Jangan Sepelekan Hary Tanoe-Surya Paloh

16 October 2011 | 1:14 pm | Dilihat : 2576

Berita bergabungnya pengusaha Hary Tanoe ke kubu Bang Surya (Surya Paloh) nampaknya membuat kubu Partai Golkar terkejut dan menjadi was-was. Pada survei yang lalu, dengan terjadinya berita negatif dari beberapa petinggi Partai Demokrat, nampaknya persepsi publik mengisyaratkan bahwa suara atau konstituen Demokrat sebagian akan mengalir ke Golkar. Memang dengan berkuasanya Golkar  selama lebih kurang 32 tahun pada masa Orde Baru, Golkar adalah pemegang konstituen nasionalis terbesar disamping PDIP.

Dalam perkembangannya setelah dicanangkannya reformasi, kembali suara Golkar tambah digerus oleh Partai Demokrat, konstituen nasionalis terpecah menjadi tiga. Nah, kini dengan keluarnya Surya Paloh dari Golkar nampaknya suara Golkar kembali akan tergerus kembali. Bang Surya dengan Nasdem-nya setelah Sri Sultan mengundurkan diri diprediksi banyak pihak akan menjadi  lemah dan tidak berdaya menghadapi persaingan dunia politik yang semakin keras. Kini dengan berita bergabungnya Hary Tanoe ke Partai Nasdem, nampaknya kekuatan politik Surya dan Nasdem akan menggeliat kembali.

Pada tanggal 26 September 2011, sehari setelah serangan bom bunuh diri dari teroris di Gereja GBIS Kepunton Solo, penulis diundang oleh MNC News ke Markas MNC Kebon Sirih untuk menjadi nara sumber bersama Pak Hendardi. Begitu masuk ke dalam gedung, disalah satu lantai, penulis terkejut melihat demikian banyak jaringan MNC, belum lagi Indovision yang berlokasi di Jalan Panjang,  semuanya merupakan bagian kerajaan bisnis media dari Hary Tanoe. Hary bukanlah pengusaha ecek-ecek, langkah-langkahnya strategis, dalam waktu tidak terlalu lama dia mampu menguasai perusahaan dari anak-anak Pak Harto.

Di Kebon Sirih, penulis melihat kini bergabung beberapa stasiun TV seperti RCTI, MNC News, Global TV serta beberapa saluran MNC lainnya. Selain itu Hary Tanoe juga memiliki sejumlah stasiun radio serta koran. Itulah kekuatan Hary yang apabila digabung dengan Surya Paloh yang memiliki Metro TV serta Harian Media Indonesia akan menjadi salah satu jaringan terbesar media pembentuk opini terbesar di Indonesia.

Seperti diketahui, pada dua pemilu serta pilpres  2009, peran media sangatlah besar dalam pembentukan opini dan kemampuannya jauh lebih besar dibandingkan jejaring partai. Sehingga media mendapat julukan terhormat dan demikian berbahayanya sebagai "silent revolution." Apabila setiap hari masyarakat atau konstituen dijejali dengan berita-berita yang dikemas sebagai bagian dari pembentukan keputusan politik, jejaring partai manapun tidak akan mampu menandinginya. Musuh terberatnya hanyalah incumbent. Dengan tidak majunya incumbent, maka medan persaingan menjadi lebih bebas dan disitulah berlaku hukum revolution tadi.

Nampaknya yang dapat membaca bahaya Hary adalah Ketua DPP Golkar Priyo Budi Santoso, yang mewanti-wanti agar Hary Tanoe tidak terburu-buru bergabung bersama Partai Nasdem. Sementara Ketua Partai Golkar Aburizal Bakrie terkesan menggangap remeh masuknya Hary Tanoe ke partai Surya Paloh  tersebut. Meski mengucapkan selamat, Ical menilai Hary Tanoe kecil atau tidak ada apa-apanya. Memang dalam menghadapi pesaing, menurut ilmu intelijen harus diukur kekuatan, kemampuan dan kerawanan serta niat. Apakah Golkar mampu mempertahankan kredibilitasnya sebagai partai yang bisa dipercaya konstituennya? Surya Paloh nampaknya akan mempengaruhi Golkar-Golkar muda, dan melepaskan para Golkar tua bersama pengurus Golkar yang memang sudah mulai tua. Strategi ini yang sangat berbahaya dan menjadi kemampuan Nasdem bersama Hary.

Dalam kondisi yang berlaku, apabila tidak hati-hati, suara Golkar akan pecah dan sebagian diperkirakan akan bisa mengalir ke kubu Nasdem. Kita akan melihat seberapa besar perpecahan Golkar, khususnya mendekati 2014 nanti. Apabila Nasdem membesar, dan Surya Paloh kemudian pada pilpres bergabung dengan PDIP, maka baik Golkar ataupun Demokrat nampaknya akan sulit menandingi dalam pilpres. Megawati menurut penulis hingga kini masih merupakan patron yang belum ada tandingannya pada 2014 nanti. Kini, tergantung kepada langkah-langkah politik serbu dan kuasai dari Surya Paloh, langkah menarik Hary Tanoe kekubunya ibarat memainkan kuda dalam permainan catur. Langkahnya lain dari yang lain tetapi mematikan raja yang manapun apabila men-schak.

Jadi mari kita ikuti dan simak upaya dari beberapa petinggi parpol dan khususnya para pengusaha yang berduit itu, nampaknya kekayaan saja tidak cukup memenuhi hasrat bathiniah, kini kekuasaan mulai menyentuh dan menggodanya. Jelas semuanya boleh saja di negara yang masih mencari bentuk demokrasinya ini, selama niatnya baik demi bangsa dan negara serta mengemban amanah dari rakyat. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.