Megabuwono, Megawati-Hamengku Buwono
17 December 2008 | 7:01 am | Dilihat : 72
"Megabuwono" adalah gabungan nama dari Megawati dan Sri Sultan Hamengku Buwono. Model gabungan nama tersebut setahun terakhir sangat umum dipergunakan oleh pasangan "petarung" yang akan maju dalam pemilihan kepala daerah agar mudah diingat para konstituen, seperti KAJI, HADE, KARSA dan lainnya.
Kata Megabuwono disampaikan oleh Ketua Fraksi PDIP Tjahyo Kumolo pada saat peresmian prasasti telapak tangan dan kaki mantan presiden di Taman Pintar Yogyakarta. Menurut Tjahyo, berdasarkan hasil jajak pendapat internal yang dilakukan DPP PDIP akhir November 2008, Sri Sultan menempati urutan teratas sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Megawati Soekarnoputri pada Pemilihan Presiden 2009 nanti. Karena itu, menurut Tjahjo, Sultan secara khusus diundang dalam peluncuran buku "Mereka Bicara Mega" beberapa waktu yang lalu. “Kita tetap akan melihat gelagat perkembangan dan kita tunggu bagaimana sikap Sultan. Apakah beliau nanti akan punya kendaraan (partai pengusung) sendiri atau tidak,” ujarnya.
Menurut Tjahjo,respons Sultan sudah terlihat bagus dan tampak politis. Selain Sultan, jajak pendapat juga memunculkan nama-nama alternatif untuk mendampingi Megawati. Mereka adalah Hidayat Nur Wahid, Wiranto, Prabowo, dan Jusuf Kalla. Lima nama itu menyisihkan 12 nama lain yang diajukan dalam polling.
Sri Sultan Hamengkobuwono IX beberapa waktu terakhir telah melakukan langkah politis yang banyak menuai pro kontra, ketidakhadiran Sultan dalam pertemuan raja-raja Nusantara dengan Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta, Sabtu (29/11). Saat itu, Sultan mengaku tidak datang karena tidak diundang. Berikutnya Sultan juga tidak hadir pada rapat koordinasi para kepala daerah yang dipimpin Presiden SBY di Jakarta, Jumat (12/12). Saat itu Presiden SBY sempat menyindir ketidak hadiran sejumlah gubernur, diantaranya Sri Sultan dan Gubernur Aceh.
Kelima nama-nama tersebut akan dibahas pada Rakernas PDIP di Solo pada 26-28 Januari 2008, dimana PDIP akan melihat elektabilitas masing-masing calon yang disaring. ‘’Sultan lahir di Yogya,Mbak Mega juga lahir di Yogya, sehingga untuk visi Indonesia ke depan saya kira akan sangat cocok,’’ paparnya. Walaupun Sultan saat akan meninggalkan acara mengatakan belum ada pembicaraan, dan dialog, kelihatannya posisinya sudah sangat menarik perhatian PDIP.
Kini PDIP dalam langkah politisnya sebaiknya berkonsentrasi kepada pemilu legislatif,apabila perolehan suaranya bisa mencapai 20% suara nasional, maka langkah selanjutnya akan lebih mudah dilalui. Untuk pemilihan pendamping Megawati, kekuatan calon akan sangat tergantung kepada nilai elektabilitasnya, rasa suka dan tidak suka sebaiknya di singkirkan, realita harus lebih dikemukakan. Inilah politik, kelihatannya semakin hari "Megabuwono" akan mempunyai kekuatan tersendiri. Jangan disepelekan gabungan ini, karena mayoritas konstituen ada di pulau Jawa bukan. Demokrat sebaiknya lebih berhati-hati menangani pasangan ini yang apabila ditekan justru akan semakin menaikkan popularitasnya. Kini para pemilih lebih terfokus kepada personalitas dan realitas, mereka akan memilih kira-kira siapa yang akan dapat mensejahterakan mereka, itulah yang disebut kekuatan pengaruh ekonomi kerakyatan. Kita lihat perkembangan baru yang menarik ini.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2008/12/17/megabuwono-megawati-hamengku-buwono/ (Dibaca: 1755 kali)