Awas, Teroris Dilepas Di Malaysia
26 September 2009 | 10:48 am | Dilihat : 1532
Setelah Noordin M Top, the most wanted person, teroris pengebom kelas wahid asal Malaysia tewas di sergap Densus di Solo baru-baru ini, berkembang informasi baru bahwa beberapa tahanan kelas kakap yang juga petinggi Jemaah Islamiyah baru-baru dilepas di Malaysia. Diantaranya adalah tokoh besar dikalangan JI Mantiqi I, Dr Abdullah Daud, 60 tahun, serta Wan Amin Wan Hamat, keduanya warga negara Malaysia. Abdullah Daud adalah salah seorang rekan dari Dr Azhari dan Noordin M Top saat bersama-sama menjadi dosen di Universiti Teknologi Malaysia. Bersamaan, juga ikut dilepaskan beberapa anggota Darul Islam (DI) Malaysia yang saat ditahan dahulu dituduh terlibat dalam aksi bom Bali 2002. Mereka adalah Mohd Arasad Patangari, A.Burhanuddin, Idris Lanama, Pakana Selama, Mohd Nazri Dollah dan A.Artas. Selain itu juga terdapat dua orang asal Indonesia yaitu Ahmad Ghafar Shahril dan Zainun Rasyhid.
Juru bicara keluarga Noordin M top Badarudin mengatakan bahwa kedepan akan lebih banyak tokoh JI dan tersangka teroris Malaysia yang akan hiijrah ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena ketatnya UU Internal Security Act (ISA) di Malaysia. Dengan ISA, pemerintah berhak menangkap dan menahan mereka yang dituduh terlibat kegiatan terorisme serta dinilai membahayakan keamanan nasional, tanpa melalui proses pengadilan. Menurut Badarudin, yang juga pernah menjadi tahanan ISA, cukup banyak orang yang ditangkap dan dipenjara dengan ISA. Selanjutnya dia mengatakan menyebarnya tokoh jaihadis yang dulu berkumpul di pesantren Luqmanul Hakiem untuk berjihad di luar Malaysia, termasuk Dr. Azhari dan Noordin M Top karena menghindari ISA. "Itu sesuai dengan apa yang disampaikan isteri Dr Azhari kepada saya. Coba tidak ada ISA, pasti mereka tetap berjihad di jalur dakwah di pesantren," kata Badrudin. Indonesia menjadi pilihan karena memiliki jalur transportasi laut dan sistem keamanan imigrasi yang lebih lemah dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura.
Di Malaysia, kondisinya sangat berbeda dengan di Indonesia, Media massa pun juga termasuk dibatasi ruang geraknya, bisa terkena UU ISA, oleh karena itu berita dilepasnya beberapa tahanan berbahaya tadi juga kurang diberitakan. Semua kegiatan diawasi, Madrasah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Luqmanul Hakiem yang terkenal karena menghasilkan gembong teroris Dr Azhari dan Noordin M Top, karena dianggap berbahaya telah ditutup oleh pemerintah Malaysia pada bulan Januari 2002. Noordin yang warga Malaysia melarikan diri dari Malaysia, kemudian justru melakukan serangan yang terstruktur selama ini di Indonesia. Dia adalah kepala strategi pemboman Marriott pada 2003, Pemboman Kedutaan Besar Australia pada 2004, arsitek Bom Bali-II Oktober 2005 dan bom Marriott dan Ritz Carlton 2009. Kendati tak memiliki pengalaman perang di Afganistan, tetapi dia pernah mendapat pelatihan militer di Mindanao, Filipina. Pernah juga berada di Ambon saat dilanda kerusuhan. Diketahui sebagai salah satu pemimpin Al-Qaeda kawasan Asia Tenggara.
Nama-nama teroris atau aktifis JI serta Darul Islam yang baru dilepas pemerintah Malaysia tadi apabila kurang diwaspadai akan bisa menyusup dan membentuk jaringan baru di Indonesia. Mereka faham bahwa pemimpin pengganti Noordin akan mempunyai tugas berat, harus terus beroperasi dengan senyap, karena polri telah memiliki daftar nama para alumnus Afghanistan, Pakistan dan alumnus pendidikan militer di Mindanao.
Para anggota JI harus di awasi karena berpotensi akan membuat jaringan baru, termasuk yang di dalam tahanan, dimana pada umumnya setelah lepas kembali akan bergabung dikelompoknya. Sebagai contoh Urwah, Bernama asli Bagus Budi Pranoto, pria ini membantu Rois beraksi dalam operasi pengeboman Kedutaan Besar Australia yang dipimpin Noordin 2004. Menempuh pendidikan di pesantren al-Mutaqien, Jepara, Mahad Aly, Universitas An-Nur, Solo. Dijatuhi hukuman 3,5 tahun pada Mei 2005. Setelah lepas dari penjara, kembali bergabung dengan Noordin dan akhirnya tewas bersama Noordin di Jebres, Solo.
Inilah beberapa nama disamping beberapa nama di Malaysia yang berpotensi melakukan aksi penyerangan teror, yang sebaiknya terus diawasi oleh badan intelijen :
Joni Achmad Fauzan. Dalam data kepolisian dia adalah salah seorang yang mensurvei lokasi target peledakan di Jawa Timur. Dilakukan bersama Joko Harun dan Ali Zein atas perintah Noordin pada 2005. Pria ini juga alumni Pondok Ngruki. Dia dijatuhi hukuman 6 tahun penjara pada April 2006.
Zulkifli bin Hir. Bernama alias Marwan dan alias Taufik, pernah ditangkap berkaitan dengan pemboman Atrium Mall, Jakarta, pada 2001. Warga negara Malaysia ini kini berada di Mindanao, Filipina, bersama Dulmatin dan Umar Patek.
Mohamed Ihsan. Dikenal juga sebagai Jhoni Indrawan alias Gembrot alias Idris. Dia anggota Jemaah Islamiyah dari Riau, juga tercatat pernah di Ngruki. Terlibat dalam pemboman malam natal 2000 di Pekanbaru, peran kecil di Bali 2002, Bomb Marriott. Sejak 2004 dia masuk penjara, hakim menghukumnya 10 tahun kurungan.
Mohamed Rais. Kendati warga negara Indonesia, dia adalah saudara ipar Noordin yang warga Malaysia. Rais adalah lulusan Ngruki, lalu menjadi instruktur di Luqmanul Hakiem dan lama tinggal di Malaysia. Menjadi Jemaah Islamiyah sejak 1995 dan menjadi Mantiqi I JI wakalah Johor. Setelah Luqmanul Hakiem ditutup pemerintah Malaysia, Rais dan Noordin pindah ke Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 2002. Rais membantu Noordin dalam meledakkan JW Marriott pada 2003. Akhir April 2003, dia ditangkap. Hakim menghukumnya 7 tahun penjara pada Mei 2004.
Sardona Siliwangi. Kadang-kadang dia memakai nama Dona bin Azwar. Jebolan Pondok Ngruki ini menjadi anggota Jemaah Islamiyah di Bengkulu. Rumahnya di Bengkulu pernah digunakan untuk menyimpan bahan-bahan peledak yang digunakan untuk meledakkan Marriott pada 2003. Di tahun yang sama dia membuka rekening untuk memudahkan transaksi keuangan Noordin. Ditangkap pada Mei 2003, dijatuhi hukuman sepuluh tahun, Februari 2004. Setelah banding, hukumannya menjadi 8 tahun.
Tohir. Itu nama panggilannya. Sebenarnya namanya adalah Masrizal bin Ali Umar. Begitu lulus dari Pondok Ngruki pada 1994, dia langsung menjadi Jemaah Islamiyah, lalu menjadi guru di Luqmanul Hakiem pada 1998. Ia dihukum sepuluh tahun penjara, pada September 2004 karena terlibat dalam peledakan Hotel Marriot pada 2003.
Toni Togar. Dia dikenal dengan nama Indrawarman. Inilah orang Medan yang menjadi anggota Jemaah Islamiyah. Basis alumnus Pondok Ngruki angkatan 1990 ini berada di Medan, Sumatra Utara. Hasil serangannya adalah bom malam natal 2000. Toni yang menyimpan bahan-bahan peledak dari operasi malam natal ini. Bahan bom inilah yang kemudian dijadikan Noordin untuk mengebom Marriot. Toni dihukum 12 tahun penjara pada 2004.
Umar Patek. Tokoh Jemaah Islamiyah yang berada di balik Bom Bali. Kini bersama Dulmatin berada di Mindanao, Filipina. Hidup dan matinya selalu menjadi misteri, belum ada kepastian.
Umar Wayan. Bernama alias Abdul Ghoni, Jemaah Islamiyah, instruktur kursus pelatihan militer di dekat Waimurat, Buru, Maluku pada 1999. Dia salah seorang veteran Afghanistan yang terlibat Bom Bali I. Hakim memvonisnya hukuman seumur hidup sejak 2004.
Zulkarnaen. Namanya yang asli adalah Aris Sumarsono. Termasuk tokoh penting, yaitu Kepala operasi militer Jemaah Islamiyah, anggota komando pusat. Setelah Bom Bali 2002, namanya tak pernah muncul. Veteran Afghanistan ini juga bertugas sebagai instruktur di kursus pelatihan militer dekat Waimurat, Buru. Lelaki dari Sragen, Jawa Tengah, pelajar Ngruki 1975-1980.
Syaifuddin Zuhri. Banyak kalangan menyebut laki-laki inilah yang bakal menggantikan posisi Noordin M Top. Dalam berbagai aksi teror bom, dialah yang oleh polisi dicurigai sebagai perekrut ‘pengantin’ atau pelaku bom bunuh diri. Dalam dokumen Noordin, Syaifuddin termasuk sebagai salah satu pimpinan Al-Qaeda Asia Tenggara. Syaifuddin kini menjadi DPO dan bersembunyi.
Muhammad Syahrir. Laki-laki ini punya hubungan dekat dengan Syaifudin Zuhri dan Ibrohim. Syahrir alias Aing belakangan diketahui sebagai ahli mesin pesawat terbang dan pernah bekerja di Garuda Indonesia. Pada 2001 Syahrir oleh Garuda dimutasi ke Sulawesi. Setahun kemudian pada 2002, Syahrir mengundurkan diri dari Garuda Indonesia. Dia mengaku ingin berjihad ke Poso. Kini posisinya belum diketahui.
Nah, demikianlah sedikit informasi yang perlu kita ketahui bersama. Semua data jelas lengkap berada ditangan Polri. Bagi para pemain lama akan lebih mudah dideteksi, akan tetapi yang agak sulit dideteksi apabila tokoh baru dari Malaysia yang kembali akan bermain di wilayah Indonesia. Semoga masalah teroris selalu menjadi perhatian bersama, jangan sampai kita lengah setelah tewasnya Noordin. Mereka diperkirakan sedang melakukan konsolidasi, bisa bersabar dan akan mencari waktu yang tepat untuk kembali melakukan serangan bom. Yang terpenting adalah kemampuan intelijen dalam memonitor siapa pengganti dari Noordin M Top, karena dengan mengetahui datanya, kita akan mengenal karakter serta pola serangan dan target yang akan dipilih.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber:http://umum.kompasiana.com/2009/09/26/awas-teroris-dilepas-di-malaysia/(Dibaca: 2148 kali)