Alam Menyeleksi Manusia Dengan Corona, Bagian Dari Sida
15 May 2020 | 7:27 pm | Dilihat : 668
Kehidupan di bumi selalu penuh dengan tantangan dan bahkan ancaman. Banyak terjadi konflik antar bangsa karena kepentingan dan keyakinan masing-masing, puncaknya berupa aksi teror dan bahkan perang, dengan korban jatuh ratusan ribu hingga jutaan manusia.
Sering kita tidak sadar, bahwa alam juga ikut mengatur kehidupan, dimana mahluk hidup tidak ada yang mampu melawan alam. Alam membuat aturan dan seleksi, seperti gunung meletus, tsunami, badai dan bahkan penyakit atau wabah.
Di dunia hewan misalnya ada perilaku yang disebut infantisida/infanticide (pembasmian keturunan). Infantisida dilakukan baik oleh pejantan dan bahkan induk betina, banyak dilakukan oleh hewan, baik serangga, ikan, burung, hingga mamalia. Misalnya seekor Singa jantan yang berhasil menaklukkan Singa pemimpin kelompok, maka dia akan membunuh semua anak Singa jantan yang dikalahkannya. Alam mengatur pemenang akan memberikan keturunan baru yang lebih kuat. Juga induk burung hanya memberi makan anaknya yg kuat, yang lainnya dibiarkan mati. Khusus manusia, alam mengatur bahwa keturunan manusia mendatang adalah mereka yang kuat, cerdas dan sudah melalui seleksi dengan caranya sendiri. Apakah kaitan dengan virus corona? Mari kita bahas.
Corona Virus Covid-19
Kini ancaman manusia yang paling berbahaya adalah pandemi Covid-19. Ini adalah penyakit mematikan akibat infeksi dari virus corona SARS-CoV-2. Manusia di 213 negara sedang berperang melawan micro organisme yang semakin pintar bermutasi, makin berbahaya dan mematikan. Dalam beberapa bulan covid mampu meneror dan menjadi pembunuh berantai yang penuh dengan misteri.
Apabila kita lihat hakikat munculnya Covid sebagai pandemi yg dalam beberapa bulan, data 14 Mei 2020, covid mampu membunuh 283.260 manusia di dunia. Tercatat ada 4.180.315 kasus corona, kasus aktif 2.404.403, pasien terinfeksi 2.357.371 (98%), kondisi serius 47. 032 (2%). Mereka yg sembuh 1.492.052 orang.
Posisi lima besar setelah AS, untuk 78.653 total death (kematian) kedua adalah Inggris 31.855 new death +268. Ketiga Italia total death 30.560, new death +165. Keempat Spanyol Total death 26.621, new death +143. Kelima Perancis Total death 26.380, new death +70. Sementara untuk China, sebagai epicenter country awal corona, kini berada di posisi 11, dengan total cases 82,901 new cases +14, total death 4,633, new death "zero".
Kajian CCDC yang dirilis dan dipublikasikan oleh Chinese Journal of Epidemiology, Sebanyak 80,9% kasus infeksi dikategorikan ringan, 13,8% parah, dan hanya 4,7% kritis. Tingkat kematian tertinggi adalah kelompok umur 80 tahun ke atas, yaitu 14,8%. Tingkat kematian orang dewasa hingga 39 tahun mencapai 0,2%. Usia 40 tahun 0,4 %, 50-an 1,3%, 60-an 3,6% dan 70-an 8%. Pria lebih mungkin meninggal dunia (2,8%) ketimbang perempuan (1,7%).
Pasien dengan riwayat penyakit jantung paling berisiko meninggal. Diikuti oleh diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan darah tinggi. Hans Kluge, direktur regional WHO Eropa, mengatakan dalam konferensi pers virtual bahwa 95% kematian COVID-19 di Eropa adalah orang yang berusia lebih tua dari 60 tahun. Selain itu, lebih dari 50% dari semua kematian di Eropa adalah orang berusia 80 atau lebih tua.
Namun, orang yang lebih muda tidak kebal. Sepuluh hingga 15% dari orang di bawah 50 dengan coronavirus telah mengembangkan infeksi sedang atau parah. "Gagasan bahwa COVID-19 hanya mempengaruhi orang yang lebih tua sebenarnya salah," Kluge menekankan. Usia juga bukan satu-satunya faktor risiko. Delapan dari 10 kematian telah terjadi pada orang dengan setidaknya satu kondisi medis yang mendasarinya, terutama penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes.
Misteri Virus Corona Covid-19
Hingga kini virus SARS-CoV-2 ini masih menjadi misteri, karena belum ditemukan vaksin maupun obatnya. Penulis mengesampingkan ini adalah test the water dari biowar, kalaupun benar maka betapa mengerikan apabila terjadi perang dengan senjata biologi ini. Tidak merusak fisik tapi mampu menumpas manusia, kalau benar ini produk percobaan manusia, yang terjadi kemungkinan kebocoran tidak disengaja atau mungkin ada operasi intelijen clandestine profile tinggi. Biarlah waktu yg menjawabnya atau memang takdir manusia mempermainkan mahluk Tuhan yang tidak kasat mata tetapi bisa sangat mematikan. Kini manusia dimanapun menanggung resikonya.
Virus adalah agen penyakit dengan ukuran kecil yang dapat mematikan bila menginfeksi sel seseorang. Virus hanya dapat memperbanyak diri bila berada dalam suatu sel inang yang sesuai. Tubuhnya yang sangat kecil inilah yg memudahkannya melewati mekanisme pertahanan sel tubuh tanpa kesulitan. Setibanya virus dalam sel, ia akan menuju inti sel, dan menginfeksikan materi DNA RNA yang virus miliki. Virus kemudian berkembang biak dan infeksi pun menyebar ke seluruh bagian tubuh lain. Para ilmuwan meyakini virus - yang secara resmi disebut SARS-CoV-2 - terus bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda. Salah satu penelitian melaporkan ada tiga macam virus yg beredar.
Tipe A paling dekat dengan yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling dan memiliki dua sub-cluster. Satu sub-kluster yang terhubung dengan Wuhan dan yang lainnya adalah umum di AS dan Australia. Tipe B berasal dari tipe A dan telah menjadi yang paling lazim di Wuhan. Tipe C adalah 'princes' tipe B dan menyebar ke Eropa. Data sekarang menunjukkan tipe B menyebar lebih merajalela dan ganas.
Sementara Prof Amin Subandrio, Kepala LBM Eijkman, menjelaskan analisa dari 3 whole genome sequences yang dikirim ke Indonesia dari Gisaid. Disebutkan ada 3 tipe COVID-19 di dunia yaitu tipe S, tipe G, dan tipe V. Di luar 3 tipe itu ada tipe lain yang belum teridentifikasi. "Ternyata whole genome sequences yang dikirim Indonesia termasuk kategori yang lainnya," katanya.
Eijkman berhasil menelusuri perjalanan dari tiga sampel Virus Corona atau COVID-19 yang menyerang Indonesia. Jadi, dari 3 sampel tersebut, secara evolusi, semua transmisinya berasal dari China, kemudian virus dari China bermigrasi, dan berevolusi sepanjang migrasinya, sepanjang lompatan dari satu host ke host lainnya. Sama seperti manusia. Terus berevolusi. Tapi bedanya, virus berevolusi jauh lebih cepat dibanding manusia.
Menariknya ada 2 grup (clade) besar, "grup" Asia dan Eropa, yang berevolusi secara paralel di kedua grup tersebut. Grup tersebut ditandai oleh diferensiasi mutasi asam amino pada protein ORF1B (open reading frame) pada posisi asam amino 314, juga pada protein S (spike) pada posisi asam amino 614.
Beberapa orang mengira virus tidak bisa dibunuh. Namun ternyata, dengan kecanggihan ilmu pengetahuan yang ada saat ini, virus bisa dibunuh dengan sesuatu yang dikenal dengan sebutan antivirus atau antiviral. Tetapi butuh penelitian yang lama untuk meneliti suatu virus hingga akhirnya menghasilkan antivirus dan vaksin. Persoalan yang utama, tipe covid yang kini beredar sudah bermutasi yang jumlahnya entah berapa banyak.
Perkembangan Covid di Indonesia
Pasien positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia hingga Jumat 15 Mei 2020 pukul 12.00 WIB bertambah 490 orang, totalnya menjadi 16.496 orang demikian menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Percepatan Penanganan Covid 19, Achmad Yurianto saat jumpa pers live streaming di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (15/5/2020). Jumlah pasien sembuh bertambah 285 orang sehingga totalnya menjadi 3.803 orang. Untuk pasien meninggal dunia bertambah 33 orang, sehingga totalnya menjadi 1.076 orang
Di Indonesia, menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid, Doni Monardo, penderita Covid-19 diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Warga berumur di atas 45 tahun berpotensi tinggi terpapar Covid-19. Mereka yg berumur 60 tahun keatas memiliki risiko kematian mencapai 45 persen. Sebanyak 85 persen yang meninggal dunia akibat Covid-19 merupakan kalangan yang berusia diatas 45 tahun.
Warga yang usianya 46-59 tahun berpotensi meninggal apabila saat terpapar covid menderita penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi, diabetes maupun jantung (85 persen).
Rincian kelompok usia dari pasien positif yang dirawat atau menjalani isolasi mandiri adalah sebagai berikut:
0-9 tahun: 1,62 persen
10-29 tahun: 19,29 persen
30-49 tahun: 40,16 persen
50-69 tahun: 34,27 persen
≥ 70 tahun: 4,65 persen
Sementara persentase kelompok usia terbanyak pada pasien yang tengah dirawat atau menjalani isolasi mandiri adalah pada usia 30-49 tahun dan 50-69 tahun.
Berikut adalah rincian persentase pasien sembuh dari tiap kelompok usia:
0-9 tahun: 1,59 persen
10-29 tahun: 17,92 persen
30-49 tahun: 43,34 persen
50-69 tahun: 32,08 persen
≥ 70 tahun: 5,07 persen
Analisis
Dari fakta dan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa Covid-19 masih merupakan misteri karena terjadi perbedaan tipe di tiap wilayah (Benua). Umumnya para pemimpin negara kini tertekan dalam mengambil keputusan, meneruskan lockdown dengan resiko semakin besar rusaknya tatanan perekonomian atau membuka kuncian dengan akibat infeksi makin meluas (buah simalakama)
Kondisi paparan virus di tiap negara bereda, karena virus terus bermutasi. Dari kasus di Italia, ternyata, usia memainkan peran penting dalam cepatnya kasus Corona meluas. Mengutip jurnal Universitas Oxford di Demographic Science, Italia memiliki jumlah populasi lansia (di atas 65 tahun) paling besar kedua di dunia. Kurang lebih besarnya 23 persen, sementara AS 16 persen dari populasi karena itu lansia menjadi korban terbanyak.
Nah, kemiripan usia yg rentan adalah kunci yg harus diperhatikan. Di Indonesia, mereka yg terpapar di usia 30-49 tahun 40,16 persen (sembuh 43,34 persen). Terpapar pada usia 50-69 tahun: 34,27 persen (sembuh 32,08 persen). Warga yang usianya 46-59 tahun berpotensi meninggal apabila saat terpapar covid dia menderita penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi, diabetes maupun jantung (85 persen dari total korban).
Kesimpulan
Kasus Covid-19 masih merupakan misteri, walau sudah mulai terbaca karakternya dan sisi kerawanan siapa korban terentan di Indonesia. Ini adalah cara alam melakukan semacam infantisida/infanticide, tetapi bukan keturunan yang diseleksi (dibasmi), Covid akan meneruskan penuntasan perannya sebagai "cide", mereka yg tidak waspada bisa menjadi korbannya.
Jalan keluarnya adalah sosialisasi kepedulian warga, siapa-siapa yang bisa bertahan hidup bila terpapar dan siapa kelompok rentan fatal sulit ditolong bila terpapar. Bila terpapar, Covid kini sementara hanya dapat diatasi dengan imunitas manusia. Kalau ingin selamat tidak terpapar ikuti arahan pemerintah, disiplin, physical distancing, pakai masker dan cuci tangan . Mereka yang ceroboh memandang enteng, dan tidak taat protokol covid, cepat atau lambat akan berpeluang menjadi korban, baik dirinya, orang tua dan bahkan keluarganya.
Sebagai penutup, karena ini masalah misteri semacam pembasmian alam, penulis kini semakin yakin dengan ramalan anak Indigo dari India, yang meramal setelah 29 Mei 2020 perang antara manusia dan virus akan mereda. Berarti bulan Juni, In Sha Allah kita bisa berbenah secara normal. Walaupun demikian, mari kita tetap khusuk berdoa lebih-lebih di bulan suci Ramadan saat ini ada malam 1.000 bulan, Lailatul Qadar, kita memohon semoga kita bisa salat Ied bersama, Aamiin Ya Rabb. Kun Fayakun ("Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia". (QS Yasin ayat 82). Semoga bermanfaat. Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net