Golf Di Halim, Pilih Lurah Atau Wakil Lurah

5 July 2009 | 7:31 pm | Dilihat : 473

Tadi pagi penulis menghadiri sebuah acara pertandingan golf di Padang Golf Halim II, dalam rangka Ulang Tahun Persatuan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU). Pertandingan diikuti oleh sekitar 150 orang golfer dari berbagai kalangan. Diantaranya terlihat  para mantan petinggi TNI yang sudah purna, Nampak Marsekal TNI (Purn) Rilo Pambudi mantan Kasau, Marsekal TNI (Purn) Herman Prayitno, mantan Kasau, kini Ketua PPAU, Jenderal TNI (Pur) Agum Gumelar, Marsekal Madya TNI (Pur) Alimunsiri Rappe, mantan Wakasau, Marsekal Madya TNI (Pur) Wresni Wiro mantan Wakasau, Marsekal Madya TNI (Pur) I Made Oka, Mayjen TNI (Pur) Tulus Sihombing, mantan Wakabais TNI, juga hadir beberapa mantan petinggi Polri.   Selain yang sudah purna, hadir juga para golfer  perwira-perwira TNI yang masih aktif, baik Pati hingga pamen, mayoritas dari  TNI AU dan sebagian dari TNI AD. Ada juga kalangan pengusaha, pejabat pemerintahan dan "crazy golfer," yaitu para penggila golf.

Seperti biasa sebelum pertandingan dimulai, para golfer "ngariung" di ruang yang disiapkan. Duduk ngobrol santai ramai-ramai kekanan kekiri. Saling menyapa, kangen-kangenan karena lama tidak bertemu. Saling menanyakan kesehatan, ada teman yang meninggal, kabar keluarga,  kegiatan setelah pensiun dan banyak lagi yang dibicarakan. Dalam topik pembicaraan yang penulis tangkap, topik yang menarik adalah  kecelakaan beruntun beberapa pesawat TNI AU. Khusus mantan petinggi TNI AU banyak yang prihatin dengan terjadinya kecelakaan pesawat TNI AU, rata-rata membahas kecelakaan tersebut yang dikaitkan dengan keterbatasan anggaran.

Walau bukan pembicaraan resmi, sifatnya hanya diskusi singkat, kesimpulannya,  kecelakaan yang terjadi adalah sebuah akumulasi dalam beberapa tahun terakhir dari akibat terbatasnya jam terbang yang tersedia. Jam terbang berkaitan dengan terbatasnya anggaran untuk penyiapan pesawat dalam arti luas. Artinya skadron-skadron udara tidak mendapat porsi jam terbang yang cukup dalam menyiapkan profesionalisme air crew. Semuanya kini serba terbatas. Antara jam "training" (latihan) dengan "mission" (penugasan) tidak seimbang. Kira-kira itu yang menjadi inti bahasan para senior yang sangat faham dengan "ruh" Angkatan Udara. Hal ini yang perlu mendapat perhatian dari pimpinan tertinggi, agar siklus akumulasi negatif tadi dapat segera dihindari. Tanpa tambahan dukungan anggaran yang difokuskan untuk kesiapan pesawat, maka kita khawatir mata rantai masalah tidak akan terputuskan. Ancaman akan tetap mengintai, bagaimanapun upaya lainnya dilakukan.

Kemudian pertandingan golf berlangsung. Seperti biasa sebagai mahluk yang berada diusia senja, fisik makin menurun, penulis main kurang bagus, over 4 dari handicap 12. Ternyata ada adik-adik yang masih aktif, misalnya Kolonel PSK Adrian Watimena mampu bermain dengan Gross 71, under satu. Tetapi ada yang lebih hebat lagi Kolonel Aris dari TNI AD mampu bermain Gross 69, under tiga. Penulis dibuat kagum dan bangga melihat kemampuan mereka. Para senior ya rata-rata tidak banyak yang membuat prestasi terbaiknya, maklum sudah banyak yang "capek." Tetapi ada yang "terhebat,"  seorang golfer yang berasal dari kantor Dirjen Perhubungan Darat, Pak Toga,  pada hole dua, par tiga  mampu membuat "hole in one" (memukul sekali langsung masuk) dari jarak 150 m. Dia mendapat hadiah sebuah mobil Toyota Xenia, beruntung sekali.  Saat penulis berbincang dengan Pak Toga, dia mengatakan satu bulan lagi akan pensiun, inilah sebuah karunia Tuhan untuknya. Selamat Pak Toga, semoga bermanfaat mobilnya dan nanti kalau pensiun bisa sering-sering mendapat "permit" istri untuk bermain golf.

Nah, kenapa penulis membuat judul "Pilih Lurah atau Wakil Lurah?." Ceritanya begini, saat bermain dan karena antri disalah satu hole, para pemain berkumpul disebuah shelter.  Sambil minum kopi susu, makan kueh "gemblong" dimulailah pembicaraan. Ada yang iseng memulai, "Sebentar lagi ada pilihan lurah dan wakil lurah, yang maju seorang lurah dan dua wakil lurah.  Milih siapa ya baiknya?." Wah, menarik nih topiknya pikir penulis. Kemudian ada yang tanya, mantan petinggi juga "Maksudnya?." Dijawab, "Begini lho, kan sebentar lagi ada pilpres. Sebagai pensiunan kita sebut saja pilihan lurah. Yang maju kan seorang lurah, dan dua wakil lurah, jadi mau milih yang mana?."

Karena pembicaraan purnawirawan, maka sangat jelas yang dimaksud pada pilpres ada tiga purn TNI yang maju, yang satu capres, yang dua cawapres. Wah semua yang dishelter kemudian tertawa. Ada yang "nyeletuk" karena pemilihan lurah ya saya milih calon lurahnya saja deh....Wah, ini jelas pendukung Pak SBY nih. Yang lain menimpali, kalau saya kok cenderung milih wakil lurahnya ya, kan banyak warga kita (Purn) juga kumpul disana....Karena beliau senior, pasti ini pendukung pak Wiranto nih. Eh ada yang menimpali, iya saya milih yang wakil lurah saja, tapi yang muda dan sugih (kaya) saja, biar kerjanya "tenanan" (serius) membantu rakyat. Wah ini pasti pendukung pak Prabowo nih, mesti tadi malam nonton di Metro TV Prabowo diwawancarai menghibahkan kambing-kambingnya ke petani.

Diskusi makin menarik, karena diantara yang berkumpul di shelter juga terdapat perwira yang masih aktif. Maka keluarlah  "fatwa" senior, awas buat yang masih aktif jangan ikut-ikutan berpolitik praktis ya, haram hukumnya. "Siap Marsekal, Laksanakan" jawab mereka.  Jadi  dikalangan purnawirawan juga terbagi sebagai  simpatisan ke tiga calon presiden dan wakil presiden itu. Ini wajar saja, karena kan ada kaitan emosional, hubungan pribadi, misalnya lihting (angkatan kelulusan dari Akabri), bekas anak buah, teman baik, teman sekerja.

Para purn di shelter itu membahas dengan ringan saja, tanpa marah ataupun kesal, walau diantara yang berkumpul juga terdapat anggota tim-tim sukses. Para anggota Tim Sukses hanya senyum-senyum saja, tidak komentar, yang berbicara ya para konstituen itu. Tidak ada "pekewuh" (rasa tidak enak) sesamanya. Simpati dan dukungan dalam pilpres adalah sebuah bagian dari rasa tanggung jawab dalam menyukseskan agenda demokrasi negara ini. Bisa dibayangkan kalau diantara simpatisan itu ribut kan payah, yang satu bekas panglima, yang lain juga bekas panglima....pasti ramai. Oleh karena itu, nanti tanggal delapan saat  pemilihan presiden dan wakil presiden, ya dicontreng saja yang disukai. Tidak usah "gembar-gembor" lagi karena kan ini sudah minggu tenang. Yang mantan serdadu tukang perang saja biar berbeda pilihan tetap damai. Jadi mari kita jaga kedamaian dan ketentraman, laksanakan pilpres dengan jujur dan adil, tidak usah curang.

Itulah sebuah hasil dari pertandingan golf di Halim, disamping olahraga, semangat kebersamaan para purnawirawan masih tetap terjaga dengan baik. Selamat bertanding kepada calon lurah dan wakil lurah  (maaf ini hanya istilah diantara sorodadu saja) semoga sukses.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/07/05/golf-di-halim-pilih-lurah-atau-wakil-lurah/ (Dibaca: 1315 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.