SBY, Rapimnas, Cawapres dan Hidayat
10 February 2009 | 7:22 am | Dilihat : 61
Dari arena Hall D Pekan Raya jakarta, hari Minggu (8/2), dalam Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) partai Demokrat, Ketua Dewan Pembina Partai, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Partai Demokrat harus fokus memenangkan Pemilu tersebut. "Kita bulan-bulan sekarang ini juga harus lebih memfokuskan dalam upaya memenangkan Pemilu Legislatif. Belum saatnya menghabiskan waktu untuk membicarakan tentang capres ataupun cawapres." Selanjutnya SBY mengatakan " Saya meminta kepada DPP jangan sembarangan pasang nama-nama untuk cawapres. Jangan biasakan beri angin surga. Itu tidak baik," ujarnya.
SBY juga menekankan agar pengurus jangan berbicara dahulu mengenai koalisi, karena belum waktunya. SBY meminta kader Partai Demokrat untuk tetap fokus pada tujuan terdekat, memenangkan Pemilu Legislatif 2009. Agenda utama Rapimnas tersebut adalah penguatan internal partai pemilu legislatif pada 9 April 2009. Acara itu juga untuk memotivasi serta memberikan semangat kepada para caleg di tingkat pusat maupun daerah. Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo menyampaikan target perolehan suara pada pemilu 9 April nanti sebesar 20%, akan lebih baik lagi bila mencapai 25%.
Selanjutnya SBY dalam pidatonya menyampaikan "Parpol lain itu bukan musuh yang harus dihancurkan, tetapi sebagai komponen bangsa untuk dapat diajak bekerja sama". SBY juga mengimbau kadernya utuk tidak memftnah, mengingat persaingan semakin panas. "Yang sering memfitnah tidak dapat hidayah, kalau ingin menang ya mari berjuang. Jangan menggunakan cara-cara tidak baik, malu kepada rakyat dan bangsa ini."
Pada hari Minggu (8/2) wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok menyatakan kepada Media Indonesia "Kita sudah punya list. Daftar nama yang ada di kita ya yang banyak disebut-sebut itu." Mubarok menjelaskan tidak menutup kemungkinan posisi JK tergeser oleh nama lain. Lantaran prediksi perolehan suara Golkar yang akan mengalami penurunan pada Pemilu mendatang. Padahal Demokrat akan memilih nama pendamping SBY berdasarkan banyaknya perolehan suara partai. "Kalau Golkar nanti dapat suara cuma 2,5%, PKS 20%, Demokrat 20%, ya kita pasti pilih dari yang terbesar," ungkapnya. Ia juga tidak menampik jika nama Hidayat Nur Wahid bisa menjadi calon kuat menggusur JK. Siapapun, katanya, asal perolehan suara partainya besar dan memenuhi, memiliki kesempatan untuk bersanding dengan SBY (Media Indonesia 9/2).
Dari Rapimnas Partai Demokrat tersebut, jelas sudah bahwa Partai demokrat tetap belum akan menentukan pendamping SBY sebagai cawapres. Oleh Ketua Dewan Pembina disebutkan bahwa cawapres akan ditetapkan setelah didapatkannya hasil pemilu yang akan diselenggarakan pada bulan April nanti. Rapimnas hanya membahas tentang pemenangan pemilu, disamping imbauan dan arahan ketua dewan pembina yang menekankan fokus tujuan terdekat dan penguatan internal partai. Kader ditekankan agar berjuang agar menang dan sedikit menyindir lawan politiknya dengan mengatakan agar kadernya tidak memfitnah karena tidak akan mendapat "hidayah".
Yang menarik, SBY menegur pengurus DPP agar tidak memasang nama sebagai pendamping dirinya. Hal ini berkait dengan apa yang disampaikan beberapa kadernya tentang cawapres yang akan dipilih oleh Partai Demokrat. Seperti yang dikatakan Ahmad Mubarok tersebut, bahwa Demokrat akan memilih parpol yang memiliki suara besar, dan kelihatannya pengurus Demokrat akan lebih cenderung memilih cawapres dari PKS daripada JK. Pernyataan Mubarok jelas mengarah kearah tersebut, dan bahkan menyebutkan perolehan Golkar dengan perumpamaan 2,5%. Signal-signal seperti ini sebaiknya dibahas dan didalami oleh DPP Golkar, ada kecenderungan para elit Demokrat untuk berpisah. Apakah ini bukan arahan internal? Dengan demikian maka lebih terlihat rasa percaya diri yang lebih besar dari Partai Demokrat yang yakin akan menuai 20-25% suara, sehingga apabila target 20% tercapai, maka apabila berkoalisi dengan PKS saja sudah memenuhi syarat untuk mengajukan pasangan Capres.
Peluang apabila SBY berpasangan dengan Hidayat Nur Wahid memang merupakan salah satu alternatif terbaik bagi Demokrat, pernah dibahas penulis pada artikel terdahulu "Siapa Pendamping SBY Pada Pilpres 2009?." Kriteria cawapres yang dituntut Demokrat adalah cawapres harus berkompeten dalam mengemban tugas sebagai wakil presiden, yang akan dinilai dari segi kemampuan, integritas, pengabdian, dan nasionalisme. Cawapres yang akan dipilih harus berpotensi besar mendapat dukungan dari pemilih, artinya selain calon tersebut di dukung parpol yang kuat, juga elektabilitasnya harus cukup memadai. Selanjutnya cawapres harus berpotensi mempunyai dukungan politik yang besar terutama di parlemen, ini yang dimaksud oleh SBY sebagai “power sharing”. Syarat-syarat tersebut dinilai dapat dipenuhi oleh Hidayat.
Terlepas dari apapun, dari Rapimnas Partai Demokrat bisa didapat sesuatu yang positif. Ketegasan SBY sebagai ketua dewan pembina Demokrat yang juga merupakan "patron terhebat" itulah yang akan membawa Partai Demokrat menjadi parpol papan atas didunia politik negara kita. Ketegasan pemimpin, kemampuan memberikan motivasi, kebanggaan dan semangat yang menggelora disamping kesantunan itulah yang dibutuhkan para kader dan simpatisan sebuah partai politik. Mereka akan bekerja tanpa lelah untuk memenangkan pertarungan bulan April nanti. Semua itu menunjukan bahwa kepemimpinan yang kuat akan membawa mereka yang dipimpin menjadi bangga dan setia. Patut dicontoh kiranya bukan?
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/02/10/sby-rapimnas-cawapres-dan-hidayat/ (Dibaca: 710 kali)