Megawati, Prabowo dan Aburizal Mulai Menguat Sebagai Capres 2014 (LSI)

17 October 2011 | 11:10 pm | Dilihat : 832

Lingkaran Survei Indonesia mengumumkan hasil survei yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2011, dimana Partai Demokrat mendapat dukungan 16,5 persen, Golkar mendapat dukungan 18,2 persen. Di urutan terbawah, PDI Perjuangan didukung oleh 12,5 persen responden. "Golkar kini menjadi partai terkuat. Terutama sejak kasus Nazaruddin di Demokrat. Golkar menjadi lebih kuat karena program kerakyatannya," kata  peneliti LSI, Ardian Sopa, di Gedung LSI, Jakarta Timur, Minggu (16/10/2011).

Pendapat itu didasarkan kepada hasil survei yang dilakukan di 33 propinsi dari tanggal 5-10 Oktober 2011 terhadap  1200 responden dengan metode multistage random sampling dan margin error mencapai 2,9 persen.

Survei LSI juga meneliti kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan SBY yang kini berada pada angka 46,2 persen di Oktober 2011 ini. Jumlah itu sangat jauh menurun dibandingkan hasil  2 tahun lalu yang masih berada pada angka 63,1 persen. LSI membeberkan kepercayaan publik kepada SBY pada Januari 2010 masih berada di angka 63,1 persen, Oktober ditahun yang sama merosot di angka 60,7 persen. Dua tahun berikutnya, kepuasan publik terhadap SBY, drop 17 persen, atau berada dibawah 50 persen, yaitu 46,2 persen.

Tingkat kepercayaan publik terhadap SBY, juga turun drastis, tinggal 37 persen saja. "Publik menilai SBY tidak bekerja sesuai dengan harapan. Hanya 37,6 persen saja yang menyatakan SBY sesuai harapan. Sebanyak 50,5 persen menyatakan tak sesuai harapan," ungkap peneliti LSI, Ardian Sofa.

Menurut peneliti LSI Ardian Sopa, faktor utama turunnya kepuasan publik karena rapor merah pada kinerja tim ekonomi kabinet SBY. Hanya 40,9 persen yang menyatakan puas dengan kerja tim ekonomi, sementara sisanya menyatakan tidak puas, dengan alasan harga sembako yang semakin sulit. Di bidang hukum, pada Januri 2010, tingkat kepuasan terhadap pemerintahan SBY, masih berada di 51,4 persen. Namun, pada Oktober 2011, turun drastis menjadi 39,3 persen. Di bidang politik, pada Januari 2010, sebesar 52,7 persen. Pada Oktober 2011, turun menjadi 38,4 persen.

Bidang luar negeri, pada Januari 2010 sebesar 50 persen, pada tahun berikutnya, Oktober 2011, turun menjadi 44,8 persen. Sementara untuk bidang sosial, Januari 2010, tingkat kepercayaan berada 59,5 persen, turun menjadi 49,9 persen pada Oktober 2011. "Satu-satunya rapor biru kinerja pemerintahan SBY pada bidang keamanan. Pada Januari 2010, tingkat kepercayaan publik sebesar 72,8 persen, pada Oktober 2011 turun menjadi 56,3 persen. Kami mengatakan, rapor SBY masih biru pada bidang keamanan ini karena, masih diatas 50 persen, meski makin menurun," Ardian menegaskan.

Bersamaan dengan survei LSI ini, Presiden SBY mulai melakukan reshuffle kabinetnya, dimana menurut staf khusus Presiden Daniel Sparinga, reshuffle dilakukan demi akselerasi. "Keperluan untuk melakukan akselerasi perubahan adalah faktor utamanya. Kata kuncinya adalah akselerasi," ujarnya. Ditegaskan oleh Daniel, "Pertimbangan melakukan perubahan susunan kabinet tidak datang karena desakan yang datang dari ruang ruang publik. Tidak juga karena survei mengatakan ini atau itu," katanya.

Nah, dalam waktu tersisa tiga tahun atau kurang masa pemerintahannya, geliat pemerintahan nampaknya akan diarahkan agar terjadi akselerasi perubahan. Beberapa kementerian dilengkapi dengan wakil menteri yang dapat dinilai sebagai tenaga profesional yang akan mengendalikan sistem di kementerian masing-masing. Beberapa tokoh politik nampaknya akan tetap ditugasi sebagai pembantunya, demi untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas  politik. Dilain sisi presiden ingin mengisi sisa waktu berbaktinya sebagai pimpinan nasional dengan membawa lari (sprint) pembantu-pembantunya di kabinet.

Masalah yang dihadapi kini adalah hambatan mental pembantu serta jajaran dibawahnya. Banyak yang tidak akan berani mengambil resiko, karena sprint bisa diartikan mempercepat kegiatan, banyak yang takut melanggar hukum dan bisa berurusan dengan KPK. Sementara akselerasi perubahan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Nah, semuanya kini berpulang kepada 'niat' masing-masing pejabat para pengemban amanah itu, baik lama ataupun yang baru.

Satu hal yang kini mulai nampak sebagai akibat serangan terhadap citra serta kredibilitas Presiden sebagai sentral pemerintahan, dan beberapa upaya deligitimasi, para penyerang citra nampaknya mulai berhasil merontokkan kepercayaan masyarakat terhadap SBY. Penulis sudah mengamati sejak lama bahwa titik rawan Partai Demokrat dan SBY berada pada personal dan gaya kepemimpinan SBY. Apabila SBY dapat dieksploitir pada titik rawannya, maka keruntuhan serta ambruknya keduanya pada 2014 hanyalah menunggu waktu. Penulis membaca serangan tersebut sebagai sebuah operasi clandestin yang sangat sulit dibaca.

Keruntuhan terlihat dari tingkat kepercayaan publik yang pada Januari 2010 yang masih berada pada angka 63,1 persen, dalam dua tahun turun menjadi 46,2 persen. Yang paling rawan , tingkat kepercayaan publik terhadap SBY kini hanya tersisa 37,6 persen. Artinya hampir tiga perempat publik persepsinya tidak mempercayai pemimpinnya. Ini menurut penulis adalah sebuah alur conditioning yang tidak bisa disikapi dengan tenang-tenang dan dengan langkah biasa saja. SBY serta aparat intelijen,  sudah harus melakukan perbaikan serta counter conditioning sebelum terlambat.

Satu hal lagi yang menarik dari hasil survei tersebut adalah mulai menonjolnya tiga nama tokoh nasional, Megawati, Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie yang sudah mendapat dukungan persepsi diatas sepuluh persen sebagai kandidat presiden 2014. Sementara dari kubu Partai Demokrat, nama-nama seperti Ani Yudhoyono, Pramono Edi Wibowo, Anas Urbaningrum dan Marzuki Ali masih berada dibawah 10 persen dukungannya.

Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa telah terjadi sesuatu atas citra Pak SBY sebagai ikon Partai Demokrat. Karena itu kini sudah saatnya bagi para elit Demokrat untuk bangkit dan tidak bergantung kepada popularitas SBY. Biarlah SBY berkonsentrasi menyelesaikan tugas kenegaraan dan mengemban amanah sekitar tiga tahun kedepan. Apabila para elit tidak segera bangkit, maka nasib Partai Demokrat tidak akan jauh dengan PKB yang terus merosot perolehan suaranya dalam dua periode pemilu dan bahkan bukan tidak mungkin pada 2014, PKB tidak bisa tidak lolos dari jepitan parliamentary threshold.

Sebuah informasi yang tidak mengenakkan bagi Demokrat tetapi perlu direnungkan adalah apa yang dikatakan oleh peneliti LSI Ardian Sopa, "Seorang responden bilang bahwa 'wahyu' sudah terbang dari SBY ke kompetitornya." Apakah demikian? Wallahu a'lam bishawab. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.