Wiranto, Resmi Capres Hanura
11 January 2009 | 11:03 pm | Dilihat : 126
Setelah Megawati, Letjen TNI (Pur) Sutiyoso, Laksamana TNI (Pur) Slamet Soebijanto, Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-X, kini 88 hari menjelang dilaksanakannya pemilu legislatif, media massa memberitakan Jenderal TNI (Pur) H.Wiranto SH secara resmi dicalonkan menjadi calon presiden oleh Partai Hati Nurani Rakyat. Keputusan Hanura dikeluarkan pada saat dilaksanakan Rapim-II Hanura di Makassar hari jumat hingga minggu (11/1). Menanggapi keputusan Rapim, Wiranto mengeluarkan pernyataan "Saya Wiranto dengan ini bersedia dan siap menjadi Calon Presiden 2009."
Selama penulis membuat ulasan politik di kompasiana, belum pernah sekalipun menulis tentang Hanura, hal ini disebabkan karena belum ada sesuatu yang sangat menonjol dari partai ini. Kini dengan pencalonan mantan Panglima ABRI ini menjadi capres, maka disusunlah artikel ini untuk melengkapi rangkaian pembahasan perkembangan poltik di negeri ini. Pada Rapim-II tersebut, Wiranto menyatakan bahwa Hanura harus siap dan mentargetkan perolehan suara pada pemilu Legislatif 2009 sebesar 20%, yang harus dicapai dengan kerja keras.
Hasil Rapim menetapkan tujuh poin penting dan dibacakan oleh Ketua Hanura Sulsel Dewie Yasin Limpo. Rapim yang dipimpin Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier dihadiri seluruh pengurus DPP Hanura, 33 pengurus provinsi, dan pengurus kabupaten/kota. Didalam kepengurusan partai terlihat Hanura diperkuat oleh mantan pejabat baik militer maupun sipil, seperti mantan Kepala Staf TNI AD Subagyo HS, mantan Kepala Staf TNI AL Bernard Kent Sondakh, mantan Wapangab Fachrul Razy, mantan Sesmil Budi Santoso, mantan Pangdam VII Wirabuana Suaidi Marasabessy dan mantan Kepala Kepolisian RI Khaeruddin Ismail. Dari kalangan sipil nampak Fuad Bawazier menteri keuangan di era Presiden Soeharto, Ketua Dewan Penasehat Bambang Wiratmadji Soeharto, pengacara kondang Elsa Syarif.
Wiranto yang dilahirkan tanggal 4 April 1947 di Yogyakarta pada pilpres 2004 maju sebagai capres dari Partai Golkar didampingi Salahuddin Wahid sebagai cawapres pada pilpres yang dilaksanakan tanggal 5 Juli 2004 yang diikuti oleh lima pasangan calon. Berdasarkan hasil Pemilihan Umum yang diumumkan pada tanggal 26 Juli 2004, dari 153.320.544 orang pemilih terdaftar, 122.293.844 orang (79,76%) menggunakan hak pilihnya, dari total jumlah suara, 119.656.868 suara (97,84%) dinyatakan sah.
Pasangan Wiranto dan Salahuddin pada pilpres putaran pertama menduduki posisi ketiga dengan memperoleh jumlah suara 26.286.788 (22,15%). Tempat pertama diduduki pasangan H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla yang mendapat 39.838.184 suara (33,57%) dan tempat kedua diduduki oleh pasangan Hj. Megawati Soekarnoputri dan H. Hasyim Muzadi yang mendapat 31.569.104 suara (26,61%). Yang dalam putaran kedua akhirnya dimenangkan oleh pasangan SBY-JK.
Dalam percaturan bursa capres/cawapres 2009, elektabilitas Wiranto terlihat kurang begitu bagus. Akan tetapi dalam bursa cawapres, nama Wiranto hingga pertengahan tahun 2008 nampak cukup kuat sebagai pendamping Megawati, Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry pada bulan Mei 2008 mengatakan pada survei Januari 2008, Wiranto paling banyak dipilih publik (46.3%), disusul Sri Sultan HB X (45.6%), kemudian Prabowo Subianto (41.9%). Pada survei bulan Mei, Wiranto masih unggul dengan (44.3%), diikuti Sri Sultan HB X (43.5%), dan Prabowo Subianto (41%). Akan tetapi dari hasil survei Puskaptis yang dilaksanakan tanggal 24 November-3 Desember 2008, elektabilitas kelayakan Wiranto sebagai cawapres dinilai kurang baik oleh responden. Kelayakan sebagai pendamping SBY (0,85%), kelayakan sebagai pendamping Megawati (0,88%).
Survei Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial yang dilaksanakan tanggal 1-10 Desember 2008 menghasilkan data, dari 44 partai yang menjadi peserta pemilu, hanya sembilan partai yang yang sanggup memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary treshold) sebesar 2,5%. Partai Hanura berada di posisi ke sembilan dan mendapat 2,5%.
Dari fakta-fakta diatas, terlihat bahwa pencalonan Wiranto sebagai capres dapat dikatakan sebagai alternatif yang terbaik bagi Partai Hanura, dimana fakta hasil survei pada akhir 2008 menunjukkan tingkat kelayakan Wiranto sebagai cawapres kurang begitu baik. Oleh karena itu maka sebaiknya Hanura memang harus "fight" mendudukannya sebagai capres. Yang dibutuhkan oleh Hanura adalah perolehan suara dalam pemilu legislatif harus cukup tinggi, paling tidak Hanura masuk sebagai papan tengah. Tanpa hasil tersebut maka sulit bagi Hanura untuk memimpin koalisi, dan posisi Wiranto dinilai akan kurang baik.
Terlepas dari penilaian yang ada, modal yang telah dimiliki Wiranto adalah yang bersangkutan pernah dikenal sebagai capres Golkar pada pemilu 2004, dan partai yang dipimpinnya menurut survei kini sudah mampu melewati ambang batas parlemen. Dengan demikian maka kini Hanura memang harus bekerja ekstra keras seperti arahan ketua umumnya saat Rapim di Makassar, bagaimana menaikkan perolehan suaranya. Kegagalan dalam perolehan suara dalam pemilu legislatif jelas akan berdampak terhadap kegagalan partai dalam mengusung ketua umumnya sebagai capresnya. Selamat berjuang pak, medan juang makin berat nampaknya.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/01/11/wiranto-resmi-capres-hanura/ (Dibaca: 772 kali)