Terorisme Masih Terus Berkembang di Indonesia
28 January 2011 | 2:17 pm | Dilihat : 171
Pada hari Selasa (25/1), Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri, dibantu petugas gabungan Polda Jawa Tengah, Polres Sukoharjo, dan Polres Klaten, menangkap delapan orang yang diduga anggota jaringan teror. Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bahrul Alam "Delapan orang ini ditangkap dalam tempo satu jam, antara pukul 09.00 sampai 10.00 WIB. Detasemen Khusus 88 menemukan bahan rakitan bom seperti bubuk hitam, potasium klorat, detonator, dan sejumlah rangkaian kabel di lokasi penangkapan sama dengan rakitan yang ditemukan di masjid dan gereja Desember 2010.
Penangkapan tersebut sebagai hasil pengembangan pemeriksaan terhadap Ato (Abu Tholut) yang kini telah menjadi tahanan Polri. Dari delapan orang yang ditangkap itu, otak pelaku terornya adalah Roki Aprisgianto (28) alias Antok. Roki ditangkap di Dusun Tegal Baru, Desa Waru, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah. Sehari-hari Roki bekerja sebagai tukang parkir di wilayah Purwosari, Surakarta. Setelah menangkap Roki, Densus 88 kemudian berhasil menangkap Agung Jati Santoso, Nugroho, Joko Lelono, Arga Wiratama, Tribudi, Sigit Purnomo, dan Yudo Anggoro.
Menurut penjelasan Kabag Penum Mabes Polri Boy Rafli Amar, salah satu dari delapan orang tersangka tersebut diketahui pernah direkrut oleh pembantu Dr.Azahari. Selain itu mereka diketahui juga ikut terlibat dalam penyerangan pos polisi di Purworejo pada 2010. Yang mengejutkan lagi tujuh orang yang diamankan diperkirakan berasal dari satu sekolah yaitu SMKN 2 Klaten. Dua orang yaitu Joko Lelono dan Arga Wiratama masih berstatus pelajar dari sekolah tersebut. Yang lima orang diperkirakan merupakan alumnus (masih ditelusuri)..
Pemeriksaan terhadap Abu Tholut telah memberikan hasil sebelum operasi di Klaten ini, dimana Densus telah berhasil menangkap Edi alias Wardi di Bogor, dimana saat ditangkap dirumahnya, Densus telah berhasil menyita sebuah senjata api AK-47, dengan tiga buah magasin, 200 butir peluru dan satu pucuk pistol. Kemudian Densus melakukan penangkapan terhadap Sukirno di Jombang, asisten Abu Tholut. Dari hasil penyidikan, diketahui bahwa empat tersangka masih berusia muda rtemaja berusia antara 18-19 tahun.
Kombes (Pol) Boy Rafli Amar, Kabid Penum Polri menambahkan, Roki adalah orang yang mempersiapkan rangkaian bom. Diduga dia jaringan lama, kata Boy. Kepolisian, kata Boy, menduga sejumlah bom aktif yang ditemukan di Sleman, Solo, Klaten, Sukoharjo, dan Yogyakarta pada Desember 2010 adalah juga perbuatan kelompok ini.
Dari pengembangan penyidikan yang dilakukan oleh Polri, terlihat bahwa jaringan lama telah berhasil merekrut anak remaja (SMA) untuk bergabung dalam kelompok mereka. Seperti kita ketahui, dalam sebuah kegiatan teror, lebih spesifik kelompok yang ada di Indonesia terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama adanya dukungan dana, kedua perekrut dan ketiga ahli pembuat bom. Yang nampaknya perlu menjadi perhatian adalah masih eksisnya para perekrut dan makin berhasil mempengaruhi anak muda remaja. Sementara kemampuan pembuat bom, nampaknya masih dipunyai oleh kelompok lama. Kelemahan kelompok tersebut adalah terbatasnya dana, yang rupanya telah menjadi hambatan utama. Hal inilah yang sebaiknya terus di eksploitir agar kelemahan berubah menjadi kerawanan.
Bagaimana kedepan? Pertanyaan ini selalu menggelitik kita, kenapa masalah terorisme tidak selesai-selesai di Indonesia, walaupun Densus terus melakukan penangkapan-penangkapan. Yang nampak kini, mereka yang ditangkap adalah bagian ujung ranting dari kegiatan teror itu sendiri. sementara masih terdapat cabang, batang dan akar yang telah menancap di bumi pertiwi. Kini pemerintah telah membentuk BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teror), yang terdiri dari unsur gabungan, dibawah kordinasi Menkopolhukam.
Melihat kompleksnya penyelesaian teror, dan kita ketahui bahwa teror adalah bagian dari cabang ilmu intelijen, maka penyelesaiannya sebaiknya ditangani dengan ilmu Intelijen strategis, yang terdiri dari sembilan komponen Intelstrat. Dengan ilmu tersebut, maka akan dapat ditemukan sebuah formula bagaimana menyelkesaikan masalah teror di Indonesia. Teror tidak bisa hanya ditangani dengan penind akan hukum dan keamanan saja. Diperlukan penilaian yang lebih luas misalnya tinjauan terhadap masalah demografi, sosial budaya, agama, ekonomi, politik dan sebagainya.
Demikian sedikit gambaran bagi pembaca sekalian, semoga BNPT lebih cepat eksis dan mampu melakukan penilaian secara komprehensif dalam rangka menyelesaikan masalah teror tersebut. Yang perlu diingat, kegiatan teror masih terus berkembang di Indonesia. Menurut pendapat penulis inti penyelesaian teror berurusan dengan hati, dimana masalah hati akan bisa ditenteramkan dan disadarkan apabila juga dilibatkan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan keluarga secara lebih pro aktif. Semoga bermanfaat.
PRAYITNO RAMELAN
Sumber: http://hankam.kompasiana.com/2011/01/28/terorisme-masih-terus-berkembang-di-indonesia/ (Dibaca : 259 kali)