Kasus MH370, Sebuah Pelajaran Berharga Bagi Indonesia

28 March 2014 | 5:42 pm | Dilihat : 2260

Pray-For-MH370

Hari Sabtu tanggal 8 Maret 2014 dini hari diluar perkiraanpemerintah dan rakyat Malaysia, deruman jet pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines flight number MH370 yang meninggalkan Bandara Sepang menuju Peking (Beijing), Tiongkok akan menjadi masalah besar yang akan mendera negeri  itu.

Para pejabat pemerintah dan otoritas penerbangan Malaysia pagi itu masih tidur dengan nyenyak, karena dalam hampir empat dekade terakhir,  tercatat hanya terjadi dua kali kecelakaan pesawat, yaitu bulan Desember  1977 sebuah pesawat Boeing 737 jatuh sebagai akibat pembajakan (seluruh penumpang dan crew tewas). Kecelakaan kedua terjadi bulan September 1995 saat sebuah pesawat Foker 50 MAS gagal melakukan pendaratan di Tawau, tercatat 34 penumpang dan crew tewas serta 9 penduduk cidera.

ATD MH370 (Actual Time of Departure) KUL  00.42.05 waktu Malaysia, MH370 meninggalkan bandara Sepang,  ETA (Estimate Time of Arrival) Peking, Beijing  06.30 dalam hari yang sama. Sebelum pesawat hilang dari radar Sepang, ATC menghubungi pilot untuk berganti komunikasi dengan menara kontrol Ho Chi Minh ,Vietnam. Kontak terakhir pukul 01.19.24 . Pukul 01.19.29, pilot MH370 menanggapi. Pukul 01.21 pesawat menghilang dari layar kontrol lalu lintas udara saat transponder di pesawat dimatikan. Menara kontrol Ho Chi Minh mengatakan pesawat MH370 itu gagal check in sesuai dengan jadwal pada pukul 01.21. Radar militer Malaysia (Air Defence Radar) pada pukul 02.15 berhasil memantau pesawat MH370 berada di selatan  Phuket, Thailand, di Selat Malaka. Pesawat terus bergerak ke Barat Daya dan akhirnya menghilang dari jangkauan ADR TUDM. Satelit Inmarsat mencatat adanya komunikasi berupa "ping" yang terakhir pada pukul 08.11.

Rangkaian fakta serta jam penerbangan muncul beberapa hari setelah MH370 dinyatakan hilang. Data pendukung terkuat adalah pernyataan Panglima Tentera Udara Diraja Malaysia, Jeneral Tan Sri Dato' Sri Rodzali bin Daud  dalam jumpa pers di Sepang, Mingu (9/3/2014) yang mengatakan ada kemungkinan pesawat putar balik. Saat itu penulis membuat artikel dengan judul "Ada Kemungkinan Boeing-777 Malaysia Airlines Korban Terorisme", http://ramalanintelijen.net/?p=8158

Kemudian pihak maskapai Malaysia Airlines menyatakan bahwa pesawat dengan nomor penerbangan MH370 dengan rute Kuala Lumpur-Beijing hilang kontak dengan Subang Air Traffic Control pada Sabtu (8/3), pukul 02.40 waktu setempat (Media Malaysia, The Star dan AFP) , Sabtu (8/3/2014).

Apa yang terjadi setelah pesawat dinyatakan hilang? Yang muncul adalah keresahan, karena tidak muncul kejelasan terhadap peristiwa. Nampak para pejabat di Malaysia sangat terkejut dan menjadi gagap menghadapi minimnya informasi yang jelas. Bahkan informasi militerpun tidak menjadi suatu kepastian bahwa yang terlacak (Lasa 'X') adalah MH370. Pernyataan dari berbagai pejabat membuat sekitar 13 negara yang warganya on board pada pesawat itu menjadi resah, khususnya pihak keluarga.

Otoritas SAR dan pemerintah Malaysia tidak memastikan dimana posisi pesawat dan apakah crash ataukah meledak di udara. Adanya dua penumpang gelap yang menggunakan paspor curian menyebabkan munculnya dugaan tindakan negatif. Pada saat itu upaya SAR dari enam negara yang bertambah menjadi 12 negara terus menyisir Laut China Selatan. Bahkan Amerika Serikat menurunkan kapal perusak Pickney untuk mencari di Laut China Selatan hingga perairan Vietnam Selatan. Indonesia  mengirimkan lima kapal perang dan satu helikopter dsalam misi pencarian. Informasi bahwa pesawat masih terbang sekitar 4-5 jam setelah hilang dari kontak dibantah. Dan akhirnya setelah dibahas beberapa hari, muncul keyakinan bahwa pesawat benar berputar kearah Barat, menuju Selat Malaka.

Pencarian kemudian bergeser ke kawasan Selat Malaka dan Samudera Hindia yang melibatkan 28 negara termasuk Indonesia  AS mengirimkan USS Kidd, melakukan pencarian dengan melibatkan helikopter MH-60 dan telah mencari di area seluas 38,850 Km dikawasan Andaman, pencarian dihentikan karena luasnya lautan. Indonesia mengirimkan pesawat Boeing 737 Pattroli Maritim untuk menyisir Selat Malaka. Malaysia dengan demikian banyak negara yang mencari menjadi tidak yakin dimana posisi terakhir MH370. Data lain menunjukkan pesawat itu terbang untuk setidaknya enam jam setelah hilang, namun tidak ada kejelasan ke mana pesawat itu menuju.

Dalam kondisi ketidak jelasan tersebut, Malaysia jelas menjadi negara yang paling ditekan sebagai operator MAS, MH370. Terlebih ada kecenderungan keterlibatan awak pesawat dalam tragedi dimatikannya peralatan vital transponder dan ACARS, seperti yang disebutkan oleh PM Najib. Para keluarga korban di Tiongkok, dimana 153 diantara 227 penumpangnya ikut hilang menjadi emosional. Tekanan psikologis kepada Malaysia sebagai pihak yang paling disalahkan dan harus bertanggung jawab, jelas membawa konsekwensi pada berbagai bidang.

Saham Malaysia Airlines tercatat jatuh hingga 18 persen setelah dilaporkan hilangnya MH370. Jelas MAS mengalami keterpurukan semakin berat, dimana pada 2013 tercatat Malaysian Airline System, perusahaan yang mengoperasikan Malaysia Airlines, melaporkan mengalami  kerugian sebesar 1,17 miliar ringgit (Rp4 triliun) dan membutuhkan suntikan dana.

Dari sisi pariwisata, travellingbisnis.com melaporkan bahwa sebelas agen perjalanan China  mengatakan kepada Reuters, pemesanan tiket ke Malaysia anjlok dan banyak orang membatalkan perjalanan mereka, di tengah rasa marah atas kurangnya informasi, yang diberikan pemerintah Malaysia kepada keluarga penumpang pesawat tersebut. Pernyataan keras disampaikan seorang pengguna Sina Weibo, Twitter ala China, "Pemerintah Malaysia dengan sengaja menunda mengumumkan informasi sebenarnya mengenai penerbangan itu. Kami layak menghukum sikap yang sangat tidak bertanggung jawab ini dan memboikot pariwisata Malaysia."

Menurut data Bank of America Merrill Lynch, wisatawan China memberikan kontribusi 12% terhadap total jumlah kedatangan wisatawan dan 0,4% kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto. Malaysia menyatakan tahun 2014 sebagai Visit Malaysia Year, serta menargetkan jumlah wisatawan pada 2014 mencapai 28 juta (tahun lalu, 25,7 juta), dengan pemasukan mencapai 76 miliar ringgit (Rp262 triliun).

Nah dari beberapa fakta diatas nampak bahwa pemerintah Malaysia mendadak mengalami goncangan sangat keras, baik rentang kendali, kesiap siagaan pertahanan, sekuriti penerbangan, dan simpang siurnya pengambilan keputusan. Setelah kasus melilit mereka sekitar 10 hari, nampaknya komando kendali diambil alih oleh PM Najib. Pemerintah yang kemudian mendapat informasi dari satelit Inmarsat langsung mengambil keputusan, PM Najib pada hari Senin (24/3/2014) malam mengumumkan bahwa pesawat telah jatuh di sebelah Barat kota Perth (2.500 km) pada daerah terpencil. Tidak ada satupun korban yang selamat. Pengumuman didasarkan kepada hasil analisis Badang Investigasi Kecelakaan Udara Inggris (AAIB) dan teknologi terbaru Inmarsat.

Kini demikian banyak negara dengan teknologi canggih terus berusaha menemukan barang bukti sisa-sisa pecahan pesawat agar sepenuhnya mereka meyakini itu sebenarnya MH370. Keganasan alam baik laut maupun cuaca semakin mempersulit operasi pencarian. Dan yang pasti disalahkan kembali Malaysia. Negara itu benar-benar dirundung malang atas musibah MH370.

Apa pelajaran berharga yang dapat dipetik dari hilangnya MH370? Yang jelas kita berdoa jangan sampai kejadian serupa menimpa pesawat Indonesia, kasus ini sangatlah berat, ada hal-hal ekstrim dibelakangnya. Apapun masalahnya, keputusan adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengelolaan sebuah organisasi. Siapapun pemimpin harus berani memutuskan apabila muncul kasus seperti MH370. Otoritas penerbangan (Transportasi) Malaysia penulis lihat terlambat menentukan bahwa MH370 tidak jatuh di Laut China Selatan, tetapi sudah bergerak ke kawasan Samudera Hindia. Koordinasi otoritas sipil dan militernya nampaknya terhambat birokrasi.

Pemerintah terlalu lama dan tidak berani mengumumkan penyebab hilangnya pesawat. Pada saat kasus 911, FBI dalam waktu empat hari telah mengumumkan itu sebuah serangan teroris dan langsung melakukan operasi penangkapan. Langkah cepat penanggung jawab keamanan membuat masyarakat menjadi tenang dan percaya kepada aparatnya. Banyak komentar yang muncul setelah informasi mengenai keberadaan terakhir MH370 di Selat Malaka diungkap. Mengapa pihak Malaysia baru memunculkan data tujuh hari setelah hilangnya MH370? Ini jelas dipertanyakan, mengingat semua sumber daya yang ada selama ini justru dikerahkan di laut China Selatan. Disinilah nampak kordinasi, komando dan kendali tidak mampu mencapai kata sepakat.

Sementara hingga kini sudah berjalan 20 hari, pemerintah Malaysia hanya menyampaikan dugaan. Ini yang kemudian menyulut spekulasi-spekulasi yang bahkan memperkeruh keadaan dan memperuncing hubungan dengan masyarakat negara lain. Nah itulah pelajaran berharga bagi kita bangsa Indonesia, jangan gagap apabila menghadapi sebuah kasus internasional yang demikian menekan secara psikologis. Tuduhan kepada Malaysia, terutama dari keluarga para korban di Tiongkok adalah para pejabat banyak menutupi jalannya penyelidikan dan pencarian, tidak transparan, ada yang ditutupi.

Penulis menyarankan kepada otoritas penerbangan di Indonesia, sudah waktunya dilakukan pemeriksaan sekuriti mengenai sistem keamanan serta operasi penerbangan secara menyeluruh dan komprehensif di Indonesia. Diakui ataupun tidak banyak keluhan para penerbang sipil tentang dukungan operasi penerbangan yang suka bermasalah (radar misalnya).  Banyak hal yang semestinya lebih difahami oleh para pengemban amanah di dunia penerbangan, yang menurut penulis sebaiknya untuk masa mendatang di duduki oleh mereka yang benar-benar faham akan arti "sense" dari dunia penerbangan. Disinilah dibutuhkan pejabat yang profesional menguasai dunianya.  Bandara Sepang teruji lemah, karena ada penumpang berpaspor curian dapat lolos. Tanpa upaya perbaikan  itu semua , ya kita hanya bisa berdoa semoga saja tidak ada kejadian serupa.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pejabat Malaysia, penulis minta maaf sebelumnya kepada beliau-beliau yang sedang dirundung malang itu atas tulisan ini. Penulis ikut mendoakan agar pesawat dapat segera ditemukan dan "black box" yang diidamkan dapat ditemukan. Walaupun disisi lain penulispun tidak meyakininya ini akan menjadi kunci pembuka kasus dibelakangnya yang penulis pandang sebagai sebuah konspirasi seperti yang penulis telah sampaikan pada beberapa artikel lainnya.

Kesimpulannya, garis komando, pengambilan keputusan serta kerjasama yang erat diantara pejabat terkait dalam sebuah kasus haruslah tegas dan terkorordinir. Mencari sebuah pesawat yang hilang membutuhkan kecepatan dan ketegasan keputusan, itulah kira-kira kuncinya, karena ini adalah penyelamatan jiwa manusia, atau paling tidak bukti-bukti  yang sahih tidak sampai hilang. Selama masing-masing pimpinan tidak saling mempercayai, mustahil citra bangsa akan dapat terjaga dengan baik. Kira-kira begitulah.  Semoga bermanfaat.

Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi gambar : postmetrobatam.com

Artikel terkait :

-Simulator Capt Zaharie Bisa Menjadi Alat Merekrut Pembajak,  http://ramalanintelijen.net/?p=8199

-Perkembangan Pencarian MH370, Masih Adakah Harapan?,  http://ramalanintelijen.net/?p=8186

-Gangguan Ramalan Intelijen, MH370, Metro TV dan TV One,  http://ramalanintelijen.net/?p=8165

-Fadli Sadama Teroris Pelarian Tanjung Gusta ditangkap di Malaysia,  http://ramalanintelijen.net/?p=7783

-Ayman al-Zawahiri Pengganti Osama Perintahkan Serang AS,  http://ramalanintelijen.net/?p=7431

-Amerika Kembali Diancam Al-Qaeda, termasuk di Jakarta?,  http://ramalanintelijen.net/?p=7184

-Ada Kemungkinan Boeing-777 Malaysia Airlines Korban Terorisme, http://ramalanintelijen.net/?p=8158

[google-translator]

This entry was posted in Kedirgantaraan. Bookmark the permalink.