Agung Laksono Cawapres SBY?

31 March 2009 | 1:07 am | Dilihat : 61

Semakin mendekati tanggal 9 April, atmosfer politik mirip seperti di planet Mars, kadang agak panas dan agak dingin silih berganti. Para parpol terlihat demikian semangat berkampanye, mulai dari pasang bendera, baliho, spanduk, selebaran, iklan di teve, surat kabar, berdangdut ria hingga robohnya panggung. Semua berharap parpolnya akan menuai suara yang kini tersebar di hati masing-masing pemilih. Terlepas dari benar dan tidaknya hasil survei, diperkirakan hanya akan ada sekitar 9-10 parpol yang  lolos parliamentary threshold yang disyaratkan sebesar 2,5%.

Parpol besar mulai mengelus-elus jago dan capresnya agar lebih populer dan elektabilitasnya tinggi. Megawati tokoh PDIP, entah siapa capresnya, kabarnya ada nama Hidayat NW, Sri Sultan dan Prabowo.  JK yang katanya akan nyapres juga entah siapa capresnya, Prabowo yang nyapres sudah menyebutkan cawapresnya dari bermacam parpol. Wiranto juga jelas nyapres, belum lagi ada nama Sutiyoso dan pemeran Nagabonar yang juga akan nyapres. Nah, ada tokoh terkuat diantara capres yang juga belum jelas cawapresnya, yaitu SBY sang incumbent.

Membahas SBY adalah sebuah seni tersendiri, karena SBY yang kemarin penuh misteri kini mulai terlihat melakukan langkah-langkah politik yang lebih jelas terbaca. Kalau beberapa bulan lalu dikatakannya koalisi akan dilakukan setelah pileg, ternyata kini mulai dijajaki lebih serius. Untung para penasihat SBY lebih realistis dan rasional, kalau tetap diam dan membeku menunggu pileg, bisa-bisa parpol lainnya akan terseret lawan politiknya, PDIP, Golkar dan PPP mulai lebih serius membangun koalisi, PD akan bisa kehilangan partner koalisi. SBY kita ketahui telah mengundang "decision maker" dari PKS, PAN dan PKB dalam penjajakan koalisi. Walau belum diputuskan koalisi, paling tidak sudah ada kesepakatan dibawah meja akan kemana arah pertemuan tersebut.

Yang kini tersisa pertanyaan, siapa kira-kira yang akan diambil SBY sebagai cawapres pendampingnya. Ada beberapa spekulasi yang menyebutkan yang berpeluang besar, Hidayat Nur Wahid, Akbar Tanjung, Sutrisno Bachir, Muhaimin, Sri Mulyani, Jusuf Kalla. Kalau kita lihat pada tanggal 9-20 Februari 2009 empat lembaga survei (CSIS, Puskapol UI, LP3ES dan LIPI) melakukan survei dan mencoba membuat dua skenario. Skenario satu, pasangan dengan nilai elektabilitasnya masing-masing, SBY-JK (51,5%), Mega-Sultan (27,1%), Prabowo-Hidayat NW (9,3%) dan Tidak tahu (12,2%). Skenario kedua SBY-Akbar Tanjung (46,7%), Mega-Sultan (31,7), JK-Hidayat NW (5,8%) dan Tidak tahu (15,8%). Nah, dari skenario tersebut, terlihat bahwa apabila SBY dipasangkan dengan tokoh Golkar maka elektabilitasnya baik dengan JK ataupun dengan Akbar Tanjung tetap menang kalau dihadapkan dengan pasangan Mega-Sultan sebagai pesaing terkuatnya. Disini nampak bahwa peran tokoh Golkar sebagai pendamping SBY tetap akan besar pengaruhnya terhadap  hasil persepsi publik.

Jadi bagaimana hitung-hitungan politiknya?  PDIP jelas akan mengajukan Mega sebagai capres, demikian juga Golkar juga akan mengajukan capres tersendiri, kemungkinan JK yang akan menjadi capres Golkar apabila tim suksesnya mampu mengkondisikan internal Golkar. Sementara Sultan kemungkinan besar akan ditarik oleh PDIP. SBY yang akan menggandeng PKS, PKB dan PAN kemungkinan akan menjadi capres aman pertama, karena diperkirakan akan terkumpul sekitar 31%  perolehan suara gabungan empat parpol. Apabila PDIP dan Golkar tidak mendapat dukungan dari parpol papan menengah, kemungkinan keduanya akan berkoalisi dengan PPP, karena diperkirakan Golkar akan menuai suara antara 18-19% dan PDIP sekitar 17-18%.

Jadi siapa pendamping SBY? Apabila PKS mampu menuai suara diatas 10%, maka nilai tawarnya akan tinggi, Hidayat masih mungkin menjadi cawapresnya SBY. Akan tetapi berdasarkan hasil beberapa lembaga survei PKS diperkirakan hanya akan mendapat sekitar 5% maksimum 6%,  posisi "bargaining power" nya akan kurang kuat. Demikian juga yang akan terjadi dengan PKB dan PAN, diperkirakan suaranya akan kurang signifikan. Karena itu, kemungkinan besar SBY akan mengambil capres dari Golkar. JK jelas sudah lepas dari SBY, Akbar Tanjung sebagai mantan ketua umum Golkar, dinilai pengaruhnya diinternal Golkar sudah tidak begitu kuat. SBY akan mengambil tokoh Golkar dengan pertimbangan strategis kedepan, mampu dan memiliki dukungan kuat di DPR. Bukti peran tokoh Golkar sudah jelas, dan apabila dia bersanding dengan tokoh Golkar, maka kedepan Golkar akan kembali menjadi partner strategisnya.

Tokoh Golkar yang kemungkinan akan dipilihnya adalah Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono. Melihat dari track record-nya, pengalaman politik dan jabatan serta pengalamannya  kini sebagai Ketua DPR  maka Agung jelas memenuhi syarat kapabilitas dan integritas sebagai wapres. Dalam perjalanan pemerintahan SBY sejak 2004, Agung sebagai Ketua DPR belum pernah terlibat konflik secara pribadi dengan SBY. Selanjutnya sebagai Wakil Ketua Umum Golkar, maka Agung menjadi simbol dari Golkar, pengaruhnya sangat kuat. Apabila SBY-Agung Laksono memenangkan pilpres baik nanti melawan Mega, JK atau capres lainnya, Agung seperti JK pada masa lalu akan mampu menarik Golkar sebagai parpol pendukung pemerintah. Beberapa posisi kabinet dapat diberikan kepada elit Golkar, demikian juga beberapa posisi kabinet akan diberikan kepada ketiga parpol lainnya. Maka koalisi yang akan terbentuk dari Partai Demokrat, Golkar, PKS, PKB dan PAN bisa mencapai 50% lebih.

Pemerintah akan menjadi sangat kuat di legislatif. Dengan kata lain dalam hitungan politik posisi Agung akan jauh menguntungkan bagi SBY. Partai Demokrat dan SBY akan jauh lebih aman apabila tetap memainkan Golkar sebagai "kartu truf". Sebagai Parpol senior dan sangat berpengalaman maka Golkar kembali akan diperankan sebagai pendukung utama dan pelindung pemerintahan sebagaimana yang dilakukannya selama ini. Dapat dikatakan koalisi blok SBY yang terdiri dari PD, PKS, PKB dan PAN adalah parpol-parpol yang relatif baru didunia perpolitikan Indonesia. Apakah ini strategi SBY yang dikatakannya sebagai "strategi putih" dan masih disimpan?. Kita tunggu saja hasil pemilu legislatif yang sebentar lagi dilaksanakan, karena dari sanalah awal semua kejadian diatas akan berlangsung. Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya sebagai sebuah topik bahasan dan "sharing idea" di Kompasiana.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/03/31/agung-laksono-cawapres-sby/

(Dibaca: 1116 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.