Kisah Dan Info Di Balik Gempa Yang Menakutkan Itu

4 October 2009 | 1:03 am | Dilihat : 276

Dipagi yang sejuk dan cerah pada tanggal 26 Desember 2004, anak dari teman penulis yang bertugas di TNI AD Meulaboh, berpangkat Kapten pada pagi itu sedang bersiap bersama isteri dan seorang anaknya perempuan yang berumur 1,5 tahun untuk berangkat ke kota. Setelah menaiki mobil, mereka bergerak menyusuri jalan sepanjang pantai Meulaboh. Mendadak sang isteri pada pukul delapan lebih saat melihat kearah laut berteriak "laut jadi tembok." Sang suami saat melihat kearah laut juga sangat terkejut, karena air laut bergelombang sangat tinggi bergerak cepat menuju pantai. Dengan refleks seorang militer, mobil dibelokkan kekanan, di arahkan kesuatu bangunan bertingkat, dengan tujuan mencoba mencari ketinggian untuk menyelamatkan diri.

Begitu ketiganya turun dari mobil, sebelum mereka menaiki tangga, air laut yang demikian deras dan tingginya menghantam dan menggulung ketiganya, si Kapten tetap berusaha menggendong dan memeluk anaknya, ketiganya di hantam ombak setinggi 30 meter. Isteri dan suami terpisah, bak sabut kelapa, mereka tidak berdaya. Si anak yang menjerit dipelukan sang ayah akhirnya terlepas dari pelukannya. Si Kapten kemudian tak sadarkan diri, dan begitu dia sadar, ternyata dia tersangkut dipucuk pohon kelapa yang banyak terdapat dipinggir pantai. Sang isteri yang digulung ombak, berusaha bertahan hidup, mendadak melihat sebuah truk tangki yang mengambang di dekatnya, segera dia berusaha berenang menuju ke tangki tersebut dan terus berpegangan sekuat mungkin. Akhirnya dia terselamatkan dan mendarat sekitar 4 km dari tempat dia disapu ombak beserta keluarganya.

Sang suami kemudian berhasil turun dan selamat. Kedua suami isteri itu mampu bertahan hidup hingga kini, walau sang suami harus menjalani pembersihan paru-parunya yang terisi lumpur. Anak mereka hilang tertelan keganasan laut yang mengamuk dengan kejam. Itulah sepenggal kisah mengerikan akibat Tsunami yang meluluh lantakkan bumi rencong Aceh. Tsunami tersebut berasal dari gempa bumi tektonik  dahsyat di Samudera Hindia. Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB, pusat gempa terletak  kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan tercatat merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam kawasan Asia Tenggara. Gempa Aceh yang menimbulkan gelombang Tsunami menelan demikian banyak korban tidak hanya di Aceh (korban 129.498 jiwa dan 37.606 lainnya hilang), juga di Sri Lanka (50 ribu lebih), India (15 ribu lebih), Thailand (sekitar 10 ribu), bahkan mencapai Somalia, Maladewa, Tanzania.

Setelah gempa Aceh, telah terjadi beberapa gempa besar dan mematikan, disamping juga terjadi gempa kecil.   Gempa bumi tektonik yang besar dan kuat  mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pada pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 6,2 Skala Richter pada kedalaman  17,1 km. Posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang. Hypocenter gempa berada di laut, tetapi tidak menimbulkan Tsunami. Jumlah korban mencapai 6.000 jiwa lebih.

Usai gempa besar menyerang Yogya, kembali Gempa besar menyerang kawasan Jawa Barat. Gempa tektonik yang lebih dikenal dengan gempa Tasikmalaya itu terjadi pada tanggal 2 September 2009, terjadi pada 14.55 WIB dengan pusat gempa di 142 km barat daya Tasikmalaya. Gempa Tasik ini tercatat berkekuatan 7,3 pada skala Richter. Seperti dilansir situs BNPB, ke-79 korban meninggal tersebut 31 orang di antaranya dari Kabupaten Cianjur, 9 orang di Kabupaten Garut, 2 orang di Kabupaten Sukabumi, 5 orang di Kabupaten Tasikmalaya, 5 orang Kota Tasikmalaya, 17 orang di Kabupaten Bandung, 1 orang di Kabupaten Bandung Barat, 2 orang di Kabupaten Bogor, dan 7 orang di Kabupaten Ciamis.

Hanya berselisih 28 hari setelah gempa  Jawa Barat, kembali gempa meluluh lantakkan kawasan Sumatera Barat.  Gempa tektonik berkekuatan 7,6 SR itu terjadi pada pukul 17.16 WIB, Rabu, 30 September 2009.  Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat dengan kedalaman 71 km. Pada gempa tersebut dilaporkan hampir 60% bangunan di Pariaman mengalami kerusakan, dan banyak bangunan di kota Padang mengalami kerusakan. Sementara korban meninggal diberitakan diatas 500 orang, dan bahkan menurut PBB, korban bisa mencapai 1.100 jiwa.

Sebelumnya, kawasan Sumatera Barat ini  pernah dilanda gempa  pada 6 Maret 2007, pukul 10.49 WIB. United States Geological Survey (USGS) mencatat terjadi dua gempa tektonik berkekuatan masing-masing 6,4 dan 6,3 skala Richter berselang sekitar dua jam. Gempa kedua terjadi  pada kedalaman 30 km, pada jarak 55 km timur laut Padang. Korban gempa 52 orang, dimana ditanah datar gempa menyebabkan rumah penduduk rusak berat 3.110 buah, rusak sedang 3.437 buah dan rusak ringan 3.551 buah. Untuk Sekolah rusak berat 68 buah, rusak sedang 30 dan rusak ringan 40. Untuk Kantor rusak berat 18 buah, rusak sedang 9 buah dan rusak ringan 10 buah. Untuk Masjid/Mushalla rusak berat 74 buah.

Beberapa gempa tersebut adalah gempa tektonik. Disamping gempa tektonik  juga dikenal  gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam, sedangkan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya lebih banyak pengaruh dan daya rusaknya terhadap bangunan. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik.

Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.  Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi.

Gempa susulan (aftershock) merupakan proses stabilisasi medan stress ke keseimbangan yang baru setelah pelepasan energi atau stress drop yang besar pada gempa utama. Setiap gempa tektonik dangkal (kira-kira < 100 km) selalu diikuti oleh dislokasi atau patahan. Dislokasi ini mengganggu keseimbangan medium sekelilingnya, sehingga dengan sendirinya muncul gempa lainnya yang merupakan proses keseimbangan baru. Frekuensi dan magnitude gempa susulan ini umumnya menurun secara exponensial terhadap waktu. Selain tsunami, korban banyak juga terjadi karena runtuhan bangunan yang tak tahan terhadap percepatan gelombang gempa yang tinggi. Maksimum percepatan gelombang gempa terjadi pada saat gempa terbesar yang pernah terjadi di suatu daerah. Ini menjadi catatan yang sangat penting bagi perancang bangunan agar bisa merancang bangunan yang tahan terhadap percepatan maksimum tersebut. Sebagai contoh, gempa di sekitar Yogya jauh lebih kecil dibandingkan gempa di Sumatera Barat, tetapi koban di sekitar Yogya jauh lebih banyak. Diantaranya selain waktu terjadinya gempa (Yogya pagi, Padang sore hari), rata-rata rumah di sekitar Yogya beratap berat (genting), sedangkan  rumah di Padang beratap ringan (seng). Banyak yang menjadi korban di Yogya karena tertimpa rumahnya.

Prediksi Gempa bumi menurut Fauzi MSc, PhD, Pusat Gempa Nasional, BMG,   meliputi parameter lokasi, waktu dan skala gempa bumi tersebut. Ketiga parameter tersebut harus ada, sehingga penanggulangan bencana bisa dilakukan dengan tepat dan proporsional. Sayangnya sampai saat ini prediksi gempa yang tepat dan teliti belum bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah, karena tanda-tandanya (precursor) tidak pasti. Karena prediksi gempa bumi belum sempurna, maka lebih tepat digunakan forcasting yang mencakup luasan daerah, kisaran waktu maupun kisaran skala sebagai penanggulangan bencana ataupun analisa resiko gempa bumi.

Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktifitas gempa bumi di Indonesia dibagi dalam klasifikasi daerah sebagai berikut ; Daerah sangat aktif, mungkin terjadi di daerah ini, yaitu di Halmahera, pantai Utara Irian. Daerah aktif, sering terjadi, yaitu di lepas pantai barat Sumatra, pantai Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda.  Daerah lipatan dan retakan, mungkin terjadi, yaitu di pantai Barat Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan, bisa terjadi, yaitu di Sumatra, Jawa bagian Utara, Kalimatan bagian Timur. Daerah gempa kecil, jarang terjadi, yaitu di daerah pantai Timur Sumatra, Kalimantan tengah. Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa, yaitu daerah pantai Selatan Papua, Kalimantan bagian Barat.

Demikian sedikit informasi yang di susun berdasarkan beberapa sumber, paling tidak rangkuman ini bermanfaat sebagai penambah informasi. Di negara kita, hanya dua wilayah yaitu Papua Selatan dan Kalimantan Barat  yang relatif aman dan paling jarang terjadi gempa (lihat peta gempa bumi diatas). Pemerintah daerah yang berada didaerah rawan gempa, selain melakukan pelatihan menghadapi gempa sebaiknya juga memikirkan bagaimana memberikan saran ketentuan apabila masyarakat akan membangun rumah atau gedung. Dari beberapa kasus, baik rumah, hotel atau bangunan besar yang rutuh,  adalah bangunan lama yang nampaknya kurang dirancang dalam menghadapi gempuran gempa.

Hal yang terpenting, bangsa Indonesia memang harus lebih banyak berdoa, menghindarkan diri dari perbuatan tercela, karena sudah di takdirkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa tinggal di bagian bumi yang memang sangat rawan gempa. Ini yang harus kita terima dan kita sikapi bersama dengan pemikiran yang  positif dalam menghadapi ujian, cobaan atau musibah tersebut. Sekian, semoga tulisan sederhana yang bersifat informatif  ini bermanfaat bagi kita semua.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/04/kisah-dan-info-di-balik-gempa-yang-menakutkan/ (Dibaca: 4729 kali)

This entry was posted in Umum. Bookmark the permalink.