jurnalis telah membawa dia ke dunia yang berbeda. "Bisa dibilang menjadi jurnalis adalah titik breakthrough dalam hidup saya. Grace malam itu bertugas sebagai presenter acara "Siapa di Balik Nunun," dengan narasumber dari Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, pengacara Nunun, anggota DPR dan pakar hukum.

Bagaimana kita melihat kasus kecil tapi menakutkan tersebut? Sebagai salah satu narasumber apabila terjadi kasus terorisme di tanah air, penulis mengatakan bahwa tindakan Adil Firmansyah adalah sebuah aksi teror. Sebaiknya  TVOne maupun aparat keamanan jangan melihat kasus tersebut  sekedar hanya dilakukan seorang yang tergila-gila dengan Grace, atau anti angka One, atau dilakukan orang yang stress. Aksi terjadi saat sedang dilakukannya shooting dengan judul "Siapa di Balik Nunun."

Nunun Nurbaeti  diumumkan sebagai tersangka pemberi suap kepada anggota Komisi Keuangan DPR periode 1999-2004 sejak bulan  Mei 2011. Pemilik PT Wahana Esa Sembada itu diduga sebagai pihak yang mendistribusikan cek perjalanan kepada para anggota dewan lewat eks bawahannya, Arie Malangjudo. Pemberian cek dituduhkan sebagai imbalan agar Miranda Swaray Goeltom dimenangkan menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tahun 2004.

Nunun yang buron dan akhirnya tertangkap di sebuah rumah di kawasan Saphan Sun, Bangkok, Thailand pada Rabu pekan lalu (7/12) kemudian dijemput petugas KPK di Bangkok. Kasus Nunun tidak kalah hebohnya dibandingkan kasus Nazaruddin yang sudah agak mereda dan mendingin. Lihat saja dalam beberapa hari media terus memberitakan Nunun, mulai dari dalam sel tahanan, pingsan di KPK hingga dirumah sakit.

Seperti biasanya, beberapa pihak, termasuk media demikian bersemangat menginvestigasi untuk membongkar siapa dibalik Nunun tersebut. Seakan mereka tidak percaya kepada KPK dan kepolisian yang memang mempunyai wewenang melakukan penyidikan.  Menurut penulis disitulah perkiraan masalahnya. Kasus Nunun dan Miranda bukan sebuah kasus sederhana hanya untuk menjadikan Miranda menjadi Deputi Gubernur BI.

Yang sangat berharga dan ditelusuri lebih jauh dari kasus tersebut adalah kaitan antara korupsi dan informasi. Yaitu informasi internal BI yang berupa kebijakan dan keputusan. Inilah sebuah informasi yang sangat sensitif dan mahal. Dalam bahasa intelijen disebutkan menginfiltrasikan agen kedalam sasaran. Berarti memang ada yang mau menjadikan Miranda sebagai pejabat tinggi di BI, dengan Nunun sebagai ujung tombak?. Pertanyaannya, apakah memang benar ada sebuah kekuatan atau mereka yang bermain mengendalikan atau kerja sama dengan Nunun? Inilah yang perlu dijawab dan menjadi tantangan KPK dengan ketuanya yang baru setelah nanti aktif bertugas.

Nah, penulis berpendapat serangan dari Adil Firmansyah adalah sebuah isyarat atau pesan yang dikirimkan oleh seseorang atau sebuah organisasi kepada siapapun yang mencoba menyentuh dan membongkar kasus lebih jauh. Sesuai dengan pemahamannya, aksi teroris merupakan event yang mahal bagi media, dan kasus di Wisma Nusantara tersebut adalah aksi yang sensasional. Itulah sebuah tekanan psikologis yang mereka lakukan.

Apabila hanya tergila-gila kepada Grace atau anti kepada angka "One," untuk apa Adil membawa pisau dan menyerang Satpam dan crew TVOne? Jadi aksi tersebut lebih merupakan sebuah pesan yang dikirimkan seseorang kepada media, khususnya TVOne. Seperti yang kita ketahui, TVOne dengan pimpinan Pak Karni Ilyas menjadi satu diantara dua stasiun berita utama, bersama Metro TV dalam menyiarkan berita-berita sensasional dan menggigit. Dengan kasus ini, penulis menyimpulkan, pengamanan di lokasi shooting ditempat terbuka yang sering dilakukan sebaiknya dilengkapi dengan pengamanan yang memadai.

Kasus ini jangan dipandang enteng, ada suatu kekuatan terselubung yang merasa tersinggung, khawatir, tidak suka, benci ataupun alasan lainnya kepada media. TVOne dan Metro TV kalau penulis boleh jujur sering berhasil melakukan investigasi terhadap beberapa kasus berat, termasuk kasus korupsi. Hanya sayangnya pemberitaan dan acara talk show  kadang menghadirkan narasumber yang terlalu anti pemerintah. Dalam pendidikan politik masyarakat rasanya kurang bijak dan dapat merugikan citra media itu sendiri. Dalam kaitan dengan kasus Nunun, mereka yang tersinggung pasti menilai langkah media itu terlalu jauh. Diberitakan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saja mengatakan baru berkonsentrasi untuk memeriksa Nunun Nurbaeti.

Hingga saat ini, KPK belum melakukan penelusuran terhadap pengusaha yang melindungi istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun tersebut. "Seperti yang dikatakan Pak Chandra, kita fokus dulu dengan Nunun. Kita belum melakukan penelusuran ke sana (pengusaha)," kata Kepala Biro Humas KPK Johan Budi  di kantornya, Senin (12/12). Akan tetapi KPK telah meminta Depkumham mencegah Miranda Gultom keluar negeri, perintah dikeluarkan per Senin (12/12/2011), dan paspornya telah ditarik oleh Imigrasi.

Nah, wajar bukan apabila kita melihat secara realistis rangkaian kasus Nunun serta acara talk show di TVOne malam itu, terkait dengan penyerang berpisau. Penulis kira Pak Karni sangat memahami rangkaian ini. Mohon dievaluasi lagi Pak, khususnya pengamanannya, maksudnya pengamanan berita dan pengamanan kegiatan. Salam. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )

This entry was posted in Sosbud. Bookmark the permalink.