Bagaimana Kalau Kita Kalah Lawan Malaysia?
23 December 2010 | 7:32 am | Dilihat : 90
Sepak bola kini menjadi bagian terpenting bangsa Indonesia, karena sepertinya impian sekali-sekali jadi juara di ajang persaingan internasional tinggal selangkah lagi akan teraih. Tanggal 26 Desember Timnas Indonesia akan berhadapan dengan tim sepakbola Malaysia di Kuala Lumpur, dan tanggal 29 Desember 2010 kembali kedua tim akan berlaga di Istora Senayan. Indonesia maju ke Final setelah dalam semifinal mengalahkan Filipina, negara bekas jajahan Spanyol, dan Malaysia bekas jajahan Inggris maju ke final setelah mampu mengalahkan juara bertahan Vietnam. Indonesia yakin akan mampu menggulung Malaysia karena pada persaingan di grup berhasil menggulung Malaysia dengan skor 5-1.
Kini pertanyaannya, apakah ini hanya sekedar sebuah kompetisi olah raga? Persaingan sebuah prestasi?Nampaknya tidak sesederhana itu. Penulis membaca di Sindo yang melukiskan bahwa Pertaruhan Reputasi Dengan latar belakang persoalan bilateral antara kedua negara, dalam final nanti Indonesia dan Malaysia akan mempertaruhkan reputasi mereka masing-masing. Indonesia mempertaruhkan predikatnya sebagai negara yang dianggap memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Tenggara,sementara Malaysia ingin menunjukkan dirinya sebagai negara yang aman dan nyaman untuk melakukan bisnis.
Kedua negara yang sering menyebut dirinya sebagai warga serumpun, mempunyai sejarah kelam dalam persaingan dan konfrontasi, perebutan batas wilayah, perebutan kepemilikan pulau, kemelut soal TKI, penginjakan harga diri saat terjadinya penangkapan PNS petugas DKP, masalah batik, tari Bali dan banyak lagi soal-soal sepele yang menyesakkan hati rakyat Indonesia.
Demikian penting konfrontasi langsung dalam laga ini, hingga Presiden SBY menunjukkan semangat dukungan dalam beberapa pertandingan di Gelora Bung Karno. Dengan selendang merah, Presiden dan Ibu Ani selalu ditayangkan media elektronik, bahu membahu dengan rakyat dalam memberikan dukungan disamping memberikan keputuisan strategis naturalisasi, yang ternyata hasilnya demikian positif. Dalam final putaran kedua di GBK-pun Presiden menegaskan kepada pengurus bola " ”PSSI perhatikan betul suara rakyat. Jangan berlebihan dalam memberikan harga karcis supaya rakyat kita juga bisa nonton. Tolonglah diatur jangan sampai tiket ini terlalu tinggi kenaikannya."
Presiden menegaskan agar PSSI seharusnya tidak memikirkan keuntungan semata dalam perhelatan Piala AFF. Animo tinggi masyarakat untuk mendukung langsung tim nasional (timnas) seharusnya dijaga, bukan malah dirusak dengan harga tiket yang tinggi. Presiden SBY mengingatkan untuk tidak memandang rendah Malaysia meskipun tim berjuluk Harimau Malaya tersebut sebelumnya dikalahkan Indonesia 1-5 di penyisihan grup. Presiden juga berharap agar masyarakat tidak membebani timnas dengan target juara.
Semangat dan gegap gempita masyarakat yang memberikan dukungan kepada tim nasional sudah mencapai titik kulminasi tertinggi, sulit untuk diturunkan. Semua hanya mengharap Timnas juara AFF, itu saja. Pelaksana Harian Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia Tri Poetra I Sakti mengatakan Garuda telah menyiapkan pesawat Boeing B747-400 untuk membawa suporter Timnas Garuda dari Jakarta ke Kuala Lumpur. Operasi 'one day trip' pesawat akan diterbangkan dari Jakarta pukul 10.00 WIB, tiba di Kuala Lumpur pukul 13.00 waktu setempat, dan setelah pertandingan usai, pesawat akan diberangkat kembali dari Kuala Lumpur pukul 23.00 waktu setempat dan tiba di Jakarta pukul 24.00 WIB. Selain itu juga Citilink menyiapkan extra filght.
Sementara pengurus PSSI menyiapkan tiket yang disediakan untuk laga final berjumlah 76.871 lembar dengan kapasitas Stadion Utama Gelora Bung Karno sebanyak 88.000 penonton. Jumlah tersebut naik 5.371 lembar dari laga semifinal dengan jumlah total 71.500 tiket. Menpora meneruskan pesan Presiden kepada Ketua Umum PSSI agar tiket jangan dinaikkan saat final, tapi entah keputusan terakhir, tiket tetap saja akan naik.
Nah itulah sedikit gambaran persaingan, perseteruan, kalau boleh disebut konfrontasi kedua negara yang diwakili oleh 11 pemain sepakbola. Saling menyerang dan bertahan dalam 90 menit akan sangat menarik sekali, dan jelas mencekam. Bangsa ini kini bergantung kepada 11 orang dalam urusan gengsi, yang perlu diingat para anggota timnas adalah seperti yang diutarakan oleh Ronaldo pemain Brasil "“Saya tidak pernah berharap diri saya menjadi pemain terbaik dunia. Saya tidak terobsesi dengan penghargaan individu. Saya lebih tertarik menjadi bagian dari sebuah tim yang memenangkan trofi.” Itulah semangat profesional.
Nah, kita tunggu tanggal 26 dan 29 Desember, apakah ini bisa merupakan hadiah akhir tahun bangsa Indonesia? Atau justru menjadi pelengkap kepahitan bangsa kita? Yang mesti kita sadari bahwa Tuhan akan terus memberikan ujian dan cobaan kepada bangsa kita dan kita semua. Waspada saja menghadapi Malaysia, akal mereka banyak, dalam beberapa kasus Indonesia sering kalahnya. Yang penulis khawatirkan dan perlu disadari adalah apabila kita kalah dari Malaysia, maka rakyat akan marah, bisa tidak menerima kekalahan itu. Pemerintah perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi, timbulnya kerusuhan serta bisa meluas menjadi sebuah krisis politik. Kita sangat tidak mengharap euphoria tidak pernah kalah sejak awal pertandingan bisa berubah menjadi sebuah malapetaka. Selamat bertanding pahlawanku, semoga sukses. Semoga Allah melindungi bangsa Indonesia,Amin.
PRAYITNO RAMELAN, Penulis Buku Intelijen Bertawaf.
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2010/12/23/bagaimana-kalau-kita-kalah-lawan-malaysia/ (Dibaca : 1596 kali)