Masalah Lapindo, Bakrie di Dead Line Senin
28 November 2008 | 1:56 pm | Dilihat : 88
Saya membaca disebuah harian terbitan ibukota bahwa Hari Kamis tanggal 27 November 2008 adalah hari yang tidak enak untuk Nirwan D Bakri salah satu keluarga Group Bakrie, tercatat sebagai pemilik Lapindo Brantas. Atas perintah Presiden SBY melalui Menteri Pekerjaan umum Djoko Kirmanto, Nirwan dipanggil ke kantor kepresidenan. Nirwan memenuhi panggilan tersebut dan tiba kekantor Kepresidenan sekitar pukul 16.00 WIB. Untuk menemui Djoko Kirmanto dia harus menunggu selesainya sidang Kabinet Paripurna yang berlangsung hingga pukul 21.30 WIB.
Setelah sidang kabinet selesai, Menteri PU Djoko Kirmanto dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar mengadakan pertemuan dengan Nirwan. Usai pertemuan Djoko menjelaskan mendapat perintah Presiden untuk memanggil Nirwan, makanya waktu rapat kabinet Nirwan sudah saya panggil katanya.
Saya dengan Kepala BIN tadi yang berbicara, katanya. Djoko mengatakan bahwa sebelumnya Lapindo telah menyelesaikan pembayaran sebesar 20% dari total Rp.60 milyar kepada warga Renokenongo Jawa Timur dengan beberapa tahap cicilan. "Sekarang kurang Rp49 milyar dan harus dibayar cash karena perjanjiannya seperti itu" ujarnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahkan meminta pembayaran diselesaikan paling lambat Senin (1/12) depan.
Berita ini jelas mengejutkan, disaat group Bakrie sedang di rundung malang, nilai harga saham-sahamnya berjatuhan, beberapa tanggungan hutangnya sudah jatuh tempo, kini oleh Presiden diharuskan menyelesaikan pembayaran kepada masyarakat. Tidak main-main jumlahnya cukup besar Rp49 milyar dan di "dead line" hari Senin 1 Desember 2008.Mungkin bagi pengusaha besar sekaliber Group Bakri jumlah tersebut tidak seberapa, tetapi dengan kondisi masa kini, jumlahnya menjadi "fantastis".
Nah, apa pelajaran yang bisa kita petik dari berita diatas, pertama hati-hati apabila berusaha atau bermain-main dengan alam, ada kekuasaan Allah yang maha dahsyat disitu. Kalau ceroboh kita harus siap menghadapi kemarahannya. Kedua didalam hidup ini kita harus memegang komitmen kita, janji kita, artinya apa yang sudah kita janjikan dan sepakati harus dilaksanakan. Bahasa jawanya "ojo mblenjani". Menjelang pemilu dan pilpres kini banyak yang mengobral janji, jangan sampai nanti masyarakat yang sudah lebih pintar mengatakan seperti syair lagu "janji palsu belaka, manis dimulut saja, pandai memainkan lidah", dijamin tidak akan disukai konstituen.
Pelajaran belum selesai, yang ketiga jangan main-main dengan pemerintah, pemegang kekuasaan, terus kita nurut saja?.Bukan begitu membacanya, pemerintah kan kita pilih bersama, jadi pemerintah yang harus melindungi rakyatnya kan. Harus tegas memperjuangkan nasib rakyat. Begitu dia tegas, siapa yang bisa melawan?
Beberapa blogger penanggap mengutarakan bahwa salah satu kelemahan pemerintahan yang dipimpin Presiden SBY adalah kurangnya ketegasan dalam kasus Lapindo. Nah, ini sudah terjawab, ketegasan sudah jelas, palu sudah diketuk,maka pemilik atau siapapun namanya yang mempunyai Lapindo hari Senin harus membayar kepada rakyat.
Sehabis besan ditangkap, kini Nirwan harus bayar, maka kalau berbicara politik "jelas akan berpengaruh besar terhadap hati responden". Tapi bukan itu kok masalahnya, yang saya dengar Pak SBY memang sudah "gemes" dengan kasus yang satu ini, lamaaaa tidak selesai-selesai. Kita tunggu nanti hari Senin perkembangan berita ini. Besok Sabtu dan Minggu adalah hari libur, dengan gaya orang bule kita biasa mengatakan "Have a nice week end". Selamat berlibur, selamat jalan-jalan walau hanya "window shopping", Salam Pray Blogger.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2008/11/28/masalah-lapindo-bakrie-di-dead-line-senin/ (Dibaca: 1448 kali)