Satu dari Tiga DPO Teroris Ditembak Densus
14 November 2011 | 4:13 am | Dilihat : 848
Densus 88 menangkap tiga DPO teroris yang diduga terlibat jaringan teroris Cirebon pada hari Sabtu kemarin di daerah Cipondoh dan Karawaci, Tanggerang. Menurut penjelasan Kadiv Humas Polri, Irjen (Pol) Saud Usman Nasution, anggota Densus 88 menembak satu DPO karena diketahui membawa senjata api. "Densus 88 Polri telah melakukan penangkapan DPO terorisme kelompok jaringan AO pada Hari Sabtu, 12 Nopember 2011, pukul 07.00 WIB."
Saud mengatakan polisi sudah mengikuti ketiganya dalam beberapa waktu dan menyebutkan mereka kelompok jaringan AO. AO kemungkinan adalah Abu Oman atau Oman Abdurrahman yang termasuk jaringan Cimanggis, Depok yang kini sudah divonis sembilan tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada bulan Desember lalu karena terbukti membantu pelatihan militer di Jalin Jantho Aceh.
Ketiga orang yang ditangkap, yakni DAP, (34 th), warga Cipondoh, Tangerang, BHD, (35 th), warga Karawaci, Tangerang, dan A (32 th), warga Karawaci, Tangerang. Ketiganya berprofesi sebagai pegawai swasta. Saat penangkapan, tersangka A terpaksa ditembak kakinya karena dia diketahui membawa senjata api jenis M16. "Barang bukti yang disita 1 pucuk senjata Api M16," ujar Saud.
DAP adalah tersangka kasus teror dalam peledakan bom di mesjid Adz- Dzikra Polres Cirebon bulan April lalu. Diketahui nama lainnya adalah Botak atau Gondrong. Diketahui yang bersangkutan juga terkait dengan kelompok Cengkareng pimpinan Zulkifli Lubis alias Abu Irhab alias Jaisyul Haq bin Arsyad yang kini sedang menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Tanggerang.
Sementara BH mengaku mendapat dua senjata api dan 20 butir peluru dari Abu Omar. Dua senjata api yang diduga diselundupkan dari Filipina tersebut jenis FN dan jungle. "Hasil interogasi sementara, tersangka BH alias D pernah menerima senpi dua pucuk dari AO," kata Kadiv Humas Polri. Dua senjata api dan peluru tersebut oleh BH di sembunyikan dengan ditanam di kawasan hutan di daerah Depok, Jawa Barat. Barang bukti tersebut telah ditemukan oleh Densus.
Dari pemeriksaan sementara, terlihat demikian besar peran AO (Abu Oman) tersebut. AO ditengarai sebagai sosok yang secara tidak langsung berada di balik beberapa insiden teror di Tanah Air. Dia yang melakukan baiat terhadap M. Syarif Astanagarif, pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz- Dzikra, dan Pino Damayanto alias Achmad Yosepa Hayat, pelaku bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo.
Berkaitan dengan jaringan Cirebon ini, pada bulan Mei lalu, Densus 88 telah menangkap tiga teroris jaringan Depok yang juga menyuplai senjata api ke beberapa kelompok teror lainnya. Dari kelompok ini ditemukan 344 butir amunisi senjata AK-47, SS1, dan 8 magasin AK-47 yang sebagian terisi penuh. Mabes Polri sempat menyatakan kelompok Depok itu mendapatkan senjata dan amunisi dari kelompok pelatihan militer Aceh.
Dengan tertangkapnya ketiga DPO ini, maka terlihat bahwa kelompok teroris kini telah memecah diri menjadi kelompok kecil tetapi menjadi lebih aktif menyelundupkan senjata dari Phillipina. Walau beberapa saat setelah peledakan bom di gereja Kepunton Solo pada 25 September 2011 belum muncul tanda serangan, kita sebaiknya tetap waspada, karena teroris juga melakukan strategi pasang surut. Menyerang pada saat dan waktu kita lengah. Sasaran utamanya yang perlu diwaspadai nampaknya tetap, yakni Polisi, masjid, gereja dan presiden.
Upaya penyelundupan senjata api dari luar negeri sangat perlu diamati dan diselidiki oleh aparat intelijen, karena jangan sampai aparat terkecoh dengan fokus dan perkiraan serangan bom cangklong yang relatif kecil. Bukan tidak mungkin mereka kini sedang membangun kekuatan bersenjata, dan akan meniru serangan seperti yang dilakukan di Mumbai. Yang sangat rawan, adanya informasi penyelundupan beberapa sniper kaliber besar kedalam negeri dari Phillipina Selatan. Prayitno Ramelan ( http:ramalanintelijen.net )