Saat Menyadari Dan Mensyukuri Nikmat Tuhan

23 November 2008 | 8:58 pm | Dilihat : 134

Nikmat Tuhan,  sering kita ucapkan, tapi apakah kita sudah merasakan dan meresapinya?. Banyak  yang mengartikan bahwa nikmat tersebut adalah kebahagiaan yang kita dapat sebagai anugerah Tuhan  seperti mendapatkan rejeki yang melimpah, mendapat kedudukan, mendapat anak, cucu, mempunyai rumah yang baik, mempunyai mobil dan banyak lagi lainnya yang pada dasarnya membuat kita senang, bahagia dan nikmat.

Pada  sore  yang agak mendung ini dengan sedikit hujan, penulis akan menyampaikan sebuah kisah, keterkejutan melihat sebuah nikmat yang selama ini tidak disadari tapi diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Pembahasan disini bukanlah dari dalil agama, karena penulis bukanlah seorang ahli agama. Penulis yakin banyak dari kita yang lebih mengetahui dan memahami soal ini, tapi tidak ada salahnya kita membahasnya di forum yang sangat baik ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis mempunyai seorang teman baik, gagah, berwibawa, karirnya baik, hidup berkecukupan, mempunyai rumah bagus, keluarga yang baik, pokoknya segala-galanya baik. Dalam kesehariannya politik adalah bagian hidup yang tak terpisahkan.  Hari demi hari dijalaninya dengan kesibukan yang tidak mengenal waktu, seakan tidak ada lagi hari esok. Stres adalah makanan sehari-harinya sebagai politisi, dianggapnya enteng, merokok juga bagian hidupnya karena mayoritas teman-temannya yang politisi juga merokok. Pola hidupnya kurang baik, karena waktu istirahatnya sangat kurang. Semua dijalaninya dengan riang dan bersemangat karena itulah pilihan hidupnya. Ternyata gabungan dari pola hidupnya yang kurang baik tersebut secara tidak disadari yang mencelakakannya.

Suatu hari teman saya  tadi itu merasa pusing, dan hanya selang setengah jam dia lunglai. Keluarga segera membawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan dia terkena stroke. Setelah dirawat beberapa hari di Jakarta dia diterbangkan ke luar negeri. Disana, dokter mengatakan teman tadi terkena serangan stroke pada batang otak. Bagian tubuhnya yang bisa bergerak hanya sebelah kiri, itupun sangat terbatas, dia tidak bisa bicara, hanya bisa mendengar.

Pada saat menjenguk, kami hanya bisa berpandang-pandangan, komunikasi hanya satu arah, dia hanya bisa melelehkan air mata dipipinya yang mulai cekung. Penulispun dengan rasa sedih mendalam hanya dapat menyampaikan kata-kata menghibur dan merenung melihat teman tadi yang dahulunya demikian tegar dan bersemangat kini tergolek tak berdaya.

Pagi itu masuklah dua perawat dan seorang dokter, dokter memeriksa kesehatan organ tubuhnya, perawat melakukan latihan fisiotherapi. Saat itu jari telunjuk kirinya sudah agak bisa bergerak sedikit. perawat memberi semangat agar telunjuknya bisa bergerak keatas. "Come on Pak, come on Pak" suara keras perawat memberi semangat, telunjuk itu bergerak hanya beberapa senti saja, ini sudah membuat perawat dan semuanya  yang hadir sangat bergembira. Melihat hal tersebut, tiba-tiba penulis tersentak dan tersadarkan. Selama ini  menggerakkan jari, menggerakkan tangan adalah hal yang sangat biasa, jari dipakai untuk menggaruk, memegang sesuatu adalah hal yang biasa kita lakukan dan tidak pernah terpikirkan sebagai sesuatu yang luar biasa, memang begitu seharusnya.

Kemudian penulis jadi  lebih memperhatikan, karena teman tadi tidak bisa menelan, lehernya dilubangi dipasang alat bantu pernafasan, yang juga untuk menyedot riak di paru-parunya. Karena tidak bisa makan perutnya dilubangi dipasangi selang untuk memasukkan sari makanan. Yang paling menakutkan terlihat, karena mata kirinya tidak bisa menutup, terjadi iritasi matanya memerah, kering dan akan rusak, team dokter memutuskan menjahit kedua kelopak matanya. Masya Allah, ya Allah, melihat itu semua, penulis tersadarkan bahwa semua yang dilihat adalah disebabkan berkurangnya nikmat Tuhan kepada diri manusia.

Tangan kita, jari kita bisa kita gerakkan semau kita, untuk menggaruk bagian yang gatal, memasukkan makanan kedalam mulut, menggendong anak, menulis, memegang setir mobil, motor.... apakah kita selama ini sadar bahwa ini adalah suatu nikmat Tuhan?. Suatu hal  yang kita anggap  biasa saja tidak istimewa karena memang biasanya begitu. Coba sedikit saja nikmat itu dikurangi, kita  akan sangat merasakan terganggunya hidup ini. Demikian juga, bernafas secara normal adalah hal biasa, begitu kita karena sesuatu hal sulit bernafas, nikmat dikurangi, betapa tidak enaknya hidup harus dibantu selang itu. Hal serupa juga akan terasa  apabila kita tidak bisa menelan, betapa sulit dan terganggunya menjalani  hidup  dengan selang menembus perut.

Contoh besarnya nikmat Tuhan yang kita tidak sadari lainnya adalah soal memejamkan mata tadi, mengedip, selama ini kita melakukannya biasa-biasa saja, juga  tidak ada yang istimewa. Kita tidak sadar bahwa bisa merapatkan kedua kelopak mata adalah salah satu nikmat yang sangat-sangat tinggi nilainya. Bayangkan bila terjadi seperti teman saya tadi, agar matanya bisa selamat tidak iritasi dan tidak rusak dan agar bisa tidur dengan  mata terpejam, kedua kelopak matanya harus dijahit.

Nah pembaca sekalian, itulah contoh sebagian  nikmat Tuhan dari demikian banyak nikmat yang diberikan Tuhan kepada manusia yang sering tidak disadari.  Semoga ini bermanfaat bagi kita semua, kita sadari dan kita resapkan. Yang terpenting jangan lupa selalu kita syukuri nikmat-nikmatNya.  Kalaupun ada nikmat Tuhan yang berkurang atau dikurangi pada diri kita, semoga kita menerimanya dengan ikhlas, sabar, tawakal, seperti yang  juga saya sampaikan pada teman saya tadi.

Akhirnya teman tadi setelah kondisinya stabil dibawa kembali ke tanah air. Dia terlihat lebih pasrah menghadapi ujian dan cobaan hidupnya diatas kursi roda hingga akhir hayatnya. Teman baik saya tadi kemudian meninggal beberapa tahun kemudian dengan senyum dibibirnya. Semoga Allah mengampuni semua kesalahannya dan dimasukkan kedalam surga.Amin.

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2008/11/23/saat-menyadari-dan-mensyukuri-nikmat-tuhan/ (Dibaca: 1447 kali)

This entry was posted in Sosbud. Bookmark the permalink.