ELEKTABILITAS KOMPONEN POLITIK MENUJU PEMILU 2024, SEBUAH ANALISIS
24 March 2021 | 6:04 pm | Dilihat : 538
PDIP dan Gerindra menunjukkan indikasi kedepan akan menjadi "anker" Indonesia dalam dunia politik, elektabilitas keduanya menurut survei dikslsngsn snsk muda stagnan dan jauh diatas parpol-parpol lainnya (foto : Ayojakarta)
Pemilu dan pilpres 2024 relatif masih cukup lama, tetapi geliat politik sebagai pemanasan menuju siapa yang mau menjadi presiden mulai muncul dan menjadi topik bahasan. Sesuatu yang wajar karena persiapan nyapres harus dimulai dari dukungan parpol. Ini sesuatu yang perlu disadari Presiden Jokowi dengan istilah "lame duck" (bebek lumpuh), dengan pengertian seorang pimpinan nasional pada periode keduanya, suaranya umumnya efektif didengar hanya tiga tahun oleh insan politik, selanjutnya dalam dua tahun terakhir politisi lebih sibuk mempersiapkan baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden dan wakil presiden.
Memang, walau tidak 100 persen hasil sebuah survei betul dan bisa dijadikan dasar karena sangat banyak faktor yang memengaruhi, tetapi alat ukur di politik hanyalah hasil elektabilitas dari lembaga survei. Bisa survei yang sifatnya independen maupun yang berbayar. Walau baru satu lembaga survei yang memunculkan elektabilitas baik parpol atau capres secara menarik perhatian, tapi penulis mencoba membaca inti dari survei Indikator Politik terbaru pada minggu ketiga bulan Maret ini.
Survei Partai Politik
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia yang berlangsung daring, Minggu (21/3) menyampaikan hasil surveinya tentang partai politik. Hasilnya adalah ; Partai Gerindra memperoleh 16 persen, PDIP 14,2 persen, Golkar 5,7 persen, PKS 5,7 persen, Demokrat 5,3 persen, NasDem 2,8 persen, PKB 2,7 persen, dan PAN 1,2 persen. Sementara sembilan parpol lain persentasenya di bawah 1 persen, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 0,9 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 0,8 persen, Beringin Karya (Berkarya) 0,7 persen, Perindo 0,6 persen, Hanura 0,3 persen, Partai Bulan Bintang (PBB) 0,2 persen, Garuda 0,1 persen, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0,1 persen, serta Gelora 0 persen.
Survei Calon Presiden
Indikator Politik Indonesia juga merilis temuan survei nasional suara anak muda terkait isu-isu sosial, politik dan bangsa, salah satunya terkait pilihan presiden jika pemilu dilakukan saat ini. Metode survei yang digunakan simple random sampling sebanyak 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh nusantara dan pernah diwawancarai secara tatap muka langsung dalam rentang 2 tahun terakhir. Margin of error sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei digelar antara 4-10 Maret 2021. Total survei sampel yang berhasil diwawancarai 1.200 responden warga negara Indonesia berusia 17-21.
Tiga besar unggulan yang dipilih anak muda dengan elektabilitas diatas 10 persen, Anies Baswedan 15,3 persen, sementara Ganjar Pranowo dipilih 13,7 persen, Ridwan Kamil 10,2 persen (foto : SINDONews)
Dari pertanyaan yang diajukan, jika pemilihan presiden dilakukan saat ini, hasilnya, 15,2 persen anak muda memilih Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, sementara Ganjar Pranowo dipilih 13,7 persen, Ridwan Kamil 10,2 persen, Sandiaga Uno 9,8 persen, Prabowo menempati posisi kelima dengan 9,5 dan AHY 4,1 persen. "Nah, secara umum, sesuai dengan temuan kami juga pemilih Pak Jokowi itu nyebar, sementara Anies paling banyak, dia mendapatkan dukungan diantara mereka yang mencoblos Pak Prabowo-Sandi di 2019 kemarin," ujar Burhanuddin.
Hasil lengkap adalah :
Anies Baswedan 15,2 persen (usia 52 th), Ganjar Pranowo 13,7 persen (52), Ridwan kamil 10,2 persen (50), Sandiaga uno 9,8 (52), Prabowo Subianto 9,5 persen (70), Agus Harimurti Yudhoyono 4,1 persen (43), Erick Thohir 1,5 persen (50), Tito Karnavian 1,2 persen (57), Puan Maharani 1,1 persen (48), Gatot Nurmantyo 0,8 persen (61), Khofifah Indar Parawansa 0,7 persen (56), Maruf Amin 0,4 persen (78), Budi Gunawan 0.4 persen (62), Bambang Soesatyo 0,4 persen (59), Airlangga Hartanto 0,2 persen (59), Mahfud Md 0,2 persen (64), Muhaimin Iskandar 0,0 persen (55).
Waktu Pemilu Legislatif dan Presiden
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari mengatakan tahapan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kemungkinan dimulai 2022. Hal itu diketahui dari simulasi yang dibuat KPU berdasarkan jadwal di UU No 7 tahun 2017 tentang Pemilu. Hasyim mengatakan hari pemungutan suara kemungkinan akan jatuh pada Maret 2024. Sementara itu, KPU butuh waktu 20 bulan mempersiapkannya. "Tahapan dimulai 20 bulan sebelum coblosan, Juli 2022," kata Hasyim beberapa waktu lalu. Hasil pileg akan ditetapkan pada April 2024. Kemudian, hasil Pileg akan disengketakan di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga Agustus.
Dalam UU Pemilu, Pilpres berikutnya digelar pada 2024 mendatang. Bakal dihelat bersamaan dengan pemilihan anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota serta DPD. Selain itu, di tahun yang sama, pilkada serentak seluruh Indonesia juga dilaksanakan. Semua provinsi, kabupaten dan kota akan memilih kepala daerah baru pada 2024.
Analisis
Secara teori membangun sebuah sistem pemerintahan diawali dengan membangun popularitas, kepercayaan terhadap parpol, serta siapa pemimpinnya. Mirip seperti membangun sebuah mall didua ujungnya sebuah ada toko serba ada seperti Sogo, Hero, Foodhall dan lain-lain. Toserba dalam sebuah mall adalah toko jangkar, selain itu mall dilengkapi toko-toko lainnya.
Nah, dari hasil survei tersebut, terlihat Partai Gerindra serta PDIP hingga saat ini bagi anak muda menujukkan indikasi sebagai partai kelas atas (jangkar Indonesia), disusul tiga partai menengah yaitu Golkar, PKS dan Demokrat yang perolehan surveinya diatas 5 persen. Sementara NasDem 2,8 persen, PKB 2,7 persen dan PAN 1,2 persen sementara berada di kelompok papan bawah yang harus berjuang untuk masuk kelompok parpol papan tengah. Survei menunjukkan diluar 8 papol diatas ada 9 parpol lainnya yang umumnya dalam politik disebut partai gurem, karena sementara perolehan surveinya di bawah satu persen.
Dalam sebuah pemilu, perolehan suara akan menentukan kekuatan poros di parlemen, Indikator menunjukkan dalam perjalanan sejak pemilu 2019, terlihat sementara ada dua poros utama yaitu PDIP dan Gerindra. Keduanya mempunyai unggulan yaitu Ketum Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 9,5 persen dan Puan Maharani hanya 1,1 persen. Gerindra punya second opinion yaitu tokoh yang lekat dalam pilpres 2019 sebagai cawapres Prabowo, yaitu Sandiaga Uno (elektabilitas 9,8 persen) dan PDIP punya kader, Ganjar Pranowo (13,7 persen). Oleh karena itu politisi Gerindra mulai menyuarakan akan kembali mengusung Prabowo.
Sementara Anies Baswedan (15,2 persen) dan Ridwan Kamil (10,2 persen) walau mempunyai nilai tawar dengan ekektabilitas tinggi adalah non partisan, sehingga nasibnya akan tergantung kepada dua parpol utama atau dilamar bila terbentuk poros ketiga. Dari hasil survei, para pemilih muda itu cenderung memilih tokoh yang berusia 50 tahunan, kecuali Prabowo yang elektabilitasnya mampu mengimbangi tokoh-tokoh muda.
Cukup menarik, AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat walau masih berusia 43 tahun kini masih bermasalah dengan munculnya KLB, sudah masuk enam besar tokoh nasional, mempunyai elektabilitas 4,1 persen, sementara partai Demokrat yang dipimpinnya ektabilitasnya 5,3 persen. Elektabilitas AHY menggungguli ektabilitas Puan. Sementara partai lain yang diperkirakan akan memiliki bargainiing power selain Demokrat adalah Golkar 5,7 persen, PKS 5,7 persen, NasDem 2,8 persen, PKB 2,7 persen, dan PAN 1,2 persen.
Kesimpulan
Arah pemilih muda tetap kuat mendukung partai nasionalis, dimana Gerindra dan PDIP kemungkinan akan menjadi "anker", bisa bersatu atau membentuk poros masing-masing. Partai yang akan mempunyai nilai tawar adalah Demokrat, Golkar, PKS dan Nasdem. Dari keempat parpol ini nilai tawar tertinggi adalah Demokrat dengan tokoh termuda dan memiliki elektabilitas 4,1 persen. Tokoh muda yang juga akan mampu bersaing adalah Sandiaga Uno dengan elektabilitas 9,8 persen dan bagian dari Gerindra.
Sementara dari simulasi KPU, alternatif hari pemungutan suara Pemilu Serentak 2024 (Pileg dan Pilpres) kemungkinan Maret 2024 dan Pilkada pada bulan November 2024. Menurut KPU tahapan dimulai 20 bulan sebelum pencoblosan (sekitar bulan Juli 2022). Ini berarti 16 bulan mendatang parpol akan mulai konsentrasi baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Oleh karena itu wajar bila geliat politik mengatur strategi pemenangan mulai bergulir.
Walau ada yang kurang memercayai survei, hasil yang disampaikan Indikator Politik adalah cermin atas sikap publik kalangan muda usia 17-21 dalam memberikan dukungannya. Walaupun tidak bisa sepenuhnya dijadikan acuan, tetapi inilah dinamika dan realitas politik. Sejak pilpres 2014, penulis mengamati dan menganalisis pilpres, tidak ada cara lain untuk mengetahui gambaran posisi politik seorang capres. Masalahnya politisi harus pandai-pandai menilai mana survei yang jujur dan mana yang abal-abal. Semoga bermanfaat Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net