Siapa Pendamping SBY Pada Pilpres 2009?
30 December 2008 | 2:50 am | Dilihat : 104
Hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) yang di sampaikan oleh Direktur LSN Umar S Bakry Jumat (26/12) tentang lemahnya pasangan SBY-JK apabila dihadapkan dengan pasangan Megawati yang didampingi salah satu pilihan cawapres (Sri Sultan HB-X, Prabowo atau Wiranto) telah menimbulkan getaran spekulasi tentang siapa calon pendamping SBY nanti.
Pada kesempatan tersebut Umar menyatakan bahwa jika pilpres dilakukan hari in maka SBY merupakan capres yang akan dipilih oleh masyarakat. Pesaing utamanya sementara ini hanya Ketua Umum PDIP Megawati. Keduanya diperkirakan kembali akan bertarung dalam sebuah pertarungan klasik. SBY apabila dipasangkan dengan siapa saja tetap berpotensi besar akan menang dalam pilpres 2009, kecuali apabila dipasangkan dengan JK, jelasnya. "Jk itu kartu mati buat SBY. Jadi, bukan buat SBY saja. Dengan capres siapapun jika pasangannya dengan JK akan gagal", kata Umar selanjutnya.
Menurut Umar berdasarkan survei LSN, rating paling tinggi adalah apabila SBY dipasangkan dengan Sri Sultan HB-X. Alasannya SBY-Sultan mewakili dua tipe yakni kombinasi militer-sipil, lagipula Sultan popularitasnya sedang naik, jadi siapapun capresnya pasti akan berusaha mengincar Sultan sebagai cawapres.
Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Sutan Bhatoegana menyampaikan bahwa dalam berpolitik, SBY memiliki tata krama, siapapun yang akan mendampingi SBY di pilpres, hanya SBY sendiri yang tahu, kata Sutan. Sementara Ketua DPP Demokrat Bidang Politik Anas Ubaningrum mengatakan, partai Demokrat tidak akan terburu-buru menentukan pendamping SBY. Pertimbangannya adalah adanya kecocokan yang baik secara pribadi dan visi antara keduanya, kedua mempunyai kompetensi memadai sebagi cawapres. "Mampu membantu tugas-tugas Presiden dengan baik, mendapat dukungan dari rakyat yaitu berpotensi besar menambah dukungan pemilih.
Selanjutnya mempunyai potensi dukungan politik yang cukup besar terutama di parleman". Calonnya akan ditetapkan setelah pemilu legislatif. "Yang penting sekarang SBY-JK tetap berkonsentrasi bekerja untuk menuntaskan tugas dan meningkatkan prestasi". Anas mengungkapkan "Dari berbagai survei, publik mempunyai penilaian yang beraneka ragam persepsi dan penilaian tentang JK. Kami tidak menentukan pilihan berdasarkan survei saja. Kami menentukan cawapres dengan pertimbangan yang lengkap,"paparnya kepada RM.
Dari beberapa informasi diatas, semakin terlihat bahwa Partai Demokrat semakin hari semakin timbul rasa percaya dirinya, memang dari hasil survei LSN terakhir memperlihatkan bahwa elektabilitas SBY masih diperingkat teratas yakni 32,3% sementara Mega 29,4%. Untuk Megawati, menurut Ketua Fraksi PDIP di DPR Tjahyo Kumolo pasangannya ditentukan melalui jalur survei, sementara ini telah terseleksi empat calon yaitu Sultan HBX, Hidayat Nur Wahid, Prabowo Subianto dan Wiranto. Keputusan cawapres PDIP akan dibahas secara lebih serius dalam Rakornas akhir Januari 2009 di Solo.
Untuk SBY, penentuan cawapresnya kelihatannya baru akan diputuskan pada bulan Mei 2009 setelah pemilu legislatif. Keputusan siapa cawapres, seperti dikatakan oleh Sutan akan diputuskan oleh SBY sendiri, yang menurut Anas telah ditetapkan beberapa kriteria. Cawapres tersebut harus mempunyai kecocokan yang baik secara pribadi dan visi dengan SBY, artinya SBY akan memilih pendampingnya yang dekat dan sefaham. Walaupun Sultan mempunyai rating tertinggi, kasus tidak hadirnya Sultan dalam rapat antara Presiden, Mendagri dengan para Gubernur se Indonesia apapun alasannya sedikit banyak akan berefek negatif dalam hubungan keduanya.
SBY menginginkan cawapres harus berkompeten dalam mengemban tugas sebagai wakil presiden, yang akan dinilai dari segi kemampuan, integritas, pengabdian, dan nasionalisme. Cawapres yang akan dipilih harus berpotensi besar mendapat dukungan dari pemilih, artinya selain calon tersebut di dukung parpol yang kuat, juga elektabilitasnya harus cukup memadai.
Selanjutnya cawapres harus berpotensi mempunyai dukungan politik yang besar terutama di parlemen, ini yang dimaksud oleh SBY sebagai "power sharing". Artinya mau tidak mau cawapres harus memperkuat dukungan terhadap Partai Demokrat, baik dalam memenuhi syarat yang ditentukan dalam UU Pilpres Nomor 42 tahun 2008 ("Bagi parpol ataupun gabungan parpol untuk dapat mengusung capres dan cawapres harus mendapat 20% kursi DPR atau 25% suara pemilu legislatif secara nasional'). Selain itu cawapres harus diusung oleh parpol yang cukup kuat agar gabungannya dengan Partai Demokrat paling tidak mendekati angka 35-40% kursi DPR.
Dari pembahasan diatas, sementara ini terlihat baru ada tiga calon yang berpeluang sebagai pendamping SBY, pertama JK, kedua Sultan, ketiga Hidayat Nur Wahid. Dalam kondisi terkini, JK dinilai calon terlemah dari penilaian hasil survei. Walaupun faksi pendukungnya di Golkar terus berusaha menjodohkan SBY-JK, diinternal Golkar terdapat faksi yang menolak. Sementara Sultan, sedikit mempunyai hambatan psikologis dengan SBY dan lagipula belum mendapat "mandat" dari Golkar, menunggu pemilu legislatif. Tanpa dukungan Golkar, kecil kemungkinan Sultan akan terpilih sebagai pendamping SBY. Selain itu dengan elektabilitas yang tinggi, adanya keinginan tetap menjadi capres, kelihatannya juga sulit posisi Sultan digeser menjadi cawapres. Kemungkinan besar yang terjadi adalah, apabila perolehan suara Golkar kuat, Sultan akan diusung menjadi Capres Golkar, cawapresnya juga dari Golkar, bisa JK, atau calon Partai koalisi lainnya, baik Prabowo atau Wiranto yang juga mantan petinggi Golkar.
Bagaimana dengan SBY?. Peluang terbaik calon pendamping SBY kelihatannya akan diraih oleh Hidayat Nur Wahid. Dari beberapa syarat yang diajukan Partai Demokrat (dipastikan syarat dari SBY), Hidayat kelihatannya akan mampu memenuhi tiga syarat tadi. Selama ini belum terlihat adanya konflik antara SBY-Hidayat, sebagai Ketua MPR Hidayat mampu menyesuaikan diri dengan SBY dalam penerapan visi. Dengan pendidikan akademis serta pengalaman sebagai Ketua MPR, Hidayat diperkirakan akan mampu memenuhi syarat yang ditetapkan. Dengan elektabilitas yang sudah dimiliki dan dukungan mesin PKS yang solid dan tertata baik, maka Hidayat diperkirakan akan banyak membantu dalam meraih suara. PKS sebagai pendukung Hidayat, diperkirakan akan menjadi parpol papan tengah dan akan berfungsi sebagai kekuatan pendukung Demokrat.
Jadi, kemungkinan kekuatan yang akan maju pada pilpres 2009, terdiri dari blok pasangan SBY-Hidayat NW, didukung Partai Demokrat-PKS dengan beberapa parpol, blok pasangan Sultan-JK (atau calon lain dari Golkar, atau Prabowo, atau Wiranto), dan blok pasangan Megawati yang kemungkinan terbaiknya mengambil Prabowo sebagai cawapres didukung PDIP-Gerindra (dengan beberapa parpol lainnya).
Kondisi tersebut diatas adalah sebuah perkiraan yang dibuat berdasarkan kondisi akhir bulan Desember 2008, yang menyangkut Partai Demokrat, Golkar, PDIP, PKS dan Gerindra. Tanpa mengecilkan parpol lain, semua perkembangan politik ditanah air jelas akan berubah tergantung dengan perolehan suara pada pemilu 2009. Ini adalah sebuah topik dan analisa independen yang disusun oleh Blogger Kompasiana, sebuah sumbangan kecil dilautan politik yang demikian luas dan besar gelombangnya.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2008/12/30/siapa-pendamping-sby-pada-pilpres-2009/ (Dibaca: 1645 kali)