Survei LSN Dan Reform Institute, Incumbent Masih Jawara

11 June 2009 | 10:59 pm | Dilihat : 85

Setelah timbul pro kontra tentang hasil survei antara Lembaga Survei Indonesia  dengan Lembaga Riset Informasi, kini muncul fakta baru dari dua Lembaga Survei. Pertama, Lembaga Survei Nasional yang merilis hasil surveinya pada Selasa (9/6).  Survei LSN dilaksanakan dari tanggal 1 hingga 5 juni 2009 di 33 provinsi Indonesia dengan sampel 1.230 responden, dimana elektabilitas pasangan SBY-Boediono yang pada survei sebelumnya (15-20 Mei 2009)  67,1%, pada survei 1-5 Juni 2009 ini mengalami penurunan menjadi 62,5%. Pasangan Mega-Prabowo naik menjadi 14,2% dari survei sebelumnya  11,8%. Pasangan JK-Wiranto naik menjadi 11,4% dibandingkan survei sebelumnya yang  6,4%. Sebanyak 9,9 % responden menyatakan belum menentukan pilihan dan 2 % menyatakan golput.

Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry menjelaskan, bahwa survei LSN pertama dilaksanakan saat ketiga pasangan belum bergerak melakukan sosialisasi dan pencitraan secara massif di media massa. Sementara survei kedua (1-5 Juni) dilakukan setelah ketiga pasangan menggerakkan mesin politiknya untuk mencari dukungan publik.

Sementara itu, Lembaga Survei Reform Institute mengeluarkan rilis pada Kamis (11/6) tentang Pemilihan Presiden (Pilpres). Survei dilakukan  pada  tanggal 25 hingga 30 Mei 2009 di 68 desa dan 58 kelurahan pada 33 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah sampel adalah 2500, margin of error 1,96%,  tingkat kepercayaan 95%. Sebanyak 78,24% responden yang akan ikut memilih pada pilpres  Juli nanti sudah memiliki pilihan capres-cawapres. Hanya 21% responden yang mengaku belum punya pilihan. Dari responden yang sudah memiliki pilihan itu 62,92% memilih SBY-Boediono, 16,99%  memilih Mega-Prabowo, dan 11,31% memilih JK-Wiranto.

Dari survei itu diketahui bahwa 94,6% responden sudah terdaftar di DPS. Sisanya 5,4% belum terdaftar di DPS. Dari 94,6% responden yang sudah terdaftar di DPS, sebanyak 91% di antaranya menyatakan akan ikut memilih dan 3,4% akan menjadi golongan putih (golput) alias tidak memilih. Hasil survei juga menunjukkan  91% responden yang terdaftar di DPS menyatakan akan ikut memilih, meski hanya 23% di antara mereka yang berminat hadir di kampanye.

Dari kedua hasil survei tersebut, nampaknya pasangan SBY-Boediono tetap berada diposisi teratas dibandingkan kedua pasangan lainnya. Yang menarik walaupun pasangan SBY-Boediono tetap unggul, survei LSN menunjukkan dalam waktu dua minggu, elektabiilitasnya turun 4,6%, sementara elektabilitas Mega-Prabowo naik 2,4% dan pasangan JK-Win naik 5%. Dari data terlihat bahwa gencarnya manuver Jk-Win telah menaikkan dukungan hingga 5%, sementara SBY-Boediono tergerus sebanyak 4,6%. Pasangan Mega-Prabowo selama dua minggu bermanuver, hanya mendapat kenaikan 2,4% saja. Survei LSN ini dapat dinilai merupakan survei terbaik, karena dalam interval waktunya mampu menunjukkan sebuah "trend" elektabilitas.

Dari perbandingan survei LSN serta survei Reform Institute  yang waktunya dikatakan berdekatan, terlihat sebuah data yang memiliki kemiripan hasil. Pasangan SBY -Boediono (LSN 62,5%. Ref Inst. 62,92%), Mega-Prabowo (LSN 14,2%, Ref Inst. 16,99%), JK-Wiranto (LSN 11,4%, Ref Inst. 11,31%). Bandingkan dengan hasil survei LSI yang dilaksanakan tanggal 25-30 Mei dengan hasil SBY-Boediono mendapat dukungan 71%, Mega-Prabowo 16,4%, JK-Wiranto 6%.

Dengan demikian maka terlihat bahwa manuver JK-Win yang demikian gencar telah membuahkan hasil positif, walaupun selisih elektabilitasnya dengan incumbent masih demikian besar. Pasangan Mega-Prabowo walau bagaimanapun masih menjadi pasangan ganda terkuat kedua, seperti yang disampaikan oleh LSN, Reform Institute maupun LSI. Sesuai dengan hasil survei sebelumnya dimana tokoh kunci "figur" adalah SBY, JK dan Prabowo, maka tiap-tiap tim sukses sebaiknya lebih menonjolkan tokoh kunci tersebut, serta menjaga agar tidak tercederakan citranya.

Salah satu dari dua pasang petarung (penantang) walau harus dengan kerja keras, tetap memiliki peluang maju ke putaran kedua, mengingat elektabilitas incumbent agak merosot akhir-akhir ini. Bagi tim sukses incumbent, perlu diadakan pemeriksaan sekuriti, tentang kemerosotan elektabilitas tersebut. Apabila tim sukses incumbent mampu menutup kebocoran elektabilitas, peluang menciptakan pilpres satu putaran masih mungkin terjadi. Satu hal yang menggembirakan adalah persepsi besarnya semangat konstituen yang akan ikut memilih (91%), walau konstituen menyatakan tidak suka ikut kampanye. Golput diperkirakan akan jauh lebih kecil dibandingkan pemilu legislatif, berkisar antara 2-4%.

Demikian gambaran tentang posisi masing-masing pasangan capres yang nampak menjadi  lebih jelas. Waktu satu bulan kurang tiga hari adalah waktu yang sangat penting dan  menentukan untuk menciptakan peluang yang terbaik, karena kampanye baru saja mulai dilaksanakan. Semoga bermanfaat.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/06/11/survei-lsn-dan-reform-institute-incumbent-masih-jawara/ (Dibaca: 817 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.