MENJADI PANGKOPUR COVID SEBAIKNYA ERICK THOHIR BELAJAR DARI KEGAGALAN AS DAN BRAZIL
13 August 2020 | 10:48 pm | Dilihat : 455
Erick Thohir sebagai tokoh yang dipercaya Presiden Jokowi (foto : Wowkeren)
Hanya dalam sekitar enam hingga delapan bulan, 215 negara di dunia termasuk Indonesia masih galau, belum menemukan cara yang paling tepat untuk mengatasi Covid-19. Virus baru ini, SARS ‑ CoV ‑ 2 adalah sejenis virus anti-Goldilocks, cukup buruk dalam segala hal. Gejalanya bisa cukup parah dan memiliki potensi dapat membunuh jutaan manusia apabila kondisi penanganan tidak berubah. Akan tetapi seringkali cukup ringan untuk memungkinkan infeksi menyebar tanpa terdeteksi melalui suatu populasi (tanpa disadari, Orang Tanpa Gejala).
Virus ini menyebar cukup cepat untuk membebani rumah sakit, tetapi cukup lambat di beberapa negara, sehingga statistik tidak melonjak dan berakibat terlambat disadari. Ciri-ciri ini membuat virus lebih sulit dikendalikan. Bisa berbeda kasus satu negara dengan negara lain. Pada intinya ini cara alam dalam menyeleksi manusia atau perbuatan manusia pada era perang asimetrik. Perang melawan Covid-19 yang besarnya 1.000 kali lebih kecil dari butir debu ini hingga kini penulis menyebutnya "misteri mematikan akibat perilaku manusia".
Menyikapi hal tersebut, setelah perang berjalan selama 5,5 bulan, Presiden Jokowi mengangkat Menteri BUMN, Erick Thohir sebagai Ketua Pelaksana Komite PCPEN (di militer seperti Pangkopur Covid, dan pemilihan ekonomi), dibantu dua wakilnya, seorang Jenderal AD bintang empat dan Jenderal Polisi bintang tiga. Right or wrong is our lovely country, mari kita bahas perkembangannya.
Update Kasus Covid di Indonesia, Dunia, AS dan Brasilia
Kasus Covid-19 di Indonesia, update data 12 Agustus 2020, ada penambahan 1.942 kasus baru dalam 24 jam, akumulasi (terkonfirmasi) sejak 2 Maret 2020 hingga 12 Agustus 2020 menjadi 130.718 kasus. Pasien meninggal dlm 24 jam +79 jiwa, total yang meninggal 5.903 pasien. Pasien sembuh dlm 24 jam 2.088, total sembuh 85.798 orang.
Sementara perkembangan di dunia (data Worldometer), 12 Agustus 2020, Coronavirus Cases: 20,553,328, Deaths: 746,652, Recovered: 13,465,642.
Perkembangan kasus covid di AS (ranking satu terbanyak kasus), tanggal yang sama, tercatat tambahan yang terinfeksi dlm 24 jam +54.519, kasus terkonfirmasi positif 5.305.957 (sejak 17 Februari 2020 hingga 12 Agustus 2020), tambahan meninggal dalam 24 jam, +1.504 jiwa, total meninggal 167.749 jiwa, pasien yang sembuh 2.755.348 orang.
Perkembangan kasus covid di Brasilia (ranking dua terbanyak yang terinfeksi di dunia), terdapat tambahan dlm 24 jam, +54.923 kasus, kasus terkonfirmasi positif berjumlah 3.112.393 kasus (sejak 24 Februari hingga 12 Agustus 2020), tambahan yang meninggal dlm 24 jam +1.242 jiwa, total akumulasi meninggal 103.099 jiwa, pasien yang sembuh 2.243.124 orang.
Langkah Penanganan Covid di Indonesia
Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres 82/2020, membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) dimana Menteri BUMN Erick Thohir dipercaya sebagai Ketua Pelaksana. Erick menggandeng Jenderal TNI Andika Perkasa (Kasad) sebagai Wakil Ketua Pelaksana-I dan Komjen Gatot Eddy Pramono (Wakapolri) sebagai Wakil Ketua Pelaksana II.
Erick ini kita ketahui sukses sebagai Ketua Pelaksana Asian Games dan juga sukses saat menjadi Ketua Tim sukses paslon 01 Jokowi-Ma'ruf pada pilpres 2019. Lawannya Ketua Timses paslon 02 , Prabowo-Sandi yaitu Alm. Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, mantan Kasad dan Panglima TNI. Erick cukup ampuh dan terpercaya sebagai ujung tombak menyelesaikan tugas dari Presiden Jokowi. Ujian saat ini sebagai Pangkopur Covid yang akan menentukan masa depannya dan masa depan Indonesia.
Dalam susunan PCPEN, anggota yang ditunjuk adalah Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) Feri Wibisono, Deputi BPKP Salamat Simanullang, Dirjen Kominfo Ismail MT, dan Deputi LKPP Sarah Sadiqa.
Menkoekon Airlangga didapuk sebagai ketua komite. Ia dibantu enam menteri lainnya yang menjabat sebagai wakil ketua komite. Keenam menteri tersebut yakni: Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Menko Polhukam Mahfud MD, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menkeu Sri Mulyani, Menkes Terawan Agus Putranto dan Mendagri Tito Karnavian.
Perpres dikeluarkan dengan pertimbangan, Covid-19 telah menyebabkan penurunan berbagai aktivitas ekonomi yang membahayakan perekonomian nasional. Oleh karena itu, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional perlu dilakukan dalam satu kelembagaan.
Perkembangan Vaksin Khusus Covid -19
Pada bulan Maret 2020, setelah covid mulai meluas ke banyak negara, China dan AS mulai berusaha mendapatkan vaksin. Direktur Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Pendidikan China, Lei Chaozi menyatakan , "Vaksin adalah sarana medis paling efektif untuk pencegahan dan pengendalian epidemi karena secara efektif dapat menghentikan penyebaran virus," katanya. Menurut Chaozi, vaksin juga memainkan peran penting dalam menstabilkan ekonomi dan memungkinkan negara kembali normal saat pekerjaan dan produksi berlanjut.
Presiden Jokowi menyetujui saran pembuatan vaksin di Indonesia. Presiden optimistis vaksin penangkal virus corona (Covid-19) segera ditemukan. Disampaikannya, saat ini pemerintah tengah berupaya mengembangkan vaksin sebelum nantinya diproduksi secara besar-besaran.
Ada dua calon vaksin yang tengah dikembangkan oleh pemerintah. Pertama, yakni vaksin yang diuji klinis oleh PT Bio Farma dengan perusahaan asal China, Sinovac Biotech Ltd (Sinovac). Kedua, vaksin Merah Putih buatan Indonesia.
Vaksin Covid-19 Asal China
Vaksin asal China (Sinovac) saat ini sudah memasuki tahap uji klinis fase III. Presiden Jokowi berharap uji klinis tersebut dapat selesai dalam waktu enam bulan sehingga vaksin corona dapat segera diproduksi dan disuntikkan ke masyarakat pada Januari 2021.
Hal ini disampaikan presiden saat menyaksikan pelaksanaan penyuntikan calon vaksin di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, Selasa 11 Agustus 2020 yg bekerjasama dengan BUMN Bio Farma. Dimulainya tahap uji klinis fase III ini ditandai dengan penyuntikan kepada 1.620 relawan.
Dokter Eddy Fadliana, selaku Manajer Lapangan Tim Penelitian Uji Klinis Tahap 3 Calon Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, mengatakan, fase satu dan fase dua menunjukkan tingkat keamanan cukup tinggi. "Pada fase satu dan dua tidak timbul demam, hanya reaksi lokal nyeri di tempat suntikan tadi," jelasnya.
Ketua Tim Penelitian Uji Klinis Tahap 3 Calon Vaksin Covid 19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Profesor Kusnandi Rusmil menambahkan, nyeri bekas suntikan calon vaksin covid-19 tersebut akan hilang dengan sendirinya. (Prof. Kusnandi ini dahulu sama-sama penulis saat di SMA-4 Jakarta, adik dua kelas dibawah penulis), proud of you prof.
Vaksin Covid-19 Merah Putih
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menargetkan kandidat vaksin penangkal Covid-19 asli Indonesia sudah tersedia pada awal 2021. Adapun, bibit vaksin Covid-19 asal Indonesia sendiri tengah dikerjakan secara mandiri dengan sub unit protein. Menurut Wakil Kepala Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, sub unit protein ini bekerja dengan mengambil bagian tertentu dari virus tersebut yang nantinya akan dipergunakan sebagai antigen dan dapat merangsang di tubuh manusia.
Presiden Jokowi mengatakan pemerintah juga berupaya mengembangkan vaksin sendiri. Caranya dengan mengembangkan isolat virus Covid-19 yang ada di Indonesia dilaksanakan oleh Lembaga Eijkman, BPPT, LIPI, BPOM, Menristek, dan universitas-universitas di Tanah Air. "Saya berharap vaksin Merah Putih tersebut dapat diselesaikan pertengahan tahun 2021 mendatang," ujar Jokowi lewat instagramnya @jokowi, Rabu, 12 Agustus 2020.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Indonesia Amin Soebandrio menyatakan bahwa tiga data hasil urutan genom virus (whole genom sequencing) dari Indonesia yang dikirim ke GISAID, didapat pengelompokkan tiga tipe utama dunia untuk virus Corona penyebab COVID-19 yakni tipe S, G dan V. Tiga data hasil urutan virus SARS-CoV-2 yang dikirim Indonesia itu tidak masuk dalam tiga tipe tersebut. Oleh karena itu, hasil urutan genom virus dari Indonesia masuk ke kategori tipe lain, yakni tipe yang belum teridentifikasi, bahkan informasi terakhir kini ditemukan ada sembilan tipe virus covid-19 di Indonesia.
Menanggapi perbedaan virus yang sudah bermutasi, nenurut pakar bioteknologi dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Dr. rer Wien Kusharyoto sejauh ini sudah ada 16 mutasi SARS-CoV-2. Namun selama akarnya adalah virus dari Wuhan, maka mutasi ini tetap akan kalah oleh vaksin. Saya tidak terlalu khawatir dengan strain yang berbeda. Karena mutasi ini sporadis dan tidak berpengaruh terhadap efektivitas vaksin," katanya.
CATATAN :
1. Penyebaran virus corona Covid-19 tetap mengikuti pergerakan manusia. Sebuah catatan menarik dari Dina Litovsky warga AS, kelahiran Ukraina, psikolog alumnus NYU, sarjana MFA di bidang Fotografi dari Sekolah Seni Visual di New York menganalisis soal covid di AS. "Negara paling kuat di planet ini, Amerika telah gagal melindungi rakyatnya, meninggalkan mereka dengan penyakit dan kehancuran finansial. Itu telah kehilangan statusnya sebagai pemimpin global. Ini telah berbelok antara kelambanan dan ketidakmampuan. Luas dan besarnya kesalahannya sulit, pada saat ini, untuk benar-benar dipahami" ujar Dina.
Dina yang bertemu dengan 100 pakar, mendapat penjelasan “AS pada dasarnya gagal dengan cara yang lebih buruk dari yang pernah saya bayangkan,” kata Julia Marcus, ahli epidemiologi penyakit menular di Harvard Medical School.
Respons lamban oleh pemerintah yang tidak memiliki keahlian memungkinkan virus corona mendapatkan pijakan. Platform media sosial yang sama yang menyebarkan keberpihakan dan misinformasi selama wabah Ebola 2014 di Afrika dan pemilu AS 2016 menjadi vektor teori konspirasi selama pandemi 2020.
2. Pendapat Alfredo Saad Filho, SOAS, Universita London, tentang meledaknya kasus Covid di Brasilia ; Respons Brasil terhadap COVID-19 dibatasi oleh kelumpuhan institusional yang didorong oleh presidennya, Jair Bolsonaro. Ketika negara-negara lain menegakkan social distancing, Bolsonaro tidak pernah berhenti bertemu para pendukungnya sementara, pada saat yang sama, berkomplot melawan menteri kesehatannya sendiri setelah tidak setuju atas respons pandemi.
Sejak pandemi dimulai, satu menteri kesehatan telah dipecat dan yang kedua telah mengundurkan diri. Respons Brasil terhadap pandemi ini dipimpin oleh seorang jenderal non-spesialis yang tidak menyadari bahwa negara tersebut adalah belahan bumi selatan dan tidak dapat menyebut negara-negara kecil di federasi. Di tengah kekacauan ini, pengujian massal tidak pernah berjalan. Pelacakan kontak bahkan tidak pernah dimulai.
3. Analisis Penulis; Indonesia tercatat sejak 2 Maret 2020, berbeda 15 hari dengan AS yg mendahului ditemukannya kasus, berbeda 8 hari lebih cepat Brasilia. Tetapi data yang menarik, hingga 12 Agustus 2020, di Indonesia yang terinfeksi 130.718 kasus, total yang meninggal 5.903 pasien. Sementara AS total kasus terkonfirmasi positif 5.305.957, total meninggal 167.749. Brasilia kasus terkonfirmasi positif 3.112.393 kasus, total meninggal 103.099 jiwa.
Dari besarnya perbedaan angka yang terinfeksi menyolok, juga perbedaan jumlah yang meninggal, bukankah dan apakah kita tidak membaca ini sebagai sebuah petunjuk? AS sebagai negara modern, super power, sulit terbantahkan memang ternyata tidak siap menghadapi serangan covid. Respons lamban oleh pemerintah yang tidak memiliki keahlian memungkinkan virus corona mendapatkan pijakan. Indonesia pernah dituduh lamban, tetapi kebijakan pemerintah yang tetap berusaha dan berjalan serta melibatkan para ahli. Indonesia berusaha mengatasi tanpa lockdown tetapi dengan PSBB, lihat data kematian, kuncinya di situ, jumlah.
Pertanyaan intelijen yg harus diketahui Erick dan team, apakah kita lebih hebat dari AS? Atau ada sesuatu hal lain yang belum didalami? Mungkin kita tidak harus menunggu vaksin, ada kelebihan orang Indonesia yang mampu survive melawan covis-19, sehingga kita tidak gagal seperti yang dikatakan, tetapi apa?
Bila dibandingkan dengan Brasilia, jelas ada perbedaan mendasar. Kedua negara sama-sama belajar, terkejut melihat derasnya penyebaran Covid. Titik rawan Brasilia adalah kelumpuhan institusional yang didorong oleh presidennya, Jair Bolsonaro, tidak peduli social distancing, akhirnya tertular, pananganan berantakan.
Respons Brasil karena konflik presidennya yang memecat Menteri Kesehatan, dan satu lainnya mundur, kemudian Bolsonaro menugasi Jenderal non-spesialis yang tidak capable. Bila dibandingkan dengan Indonesia, Presiden Jokowi terus mengajak pembantu di Kabinet agar berkerja extra ordinary, memimpin dengan tangan dingin. Kini Jokowi menempatkan pelaksana penanganan Covid dan perbaikan ekonomi pada satu garis komando. Dilain sisi, Indonesia kini berusaha keras mendapatkan vaksin yang dipercaya sebagai jalan keluar.
Kesimpulan
Walau kita juga mengalami masalah yang sama dengan negara lain dalam upaya memenangkan perang melawan Covid, menurut penulis kita masih on the right track, terbukti tingkat kematian jauh dibandingkan dua negara tersebut. Ada misteri yang harus dipecahkan dan dijawab.
Saran untuk Ketua Pelaksana Komite, Erick Thohir, tekan, fokus dan turunkan kasus positif di lima provinsi, data tgl. 11 Agustus 2020, kasus covid di DKI Jakarta 26.162 kasus atau (20.6%), Jatim 25,626 (20,2%), Jateng 10,679 (8.4%), Sulsel 10,531 (8.3%), Jabar 7,599 (6.0%). Ke lima provinsi ini total menyumbang 63,5% dari jumlah nasional. 29 Provinsi lainnya menyumbang 26,5 %. Semoga apa yang tertulis ini sebagai informasi, sumbang pikir menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua, salam, Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, (Pengamat Intelijen), www.ramalanintelijen.net