Airlangga dan Ramalan Jayabaya

10 January 2018 | 5:15 am | Dilihat : 6805

airlangga hartarto (NusantaraTv.com)-38022-750x536

Karir birokrasi dan politik Airlangga semakin menguat. Apakah memang takdirnya dia akan menjadi Satriyo Piningit (foto : Nuasntara TV)

Pada November 2011 penulis menyusun sebuah artikel dengan judul Ramalan Intelijen dan Ramalan Jayabaya Presiden 2014. Pada saat itu, menyimpulkan Ibu Megawati Soekarnoputri yang akan menjadi presiden pada pilpres 2014 menggantikan Presiden SBY, dengan mengaitkan ramalan intelijen dengan Ramalan Jayabaya, kira-kira begitulah. Mengapa, kata pertanyaan ini selalu menjadi kunci yang harus dicari jawabnya oleh analis intelijen, dengan mencermati baik fakta maupun indikasi yang ada. Ramalan gagal karena nama Megawati berakhiran Ti, buka Ga, yang menjadi presiden adalah Pak Jokowi.

Dalam ilmu intelijen strategis terdapat komponen budaya, dimana budaya sebuah bangsa masuk dalam pengamatan disamping delapan komponen lainnya. Nah, saat ini penulis menemukan sebuah fakta budaya yang dikaitkan dengan Ramalan Jayabaya.  Prabu Jayabaya meramalkan pemimpin nasional Indonesia mempunyai nama yang berakhiran No-To-No / Na-Go-Ro. Namun ada sebagian kalangan (pihak) yang justru membantah kebenaran ramalan tersebut. Beberapa Ramalan Jayabaya dinilai cukup fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan “mirip” keadaan setelahnya. Jayabaya misalnya telah meramalkan tentang bangsa Utara berkulit pucat yang akan menguasai Nusantara dengan tongkat berapi (zaman penjajahan bangsa Eropa). Kemudian kedatangan “saudara tua” menguasai Nusantara yang lamanya hanya seumur jagung (penjajahan Jepang).

Menurut beberapa kalangan, ramalan Jayabaya Notonagoro adalah sebuah mitos yang sudah terlanjur berkembang di masyarakat. Pemikiran itu justru dilontarkan oleh Prof. Notonegoro pendiri UGM. Intinya adalah bagaimana mengatur dan menata negara dengan baik. Dalam pandangan Prof. Notonegoro, negara ini perlu ditata secara demokratis menurut paham kejawen.

Ramalan Prabu Jayabaya

Ramalan dibuat oleh Prabu Jayabaya, Raja Kediri sekitar thn-1135 M dalam "Serat Jangka Jayabaya" yang mampu memprediksi kejadian-kejadian jauh melampaui jamannya . Disebut Jangka karena seperti alat jangka yang mampu menarik /mengukur jarak secara tepat, maksudnya waktunya. Tidak hanya bersifat ramalan, tetapi akurasinya terukur.

Ramalan ini dikenal khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal Usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yg digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yg menuliskan bahwasanya Jayabayalah yg membuat ramalan-ramalan tersebut. Ramalannya yang dikaitkan dengan negara dan kepemimpinan di Indonesia adalah kata Notonagoro (No-To-No / Na-Go-Ro).

Noto berarti menata, nagoro berarti negara. Jadi pemimpin Indonesia juga disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk menata negara. Suku kata tersebut ditulis dalam huruf Jawa yaitu honocoroko (ada utusan), dotosowolo (berbeda pendapat), podojoyonyo (sama-sama menang), mogobotongo (sama-sama kalah). Keduapuluh huruf Jawa itu mudah diberi huruf hidup hanya dengan menambahkan tanda. Ditambah tanda di depan atau dibelakang yang disebut ditaling tarung maka huruf A akan berubah menjadi O.

Nah, dikaitkan dengan ramalan Notonegoro, maka ramalan urutan pimpinan nasional yang memenuhi syarat setelah kemerdekaan adalah, No adalah Soekarno, To adalah Suharto, (setelah itu, BJ Habibie, Gus Dur dan Mega dalam urutan saat itu sebagai presiden tidak memenuhi syarat karena tidak memerintah satu periode penuh atau lebih/lima tahunan), No selanjutnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Nah, setelah itu presiden Indonesia menurut ramalan berakhiran Go atau Ga. Tetapi yang menjadi presiden adalah Pak Joko Widodo. Muncul pertanyaan siapa satriya piningit berakhiran Ga atau Go itu?.

Apakah Airlangga?

Nama Airlangga Hartarto, sebagai salah satu elit Partai Golkar, mendadak mencuri perhatian penulis dengan karir dan akhiran namanya. Karirnya mendadak melambung setelah diangkat menjadi angota kabinet di era kepemimpinan Presiden Jokowi, kemudian dalam kemelut kejatuhan dan ditangkapnya Ketua Umum Golkar, Setya Novanto dalam kasus korupsi, Airlangga tanpa disangka terpilih dengan mulus menjadi Ketua Umum Golkar.

74848fc1-664c-44eb-b3c7-96158e47a9fb_169

Airlangga siantara elit Golkar, semua mendukungnya (foto : CNN)

Airlangga ini berasal dari keluarga pejabat tinggi negara, mulai dari kakeknya, ayahnya, pamannya, bekas iparnya pernah menjadi menteri, Kini dia juga menjadi menteri, bahkan lebih unggul dari silsilah sesepuhnya, dimana posisinya kuat serta strategis di bidang politik sebagai Ketua Umum Golkar. Penulis menyebut Golkar adalah  partai jangkar di Indonesia disamping PDIP..

Nah, apakah Airlangga ini memang muncul sebagai calon pemimpin bangsa? Namanya kini memang belum disebut sebagai capres ataupun cawapres, yang mulai dikenal adalah Prabowo Soebiyanto, Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti. Tetapi bisa saja mendadak Airlangga dengan akhiran namanya Ga, membuat kejutan. Memang kini yang menjadi presiden adalah Jokowi, yang menurut beberapa survey sangat kuat peluangnya akan menang pada periode keduanya sebagai presiden. Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar kini bukan pesaing Jokowi, bahkan sudah menegaskan Partai Golkar yang dipimpinnya akan mendukungnya sebagai capres 2019. Memang kita tidak tahu rahasia Tuhan, kemungkinan ditemukan momentum, dimana nama Airlangga bisa sewaktu-waktu muncul.

Salah satu ramalan Prabu Jayabaya yang berbunyi “Sabda Palon ngayomi Tanah Jawa” ditandai oleh bencana gunung Api, banjir bandang. Peristiwa akan dimulai setelah 500 tahun pasca runtuhnya Majapahit, 1518 + 500 = tahun 2018 (Tribun Kalteng 4 Desember 2017). Ramalan dalam pemahaman ilmu Jawa biasanya merupakan kiasan dan tidak selalu seperti apa yang disebutkan. Kita harus mampu membaca yang tersirat bukan hanya yang tersurat. Bencana dan banjir bandang bisa diterjemahkan sebagai kasus politik dan keamanan yang serius.

presiden-donald-trump-dan-perdana-menteri-israel-benjamin-netanyahu-_170919020508-378

Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, kita sebaiknya berhati-hati berseteru dengan mereka, instrumen pengondisiannya lengkap. Kasus kemelut politik Iran terindikasi ada keterlibatan intelijen asing (foto : Republika)

Apakah ramalan tersebut dapat dipercaya? Kini terserah kepada pembaca, sejauh mana kepercayaan terhadap ramalan yang masih menjadi budaya bangsa kita. Yang pasti, persaingan dalam politik kini dan masa mendatang akan semakin ketat. Kita sudah memasuki tahun politik 2018/2019 yang perlu dicermati bersama. Di samping itu juga perlu kewaspadaan badan intelijen terhadap ancaman disintegrasi serta kemungkinan perang hybrid, proxy war serta kondisi geopolitik dimana Indonesia kini secara aktif ikut masuk dalam perseteruan kelompok anti AS dalam kasus Yerusalem. Belum lagi Indonesia bersentuhan dengan kemelut Laut China Selatan.

Sekali lagi, kita boleh saja percaya terhadap ramalan Jayabaya tentang Notonagoro ini, dan kita bisa pula tidak mempercayai dan menganggapnya sebagai mitos. Yang jelas, ini hanyalah sebuah prediksi (ramalan) yang bisa jadi benar dan bisa jadi keliru, walaupun demikian tidak ada salahnya untuk kita cermati bersama. Semoga bermanfaat. PRAY.

Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.