Duet Mega-Prabowo Hampir Jadi?
14 May 2009 | 9:59 am | Dilihat : 96
Walaupun beberapa kali Markas Teuku Umar didatangi Mensesneg Hatta Rajasa sebagai utusan SBY, upaya negosiasi mempersatukan Megawati dengan Prabowo Subianto tetap berlangsung. Banyak yang mengatakan setelah terjalinnya komunikasi politik dan keakraban antara kubu Demokrat dengan PDIP, peluang Prabowo sudah habis. Memang dalam beberapa waktu belakangan ini media massa tidak memunculkan berita Prabowo, ternyata secara diam-diam kominikasi politik antara PDIP-Gerindra tetap berlangsung dengan "senyap".
Kemarin beberapa petinggi PDIP berkumpul dikediaman Megawati di Teuku Umar. Diantaranya Tjahyo Kumolo, Sabam Sirait, Pramono Anung. Topik pembicaraan mengenai finalisasi kemungkinan duet Mega-Prabowo. Tjahyo mengatakan "Ini seperti biasa, rapat antara Bu Mega, Pak Taufik, saya, Pak Pram dan Mbak Puan. Agendanya mengevaluasi. Keputusan apapun akan diambil partai paling lambat besok (Kamis) malam." Tjahyo menambahkan "Opsinya itu memang sempat dibahas. Tentunya Ibu tetap menjadi menjadi capres. Kalau Pak Prabowo bersedia menjadi cawapres, ada hal-hal yang harus dikompromikan." Setelah pertemuan, Taufik Kiemas menderita sakit dan dilarikan ke rumah sakit MMC.
Tadi malam Rabu (13/5) tim dari kedua partai kembali menggelar pertemuan di Mid Plaza Intercontinental Hotel, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut nampak hadir anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP Sabam Sirait, Sekjen Pramono Anung, Ketua Badan Pemenangan Presiden Theo Syafei, Ketua BP-Pemilu Tjahjo Kumolo, dan Ketua DPP Puan Maharani. Dari Gerindra yang hadir anggota Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo serta tiga wakil ketua umum Gerindra, yakni Muchdi PR, Fadli Zon, dan Halida Hatta. Sabam Sirait seusai pertemuan mengatakan ”Itu kan sudah final tinggal lain-lainnya yang kita finalkan. Ada kesepakatan bersama untuk maju sebagai capres-cawapres." Pramono Anung mengatakan pertemuan PDIP dan Gerindra untuk menyamakan persepsi menghadapi pilpres.”Hal-hal yang selama ini menjadi perbedaan didiskusikan secara terbuka. Pada dasarnya PDIP dan Gerindra banyak kesamaan,”ujarnya. ”PDIP partai besar. Bukan soal gerbong, tapi jaminan ke depan kalau kita menang itu jadi pemerintahan kuat (bisa) bisa melakukan banyak hal buat rakyat. Itu yang menjadi substansi pembicaraan,” katanya.
Melihat demikian intensifnya pertemuan antara PDIP-Gerindra, nampaknya mulai terdapat titik temu diantara keduanya. Disatu sisi wajar apabila Megawati bertahan tetap menjadi capres, karena simpatisan PDIP saat pemilu tetap setia dan menginginkan Mega menjadi presiden. Dapat dibayangkan apabila Mega mundur dan yang menjadi capres Prabowo, pasti akan muncul ketidak puasan diantara mereka. Kubu Prabowo, nampaknya harus menyadari bahwa akan sulit bagi Prabowo untuk menerapkan program-programnya apabila berada diluar pemerintahan. Oleh karena itu walau Prabowo harus maju sebagai cawapres, hal ini harus diterimanya. Wajar karena perolehan suara partai pendukungnya Gerindra jauh dibawah PDIP.
Prabowo sebaiknya berhati-hati terhadap saran agar dia tetap bertahan sebagai capres dan lebih baik menjadi oposisi apabila peluangnya menjadi capres tidak ada. Peluang Prabowo untuk membuktikan konsepnya memang yang terbaik bagi bangsa ini harus dilaksanakan periode ini. Soal visi dan misi PDIP dan Gerindra tidak ada perbedaan. Prabowo dan Megawati mempunyai program yang sama dalam ekonomi kerakyatan, kemandirian di bidang ekonomi, kedaulatan politik dan kepribadian bangsa. Platform keduanya sudah sama.
Kini, kita tinggal menunggu apakah Indonesia akan mempunyai dua atau tiga pasangan capres-cawapres. Upaya memperebutkan PDIP jelas masih terjadi antara Demokrat dengan Gerindra. Kedua opsi akan diputuskan PDIP dalam satu dua hari mendatang, dengan SBY atau dengan Prabowo. Mega nampakya lebih nyaman bersatu dengan Prabowo, sementara elitnya lebih condong ke SBY. Apabila opsi dengan Prabowo yang diambil, maka masyarakat akan mempunyai peluang memilih lebih banyak pada putaran pertama. Yang menarik pada pasangan pesaing SBY ada jenderal juga disana, walaupun posisinya sebagai "korps leher". Nanti, pada putaran kedua apabila SBY mampu melewati putaran pertama, dia akan berhadapan dengan konsep awal Blok Teuku Umar yaitu "koalisi besar" itu.
Nampaknya dinamika politik bergerak semakin cepat, mengingat waktu pendaftaran capres-cawapres yang akan maju tersisa dua hari lagi. Kalau ditanya siapa yang berpeluang menang?...kita bahas nanti saja, setuju?. Kan para capres itu mendaftar saja belum, lagipula pilpres masih dua bulan lagi.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/05/14/duet-mega-prabowo-hampir-jadi/
(Dibaca: 1425 kali)