Mega Mulai Mengimbangi SBY

20 December 2008 | 1:46 pm | Dilihat : 78

Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang disampaikan oleh Denny JA pada (19/12) menyebutkan bahwa PDIP kembali menempati posisi sebagai partai pilihan rakyat nomor satu dengan 31,0%, Partai Demokrat di posisi kedua dengan 19,3% dan Partai Golkar diposisi ketiga mendapat 11,9%. Menurut Denny, kini muncul persepsi negatif terhadap SBY dalam bidang ekonomi, masyarakat yang merasa ekonominya semakin sulit lebih banyak (35,2%) dibandingkan yang merasa ekonomi semakin baik.

Lebih khusus muncul ketidak puasan masyarakat dalam pemenuhan terhadap sembako yang harganya semakin mahal. Sekitar 63% masyarakat menganggap pemerintahan SBY gagal dalam pemenuhan kebutuhan atas sembako. Selain itu responden juga menyatakan kecewa terhadap pemenuhan kebutuhan atas kesempatan kerja yang dianggap tidak berhasil (61,4%), yang mengganggap berhasil 33,7%. Pemerintahan SBY dianggap berhasil di bidang kesehatan (74,1%) dan pendidikan (68,3%). Kepuasan tertinggi dibidang keamanan (75%), bidang hukum (68%).Dibidang ekonomi kepuasan hanya 36,7%, yang tidak puas 59,5%. Dalam bidang ekonomi ini popularitas SBY mengalami defisit kepuasan hingga 22,8%.

SBY dinilai masih mendapat apresiasi positif dari publik sebagai presiden pilihan apabila capresnya hanya berdua dengan Megawati. Jika calonnya hanya dua maka sebanyak 42,9% publik akan memilih SBY, sementara Megawati dipilih oleh 40,7%.

Dari data survei Lingkaran Survei Indonesia tersebut terlihat bahwa PDIP dengan mengiklankan masalah sembako murah telah kembali terangkat keposisi teratas hingga 31%. Rekor ini dinilai cukup tinggi dan positif dalam persiapan menghadapi pemilu 2009 nanti. Sementara Partai Demokrat dengan perolehan yang  memperoleh dukungan 19,3% semakin memperlihatkan kelasnya untuk mencoba merebut posisi sebagai parpol papan atas. Partai Demokrat terlihat mulai menggeser kedudukan Partai Golkar yang mulai terpuruk ke posisi ketiga agak jauh dari posisi kedua.

Sementara ini diperkirakan kemungkinan keterpuruknya Golkar disebabkan karena timbulnya konflik internal, dimana ada empat kadernya yang mencalonkan diri sebagai capres diluar struktur partai. Para pemilih kini terlihat jenuh dengan konflik pada parpol, yang jelas  menurunkan  pencitraan. Suatu hal yang perlu dilakukan Golkar  untuk mendongkrak suara adalah dengan mengimbangi upaya mengiklankan partai di media massa.  PDIP dan Demokrat yang secara konsisten sudah bermain disektor iklan sejak beberapa waktu belakangan ini terlihat lebih menonjol dan stabil.

Dalam masalah pemilihan calon presiden, Megawati yang apabila diadu secara "head to head" dengan SBY walaupun masih kalah, terlihat mulai mengimbangi. Kerawanan SBY yang perlu mendapat perhatian terletak pada turunnya kepuasan publik atas masalah ekonomi, karena menurut survei LSI publik menganggap isu pentingnya kesejahteraan ekonomi mencapai 72,7%, isu korupsi (hukum) hanya 12,5% dan isu keamanan hanya 4,1%. Dengan kondisi perekonomian global yang diperkirakan akan semakin sulit, menurut pengamat ekonomi juga akan berimbas kepada perekonomian Indonesia, maka isu ini  sangat perlu mendapat perhatian utama dari kubu SBY. Menurunnya dukungan publik terhadap SBY dalam masalah ekonomi akan menaikkan dukungan terhadap Megawati yang mulai lebih taktis mensikapi perkembangan situasi.

Pemilu masih tersisa sekitar tiga bulan lebih, kini mulai terlihat gambaran persepsi kekuatan parpol yang akan menduduki papan atas dan kekuatan capres yang sementara ini masih didominasi oleh dua kubu SBY dan Megawati yang masih ketat dalam persaingan. PDIP terlihat mulai lebih menemukan "ritme"  baik menghadapi pemilu legislatif maupun pilpres. Mendatang, kubu yang pandai dan piawai dalam membaca perkembangan situasi dan mengangkat "kunci"  melalui media massa lah yang akan memenangkan peperangan. Kunci tersebut adalah "masalah perekonomian".

PRAYITNO RAMELAN.Guest Blogger Kompasiana.

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2008/12/20/megawati-mulai-mengimbangi-sby/ (Dibaca: 1018 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.