Haqqani, Musuh AS Nomor Satu di Afghanistan
16 October 2011 | 11:10 pm | Dilihat : 310
Hari Kamis (13/10/2011), sebuah pesawat tak berawak yang dikontrol oleh CIA telah menembak Janbaz Zadran seorang komandan tingkat tinggi dalam jaringan Haqqani . Haqqani adalah kelompok militan yang selama ini dikenal menjadi pembunuh terbesar tentara Amerika di Afghanistan. Janbaz Zadran, yang dikenal sebagai pemimpin ketiga tertinggi di Jaringan Haqqani diserang dengan peluru kendali (rudal) "hellfire" yang dibawa oleh pesawat UAV Predator didekat Miram Shah di Waziristan Utara. Predator tersebut melepaskan dua rudal yang menghantam rumah serta kendaraan dan membunuh Zadran serta tiga orang lainnya.
Zadran alias Jamil, merupakan penghubung utama antara Haqqani yang bersekutu dengan Taliban di Afghanistan dengan jaringan di Misram Shah, dimana Zadran menguasai wilayah tersebut bak raja kecil yang memberlakukan pajak, menyelenggarakan pengadilan dan membuat tempat pendidikan untuk melatih pejuang Islam. Zadran adalah pemasok senjata di kawasan perbatasan dan pengatur keuangan untuk jaringan Haqqani.
Jaringan Haqqani merupakan kelompok militan bersenjata yang beroperasi di Pakistan dan Afghanistan, dikenal sangat mengakar dikalangan penduduk kedua negara. Di Afghanistan, para Haqqanis adalah musuh dan mesin pembunuh nomor satu pasukan Amerika yang paling keras dan menakutkan. Jaringan Haqqani kini dipimpin oleh Sirajuddin Haqqani (anak dari Jalaludin Haqqani), dengan Komandan Operasi Badruddin Haqqani (anak Jalaluddin Haqqani). Jaringan ini adalah organisasi pada masa lalu selama bertahun-tahun telah bersekutu dengan CIA pada saat Uni Soviet menguasai Afghanistan. Pada tahun 1980-an, Jalaludin Haqqani yang membangun jaringan ini adalah bagian dari koalisi milisi Islam saat melawan Uni Soviet. Para Haqqanis bahkan juga dikaitkan dengan pemboman Kedutaan Besar India di Kabul pada 2008, yang menewaskan 54 orang.
Para pejabat Amerika dan Afghanistan mengatakan bahwa pengepungan dan penyerangan Kedutaan Besar Amerika dan markas NATO di Kabul pada bulan September lalu menunjukkan keterlibatan dari jaringan Haqqani. Dalam laporannya ke Senat, Laksamana Mike Mullen, Ketua dari Kepala-kepala Staf Gabungan menyatakan bahwa badan intelijen Pakistan, Inter-Services Intelligence Direktorat (ISI), telah membantu Haqqani dalam melakukan serangan tersebut. Dikatakannya, "Jaringan Haqqani adalah kepanjangan tangan yang sesungguhnya dari Inter-Services Intelligence Agency Pakistan." Jaringan Haqqani juga merupakan sekutu penting dari Al-Qaeda diwilayah perbatasan Pakitan. Kini Jaringan ini menjadi sumber utama ketegangan antara pemerintah AS dengan Pakistan.
Seorang pejabat intelijen Pakistan (ISI) mengatakan ia tidak tahu menahu dengan serangan pesawat tak berawak baru-baru ini dari AS. Dikatakannya, "Amerika memilih target mereka sendiri dan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengatakan siapa target mereka." Konflik antara dua lembaga intelijen AS dan Pakistan semakin meruncing, sulit untuk memadukan kepentingan keduanya. Operasi penyergapan Osama bin Laden oleh CIA dengan pasukan Navy Seals Six Team telah menyinggung Pakistan, karena operasi penyergapan tanpa sepengetahuan intelijen Pakistan. Dan ISI menjadi semakin kesal, karena beberapa serangan pesawat tak berawak AS juga tanpa berkordinasi dengan mereka.
Inilah contoh sebuah pengalaman kerjasama badan intelijen antar negara serta kerjasama antara sebuah organisasi intelijen pemerintahan dalam membina serta memanfaatkan organisasi semacam Haqqani. Pada awalnya mereka menjadi sekutu karena kepentingannya sama, dibina dan dibesarkan serta dilengkapi dengan perlengkapan tempur. Kini, begitu kepentingannya berbeda, musuh bersama sudah hilang maka Haqqani yang sudah membesar dan merasa sangat kuat menjadi tidak dapat dikontrol kemudian menjadi liar, brutal dan menyerang pembinanya sendiri.
Dengan jumlah kekuatan yang tidak dapat dipastikan, berkisar antara 5.000-15.000 personil bersenjata yang tersebar digunung-gunung, Haqqani kini justru menjadi pembunuh dan musuh pasukan AS nomor satu yang berat dan menakutkan di Afghanistan. Seorang mantan pejabat intelijen AS yang dahulu pernah bekerja sama dengan Haqqani mengatakan bahwa siapapun yang berkuasa di Kabul maka dia mau tidak mau kalau ingin aman harus membuat kesepakatan dengan Haqqani. Ungkapannya sangat menarik, "You always said about them, best friend, worst enemy."
Inilah pelajaran terbaiknya. Jangan sampai pemerintah (intelijen) kita membina sebuah organisasi massa dan memberi mereka kekuatan, pengaruh dan bahkan senjata untuk sebuah kepentingan. Suatu saat begitu kepentingannya berbeda, apabila sudah tidak dimanfaatkan dan merasa kuat, mereka bisa balik menggigit, Haqqani adalah bukti nyatanya. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : chandlerswatch.com