Calon Menterinya Pak SBY, Sebuah Analisa
19 August 2009 | 2:25 pm | Dilihat : 69
Selasa (18/8) malam, Ketua Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Abdul Hafiz Anshary menyambangi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta untuk menyerahkan berita acara dan surat keputusan penetapan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Pasangan SBY-Boediono dalam rapat pleno terbuka di Gedung KPU ditetapkan sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih 2009. Dengan demikian maka selesailah semua masalah hukum terhadap kemenangan itu. Kini waktunya pasangan pemenang mulai menyusun siapa calon pembantunya di kabinet pemerintahan periode 2009-2014.
Sebelum duet tersebut ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang pilpres 2009, sudah banyak orang yang panas dingin, ingin namanya masuk didalam kabinet yang akan datang. Konon kabarnya ada beberapa kelompok yang menginginkan wakilnya masuk kabinet. Ada kelompok internal, ada kelompok pengusaha, ada kelompok parpol pendukung, ada juga calon dari parpol yang dulu menjadi lawan politik. Bahkan ada yang demikian sangat serius mengatur strategi melakukan pertemuan di Singapura segala. Demikian besarkah ambisi masing-masing yang merasa pantas dan berjasa itu?.
Jadi, apakah jabatan menteri kabinet seperti kueh yang dibagi-bagi semaunya. Nah, ini sebuah topik menarik untuk dibahas, seperti penulis pernah membahas dahulu saat parpol pendukung yang demikian bersemangat dan yakin wakil parpolnya yang akan mendampingi SBY sebagai cawapres. Kenyataannya, semua pada gigit jari...yang diambil oleh Pak SBY adalah justru Pak Boediono yang non partisan. Penulis membuat ulasan tentang kasus ini pada artikel siapa-cawapres-menurut-versi-sby serta analisa cawapres-sby-sebuah-analisa.
Membaca Pak SBY itu jangan hanya dari yang tersurat saja, tetapi harus dari yang tersirat. Kalau hanya mengukur dari yang tersurat saja, nanti kejadiannya ya seperti pemilihan pak Boed itu. SBY pada selasa (14/7) menyatakan, dia menepis keberadaan broker atau makelar politik yang sanggup memfasilitasi pencalonan seseorang untuk menjadi menteri kabinet mendatang. Dia mengaku akan menyusun kabinet periode 2009–2014 dengan profesional dan meminta pertimbangan wakil presiden terpilih. ”Ada orang yang mengatakan bahwa ada yang bisa untuk memfasilitasi menjadi menteri yang akan datang. Jasa politik seperti itu kadang-kadang dipercayai,” katanya.
SBY selanjutnya mengatakan "Oleh karena itu, saya ingin agar kejadian seperti itu tidak terulang. Saya pastikan untuk tidak menimbulkan pemahaman yang keliru agar kepada saudara kita yang namanya sudah disebutsebut, bahwa belum ada sama sekali nama-nama dalam kabinet untuk tahun ini,”katanya. Menurut SBY, kabinet tidak lantas disusun, karena Kabinet Indonesia Bersatu masih berjalan. Kabinet mendatang baru akan disusun pada masa akhir transisi pemerintahan SBY-JK. "Insya Allah saya akan menyusun kabinet sesuai kewenangan, aturan main, dan logika," paparnya.
Apabila ingin melihat kabinet apa yang akan disusun dan kualitas seperti apa dari para pembantu-pembantunya di kabinet, maka kita lihat kebelakang saat SBY menentukan kriteria cawapres. Inilah sebuah informasi dasar, dimana informasi ini jelas akan sangat erat juga kaitannya dengan kriteria calon menteri. Dahulu kriteria capres ada empat, pertama, “Dalam menentukan pemimpin, wapres seharusnya mempunyai integritas yang baik, personality, kepribadian.” Kriteria kedua, cawapresnya mempunyai kapasitas dan kapabilitas dalam menjalankan tugas-tugas negara. Kriteria ketiga, adalah loyalitas. SBY ingin wapresnya nanti setia kepada presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, bukan loyal atau setia sebagai pribadinya. ”Wapres selaku pelaksana pemerintahan harus bebas dari conflict of interest baik itu interest politik maupun bisnis, dan lain-lain,” jelasnya. Kriteria keempat adalah akseptabilitas. Cawapresnya nanti harus bisa diterima oleh masyarakat luas.”Presiden dan wapres itu satu perahu. Presiden itu nahkoda dan wapres membantu nahkoda mengendalikan perahu. Itu yang disebut dengan cocok chemistry-nya,” papar SBY.
Nah, dari kriteria pemilihan cawapres itu, maka nampaknya SBY tidak akan jauh-jauh dalam menentukan kriteria para Menterinya. Pertama, akan dinilai integritas, personality, kepribadian. Kedua, si calon menteri memiliki kapasitas dan kapabilitas dibidangnya, ketiga adalah loyalitas. Kriteria keempat, akseptabilitas. Jadi seorang calon menteri itu harusnya seorang yang baik dinilai dari integritas dan kepribadiannya tidak cacat. Dia harusnya seorang yang benar-benar mampu, menguasai bidang tugasnya sesuai dengan kehlian, pendidikan dan pengalamannya. Juga calon menteri itu harus bisa diterima dimanapun, bukan sebuah pribadi yang patut ditolak atau yang tidak disukai. Calon menteri tersebut harus bebas dari conflict of interest, artinya kalau dia pengurus partai dia harus melepaskan jabatan di partai, kalau dia memegang jabatan di bisnis, itu juga harus dilepaskan. Nah, kriteria yang terakhir adalah "loyalitas." Arti setia disini adalah sebuah kesetiaan si calon dalam mengemban amanah. Si calon harus setia kepada pimpinan nasional, tidak seperti yang pernah terjadi pada KIB, sampai ada yang disebut oleh Ka BIN sebagai "sontoloyo." Dan juga yang penting, si calon menteri harus sudah dikenalnya, disinilah penilaian chemistry itu.
Jadi itulah kira-kira nanti penyaringan dari Pak SBY dalam menilai calon menterinya, mengenai berapa persen calon profesional dan berapa dari perwakilan parpol, semua tergantung kepada presidennya kan. SBY faham seperti yang disebutkannya itu, faham dengan kewenangan prerogatif, faham dengan aturan main, artinya akan memberi porsi ke parpol pendukung dan pemilihan didasari dengan logika yang dikuasainya. Presiden SBY setelah memimpin negeri ini selama lebih kurang lima tahun, nampaknya semakin piawai dan faham dalam mengikuti ritme politik. Dengan segala keterbatasan perolehan suara pada pemilu 2004, pahit getirnya memerintah sudah dirasakannya. Bagaimana dia berpartner dengan JK yang terakhir kemudian pecah. Kini, dengan kekuatan yang solid di parlemen, dikuasainya jabatan Ketua DPR, besarnya dukungan atau mandat rakyat yang mencapai 60% lebih, maka pemutaran roda pemerintahan akan lebih mudah dijalankannya. Yang menjadi pokok kini adalah melakukan pemilihan para pembantunya di Kabinet yang pas. Dari arah dan kriteria 'berat' pemilihan cawapres, maka arah pemilihan para pembantunya di kabinet nampaknya tidak akan jauh dari sisi kualitas. Kabinet akan diisi oleh mayoritas profesional, umumnya disebut sebagai "zaken kabinet" atau kabinet ahli.
Jelas SBY tidak akan menyia-nyiakan lima tahun terakhir masa jabatannya, seseorang akan didudukan sebagai Menteri sesuai dengan keahliannya, bukan atas pertimbangan politis semata. Kini memang nampaknya ada kompromi politis dengan bekas lawan-lawan politiknya. Kemungkinan beberapa elit PDIP ataupun Golkar juga akan dirangkulnya. Seperti kita ketahui SBY hanya didukung oleh empat parpol Islam, sementara dua "partai jangkar" nasionalis kemarin berada diposisi sebagai lawan politik. Maka, menurut rumus politik dan intelijen, posisi ini harus diamankan, tidak menempatkan faktor resiko terlalu besar. Walau bagaimanapun, Partai Demokrat dinilai tetap akan membutuhkan "the bodyguard" nasionalis, bisa Golkar, bisa PDIP ataupun keduanya. Dengan demikian maka SBY akan lebih aman dan nyaman memerintah dalam lima tahun mendatang. Sebagai partai nasionalis, diperkirakan suatu saat dimungkinkan akan terjadi gesekan dengan parpol Islam, ini yang akan menjadi bahan pertimbangannya dalam menarik partner nasionalis.
Demikianlah sebuah gambaran kira-kira ditinjau dari sisi kriteria, siapa calon menterinya Pak SBY dalam lima tahun kedepan. Bagi para profesional ataupun elit politik baik empat parpol koalisi, dan juga PDIP serta Golkar, apabila memiliki kriteria seperti diatas akan mempunyai peluang duduk di kabinet "hebat." Memang kalau ingin maju lebih cepat dan lebih baik, pemerintahan yang akan datang seharusnya didukung oleh anak-anak bangsa yang faham untuk apa dan bisa apa dia duduk dikursi menteri itu. Presiden dan wakilnya jelas sudah hebat, maka pembantu-pembantunya juga harus lebih hebat....baru rakyat akan merasakan, bagaimana hidup lebih aman, nyaman, dan bisa makan tiga kali sehari. Yah, kalau tidak bisa begitu rakyat akan mengatakan, pembantunya itu ya "tidak hebat."
Sumber:http://politik.kompasiana.com/2009/08/19/calon-menterinya-pak-sby/ (Dibaca: 3115 kali)