Kekuatan dan Pengaruh Seorang Penulis
10 November 2008 | 5:35 am | Dilihat : 59
Saya membaca tulisan Fareed Zakaria tentang asal usul "fundamentalisme Islam". Kisah terjadi saat Mesir dipimpin oleh Presiden Nasser, seorang muslim yang taat tapi tidak tertarik mencampurkan agama dengan politik. Baginya itu suatu kemunduran. Nasser menjadi Presiden hanya didukung partai-partai kecil, partai terpenting Ikhwanul Muslim secara terang-terangan menentangnya, tak jarang dengan jalan kekerasan.
Pada tahun 1954 Ikhwanul Muslim diremuknya, para tokoh partai ditangkap dan bahkan ada yang dihukum mati. Sayyid Qutub termasuk salah seorang diantara yang dipenjarakan. Dia hanyalah pria yang lemah, tapi dengan penanya yang tajam menulis buku dengan judul "Signpost on the Road" (Rambu-rambu di Jalan), dalam sejumlah hal menandai awal Islam politik modern atau lebih sering disebut sebagai "fundamentalisme Islam".
Qutub mengutuk Nasser sebagai Muslim yang kufur dan rezimnya tidak Islami. Qutub membayangkan pemerintahan yg lebih baik, lebih sholeh, dan berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang keras. Dengan semakin berkembangnya faham fundamentalisme, Fouad Ajami menulis dalam karyanya "The Arab Predicament" (kesulitan Arab). Diramalkannya fundamentalisme memberi orang-orang Arab yang tidak puas dengan keadaan mereka sebuah bahasa perlawanan yang kuat.
Ternyata kekuatan pena Sayyid Qutub telah mampu menciptakan sebuah gelombang tak terkirakan, pada tahun 1979 Ayatullah Ruhullah Khomeini mampu menggulingkan Shah Iran. Fundamentalisme Islam memperoleh dorongan kuat, dan mereka membuktikan bahwa penguasa yang kuatpun dapat diturunkan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hal ini hanyalah sebuah contoh yang menunjukkan bertapa kekuatan seorang penulis mampu meyakinkan dan mempengaruhi pembacanya dengan hasil karynya, yang kemudian terbentuk gulung gelombang yang tak terkirakan hebatnya.
Kita sebenarnya selama ini memiliki banyak pemikir, ilmuwan, penulis dengan ide hebat, mempunyai pemikiran strategis, menyalurkannya lewat badan-badan pengkajian, gudang ilmu pengetahuan dikampus, area seminar, ruang diskusi. Tapi yang menjadi pertanyaan, mengapa negara kita masih terus dirundung masalah yang sepertinya tak kunjung usai. Apakah hasil pemikiran dan gagasan itu hanya menguap didinding yang dingin?. Atau tidak pernah sempat dibaca?
Kesulitan demi kesulitan, masalah demi masalah terus bermunculan. Selalunya ,masalah kemiskinan menjadi topik diskusi dan kampanye, ini karena memang banyak dari kita yang miskin. Kita semua rasanya tidak pernah menjadi yakin kapan akan selesai. Rasanya malu melihat negara tetangga Singapura, Australia, Malaysia, Brunei, Thailand, Kamboja menunjukkan kemajuan yang pesat. Bahkan Vietnam yang pernah porak poranda dalam perang belasan tahun melawan Amerika telah mampu bangkit. Tapi lihat apa yang terjadi disini. Apakah Tuhan terus menghukum kita?. Diberi kekayaan melimpah tapi kita kurang mensyukuri nikmatNya.
Kini, kita di Kompasiana. Sebuah blog yang didedikasikan sebagai wadah "sharing". Tempat mereka yang ingin membagi pengetahuan, berdiskusi atau menuangkan pemikiran dari yang sederhana hingga yang briliyan. Apa yang kita butuhkan kini? Yang dibutuhkan adalah seseorang dengan goresan kuat, pemikiran yang fokus, dapat dipercaya, berdedikasi tinggi, mampu melihat inti permasalahan bangsa ini, mampu membawa bangsa ini maju kedepan berdiri tegak sejajar dengan negara-negara lain disekitar. Akankah dia muncul dari kalangan kita di Kompasiana? .Mungkin saja, kita tunggu dia yang entah masih berada dimana.
Itulah sedikit kisah, betapa seorang penulis sebenarnya pada saat yang tepat akan mempunyai kekuatan dan pengaruh yang besar dalam merubah sesuatu. Disini, kita butuh pemikir itu yang mampu mengarahkan perjalanan bangsa ini dalam mencapai cita-citanya.
Sumber: http://umum.kompasiana.com/2008/11/10/kekuatan-dan-pengaruh-seorang-penulis/ (Dibaca: 467 kali)