JK, Prabowo, Kompasiana dan Roger Fisk
5 March 2009 | 10:01 am | Dilihat : 161
Kemarin (4/3) penulis mengikuti sebuah seminar di Hotel Shangrila, yang diselenggarakan oleh Majalah Advertising ADOI. Tema seminar adalah "Change come to Jakarta". Sebagai pembicaranya adalah The real blogger "Marsekal TNI (Pur) Chappy Hakim mantan Kasau, Roger Fisk, National Director of Special Events Barrack Obama's Presidential Campaign dan Ibu Sri Urip, mantan CEO Pt Unilever Indonesia. Sebuah kesempatan yang sangat baik dan langka menjelang pemilu dan pilpres di Indonesia penulis bertemu dengan Fisk yang merupakan orang yang paling berjasa bagi Obama dalam meraih cita-citanya sampai ke Gedung putih.
Setelah sampai dirumah dan membuka Kompasiana, penulis membaca dua buah postingan dari Kompasianer Prabowo Subijanto dan Jusuf Kalla. Setengah terkejut, agak kurang percaya, setelah membaca postingan keduanya, sebagai warga keluarga besar Kompasiana, sesama blogger, disampaikan "say hello" kepada keduanya welcome to kompaiana. Kemudian dilakukan perenungan tentang beliau berdua yang dikaitkan dengan Roger Fisk, maka tersusunlah artikel ini.
Jusuf Kalla, kini menjadi lebih terkenal setelah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan oleh 33 DPD Tk-I Golkar sebagai capres, walau secara resmi penetapan capres Golkar baru akan ditetapkan setelah ada hasil pemilu legislatif. Selama ini JK oleh beberapa lembaga survei lebih digolongkan sebagai cawapres terunggul, elektabilitsnya sebagai capres rendah. Dalam survei terakhir yang dirilis oleh lembaga survei Indonesia Jumat (27/2), LSI menyampaikan nilai elektabilitas delapan capres yang diunggulkan. SBY dipilih oleh 50,3% responden, Megawati 18,5%, Prabowo 4,3 %, Sultan 3,9 %, Wiranto 3,0 %, Kalla 2,0 %, Hidayat 1,7%, dan Amien hanya mendapat dukungan 1,4 %. Survei dilakukan tanggal 8-18 Februari 2009, berarti persepsi publik tersebut "valid" hingga 18 Februari 2009.
Prabowo Subijanto yang dijagokan Partai Gerindra, oleh beberapa kalangan dinilai merupakan salah satu "bintang", bahkan ada yang mengatakan bisa menjadi kuda hitam. Pada tahun 2004 Prabowo mengikuti proses konvensi capres Golkar, tapi dikalahkan oleh seniornya Wiranto. Bowo demikian nama panggilan dikalangan teman-teman dikenal dengan jurus iklannya, dan mampu menempatkan Gerindra menjadi partai baru yang mampu masuk kewilayah parpol-parpol seniornya. Survei LSI menempatkan posisi elektabilitas Partai Demokrat (24,3%), PDIP (17,3%) dan Partai Golkar (15,9%), PKS (6%), PKB dan PPP sama-sama mendapat (5%), PAN (4%), Partai Gerindra 4%, Partai Hanura 2%. Dalam beberapa bulan terakhir elektabilitas Gerindra naik cukup tinggi.
Kini, dari hasil survei tersebut, bagaimana kira-kira peluang keduanya untuk menang?. Dari posisi Februari, dengan menggunakan data LSI, kini terlihat berat bagi Prabowo dan JK dalam mengimbangi SBY. Bahkan kedudukan Partai Demokrat juga berada diatas Golkar dan Gerindra. Apakah peluang keduanya sudah hilang?. "Belum tentu". Itulah jawabannya kira-kira kalau kita menanyakan ke Roger Fisk. Fisk menyampaikan bahwa pada 2007, yang percaya Obama akan menjadi presiden hanya empat orang dia dan tiga temannya. Kemudian sebagai Campaign Director Fisk melakukan langkah-langkah profesional, pembentukan opini melalui perjuangan berat. Obama muncul dari kalangan minoritas, di AS masih besar pengaruh warna kulit, ini yang harus diciptakannya. Membentuk opini dengan berdasarkan keinginan dan kebutuhan mendasar rakyat AS "Change, We Need", itulah jargonnya.
Memang kondisi AS berbeda dengan kondisi di Indonesia, tetapi beberapa strategi dan taktis mendasar yang membuat Obama menang kiranya bisa diterapkan disini. Fisk menyampaikan bahwa kalau ingin berhasil dalam sebuah kampanye politik, hal terpenting, kandidat harus mampu melibatkan dan mendapat dukungan serta menjaga hubungan dengan konstituen. Dalam sebuah kampanye, partisipasi masyarakat harus dilibatkan, dengan demikian akan timbul kedekatan diantara keduanya. Disuatu daerah pemilihan, Fisk mampu membentuk 15.ooo relawan, disamping aktif membangun network didunia maya. disamping blog khusus Obama juga misalnya jaringan Face Book. Kandidat harus menguasai benar kondisi psikologis dan karakteristik konstituen disebuah daerah. Artinya jangan disamakan kebutuhan dan keinginan dari sebuah daerah pemilihan dengan daerah lainnya. Tim sukses harus mengkondisikan kesadaran warga yang menjadi daerah tujuan kampanye, rencana kedatangan kandidat kesuatu daerah harus disosialisasikan melalui media yang ada, baik media elektronik atau media cetak lokal.
Langkah Fisk, adalah bagaimana merubah opini masyarakat sebuah daerah melalui tehnik-tehnik pencitraan, penyampaian "jargon" yang jelas dan mudah diingat pemilih. Tim kampanye harus mampu membangun hubungan dengan konstituen, sampaikan ucapan terimakasih setelah kampanye, sampaikan kembali inti kampanye. Dari semua yang dilakukan menurut Fisk "setiap kandidat harus mempunyai kejujuran dengan kapasitas yang dimilikinya". Inilah kunci keberhasilan sebuah kampanye. Apakah bisa diterapkan disini? Bisa ya dan bisa tidak. Bisa ya, apabila tim kampanye betul-betul faham dan menguasai ilmu "conditioning". Ini adalah ilmu intelijen, yaitu merubah kondisi masyarakat agar mau berfikir dan berbuat seperti apa yang kita kehendaki. Artinya kemampuan tim harus didukung dana yang cukup dan pola yang benar. Opini harus dibentuk diarahkan. Anggota Tim sukses harus diberikan arahan yang jelas agar mempunyai kemampuan standar. Semua lini harus "jujur" menonjolkan citra pemimpinnya. Bisa tidak, apabila tim kampanye tidak memiliki kemampuan seperti yang diharapkan.
Kekuatan utama yang terbentuk dan melekat pada SBY adalah opini masyarakat terhadapnya, yaitu nilai "kejujuran". SBY adalah penggerak pemberantasan korupsi sebagai simbol musuh kejujuran atau musuh rakyat. Ini yang sulit dilawan oleh JK, Prabowo dan capres lainnya. Kini, peluang JK dan SBY jelas belum tertutup, hingga Juli nanti, masih ada waktu untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatan peluang. Dengan bergabung di Kompasiana, keduanya mempunyai kesempatan menyampaikan pemikiran, pendapat, program, dan menyapa konstituennya. Rakyat kalangan bawah sangat mudah dipengaruhi, tapi dikalangan menengah, intelektual sulit menerima tanpa penjelasan dan argumentasi yang dapat diterima.
Kita lihat, antusiasme terhadap postingan JK hingga pagi ini tanggapannya cukup bagus, dibaca oleh 288 pembaca, dengan 12 tanggapan. Tetapi postingan Prabowo justru meledak, masuk tulisan sepuluh artikel terpopuler dan sepuluh yang mendapat tanggapan terbanyak, dibaca oleh 1079 pembaca, dengan 65 tanggapan. Dengan demikian kelihatannya Prabowo banyak dinanti publik kalangan menengah keatas untuk mengklarifikasi beberapa masalah dan pemikiran-pemikirannya. Prabowo kini menurut survei LSI berada diposisi ketiga capres unggulan, sementara JK berada diurutan keenam. Ada hal positif sebagai pesaing yang membedakan antara keduanya dengan SBY, Prabowo dikenal "lebih tegas", JK dikenal "lebih cepat", itulah modal awal dari keduanya.
Walau kompasiana baru diresmikan pada 22 Oktober 2008, perkembangannya terlihat sangat pesat, jadi sudah tepat kedua putra terbaik bangsa ini bergabung di Blog Kompasiana ini. Sapalah pembaca dengan arif dan santun, beri perhatian kepada sesama blogger dan pembaca, karena pada dasarnya blog adalah tempat blogger berkumpul membangun pertemanan, persahabatan dan persaudaraan. Kemampuan membangun komunikasi kepada konstituen secara aktif jelas akan mempunyai nilai tambah tersendiri. Paling tidak peluang akan semakin besar apabila penerapan strategi tepat dengan kondisi sasaran. Sebagai journalis blog network, banyak kiranya ilmu, pendapat intelektual, wawasan yng bisa didapatkan disini. Selain Pak Chappy, ada profesor Nurtjahjadi, juga ada Menristek Pak Kusmayanto disini. Welcome my friend, selamat bergabung, "good luck".
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/03/05/jk-prabowo-kompasiana-dan-roger-fisk/ (Dibaca: 1175 kali)