Kecelakaan Boeing Caribbean Airlines, Kodrat dan Mujizat
1 August 2011 | 3:16 pm | Dilihat : 579
Pesawat jenis Boeing 737-800 milik Maskapai penerbangan Caribbean Airlines mengalami kecelakaan saat melakukan pendaratan di Bandara Cheddi Jagan International, Guyana Georgetown, Sabtu (30/7) pada pukul 01.32 waktu setempat. Pesawat melakukan pendaratan ditengah hujan deras dan cuaca berkabut. Pesawat yang bertolak dari New York saat landing mengalami touch down di tengah landasan sebelum tergelincir keluar dan menghantam sebuah pagar kemudian terhenti di sebuah lereng berumput dekat sebuah jalan.Bagian depan badan pesawat yang memuat rangkaian kursi kelas satu pecah di landasan dan patah menjadi dua setelah pesawat berhenti meluncur dilapangan rumput.
Pesawat yang mengangkut 157 orang, terdiri dari 151 penumpang dan 6 awak pesawat yang berada didalam Boeing 737-800 itu tidak ada yang tewas, beberapa mengalami cidera. Seluruhnya telah dievakuasi oleh petugas bandara setempat. Menteri Kesehatan Guyana Leslie Ramsammy menerangkan satu orang mengalami patah kaki dan beberapa orang lain menderita cidera ringan akibat kecelakaan pesawat ini.
Boeing 737 adalah pesawat komersial untuk penerbangan jarak dekat dan sederhana. Pertama kali dibuat pada tahun 1967, Boeing 737 adalah produk Boeing yang paling laku dengan penjualan sebanyak 6000 buah. Boeing juga meraup banyak rejeki dari pesawat ini karena ini pesawat paling terlaris di dunia. Pada tahun 1993 perusahaan Boeing memulai pembangunan seri 737 - X Next Generation (NG). Pesawat Caribbean yang mengalami kecelakaan tersebut termasuk jenis yang termasuk dalam program ini (737-800), dimana Boeing melakukan pembinaan seri -600, -700, -800 dan -900.
Dalam pembuatan NG ini, perubahan dilakukan dengan merancang sayap baru, peralatan elektronik yang baru dan rancangan ulang mesin pesawat. 737 NG dilengkapi dengan teknologi-teknologi dariBoeing 777, tingkapcockpit berteknologi tinggi, sistem dalaman pesawat yang baru (diambil dari seri 777) dengan penambahan berupa 'wingtip' yang mampu mengurangi penggunaan bahan bakar dan memperbaiki proses 'take-off' pesawat.
Pada tahun 2001, Boeing mem[roduksi varian terbarunya, yaitu Boeing 737-900 ER (Extended Range), cockpitnya telah dilengkapi dengan HUD (Head Up Display). Peralatan ini biasanya dipakai pada pesawat militer / pesawat tempur. Fungsinya adalah untuk mempermudah pilot dalam menentukan kemiringan pesawat baik secara vertikal maupun horizontal. Pesawat ini menggunakan layar LCD yang terpadu dalam bentuk glass cockpit. Pesawat ini menggunakan Glass Cockpit secara menyeluruh. Sistem Glass cockpit ini dipercaya akan menjadi trend bagi pesawat-pesawat baru.Di Indonesia, maskapai Lion Air merupakan pengguna pertama produk seri 900 ini, kemudian disusul oleh Garuda.
Di Indonesia, Boeing 737 merupakan "standard" bagi armada maskapai-maskapai penerbangan yang beroperasi. Hampir semua maskapai penerbangan di Indonesia pernah dan atau masih mengoperasikan 737, baik varian "original" (seri -200) varian "Classic" (seri -300, -400, dan -500), maupun "Next Generation" (seri -800 dan -900ER).
Pemimpin Caribbean Airlines, George Nicholas, dalam keterangan persnya di Bandara Internasional Cheddi Jagan menyatakan "Mujizat benar-benar terjadi hari ini, luar biasa apabila membayangkan hanya ada korban cidera yang ringan dalam kecelakaan pesawat yang cukup parah seperti itu," katanya. Pihak manajemen pesawat berbendera Trinidad dan Tobago itu menerangkan Otoritas Penerbangan Sipil Guyana akan mengadakan penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat bersama Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS.
Nah, dari kasus tersebut, apa pelajaran yang bisa kita petik? Pada prinsipnya manusia yang melakukan terbang dengan pesawat terbang adalah sebuah tindakan yang menyalahi kodrat. Kodrat manusia adalah hidup dan tinggal di darat, tidak bisa terbang dan tidak hidup didalam air. Hanya dengan akalnya manusia berhasil membuat pesawat terbang, dan dengan sarana tersebut manusia dapat mencapai satu tempat ketempat lain dengan jauh lebih cepat.
Karena menyalahi kodrat, maka ada prasyarat agar selama dia menyalahi kodratnya manusia tidak melanggar aturan dan ketentuan. Aturan tersebut adalah prosedur atau aturan penerbangan yaitu semua persiapan pesawat hingga take off dan landing harus dilakukan dengan mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh si pembuat pesawat. Baik ground handling, tehnisi hingga mereka yang bertugas menyeleksi barang tidak boleh memberikan toleransi, tidak dibenarkan menyimpang dari ketentuan yang dibuat. Faktor lainnya adalah airmanship, yaitu bagaimana awak pesawat juga harus memenuhi standard yang ditetapkan, mempunyai mental crew, tidak bisa semaunya dan harus benar-benar siap saat melaksanakan tugasnya.
Kegagalan sebuah penerbangan atau kecelakaan yang terjadi selalu diteliti dari tiga faktor pokok yaitu manusia, material dan cuaca. Oleh karena itu pernah terjadi kecelakaan di Indonesia, ada pesawat yang tersasar demikian jauh, Adam Air, ada yang over shoot (melewati landasan pacu), seperti kasus Caribbean, dan kasus Garuda di Yogya, ada yang jatuh karena over load (di Medan) dan banyak lagi kasus kecelakaan, yang apabila ditulis akan merupakan kisah memilukan yang demikian panjang.
Pada kesempatan ini penulis mengingatkan, bagi insan yang bekerja di perusahaan penerbangan ataupun militer dirgantara (TNI AU), perlu direnungkan dan diingat soal kodrat tersebut, sekali anda melanggar aturan dan airmanship, maka anda akan memasuki wilayah kodrat yang biasanya tidak mau berkompromi. Bagaimana dengan Caribbean, sudah demikian parah kok hanya ada yang luka serius saja? Itulah seperti yang dinyatakan di Kompas.com, tempat beradanya teman-temannya penulis, "Mujizat dari Tuhan Yang Maha Kuasa." Oleh karena itu, apabila kita akan terbang jangan lupa untuk berdoa. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net ).
Ilustrasi gambar : KOMPAS.Com